By : Ir. Wiwiek Yuniarti Costa, M.Si
Pertanian terpadu atau yang disebut intergrated farming, adalah sistem pertanian dengan memanfaatkan keterkaitan antara tanaman perkebunan/pangan/hortikultura, serta ternak dan perikanan untuk mendapatkan agroekosistem yang mendukung produksi pertanian, peningkatan ekonomi dan pelestarian sumber daya alam.1 Feb 2023.
Konsep pertanian terpadu adalah sistem pertanian yang menggabungkan berbagai kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan dalam satu lahan. Sistem ini juga dikenal sebagai integrated farming system (IFS). Konsep pertanian terpadu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sumber daya. Selain itu, sistem ini juga bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan mengembangkan desa secara terpadu.
Prinsip pola integrated farming adalah : menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra; mendaur ulang dan menggunakan kembali; menciptakan ekosistem yang meniru cara alam bekerja; memanfaatkan komoditas lainnya yang ditanam dan/atau diolah secara bersamaan; menggunakan masukan luar rendah (low external input), misalnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida seminimal mungkin, sedangkan manfaat pola integrated farming: Menciptakan kemandirian pangan, Menciptakan kemandirian finansial, Menekan biaya produksi, Mendukung pelestarian sumber daya alam, Meningkatkan ekonomi.
Komponen pola integrated farming: Manusia, Peternakan, Tanaman.
Intergrated Farming System (IFS) adalah sistem pertanian terpadu yang sudah dibahas banyak akademisi dari berbagai disiplin ilmu. Menurut ilmu kehutanan sendiri, IFS adalah pola pemanfaatan lahan hutan, pertanian, dan peternakan untuk meningkatkan prokutivitas lahan.
Ada 3 macam pola yang bisa dipakai yaitu Agrisilvikultur (Pertanian-Kehutanan), Silvopastur(Kehutanan-Ternak), dan Agrisilvopastur (Pertanian-Kehutanan-Ternak). Penerapan agrisilvikultur misalnya adalah metode tumpang sari dan agroforestry yang sudah banyak diterapkan di hutan rakyat. Penerapan silvopastur misalnya adalah penggembalaan ternak dihutan. Dan penerapan agrisilvopastur adalah menggabungan antara ketiganya. system ini sangat baik bila dikembangkan dalam skala nasional secara serius oleh pemerintah. Mengingat cukup banyak jumlah masyarakat Indonesia yang hidup disekitar hutan, potensi IFS ini dapat menyerap jutaan tenaga kerja. Kini tinggal pemerintah mematangkan konsep yang sudah ada kemudian menata pengaplikasian di lapangan.
Harapan dari dilaksanakannya IFS ini adalah meningkatkan produksi ketiga sektor diatas serta menggerakkan roda ekonomi berbasis pertanian/agro. Semoga sistem ini bisa menjadi solusi konkret dalam pengelolaan lahan.
Sesuai dengan perkembangan jaman berbagai permasalahan baru dalam kegiatan pertanian mulai muncul. Berkurangnya tenaga kerja produktif di pedesaan, berkurangnya ketersediaan air irigasi, mahalnya input produksi, serta tercemarnya lingkungan dan hasil produksi yang kurang sehat merupakan sebagian masalah yang membutuhkan teknologi yang mampu untuk mengatasinya.Teknologi tersebut haruslah mempunyai kemampuan dalam meningkatkan produktivitas, hemat air, hemat tenaga kerja, berwawasan lingkungan, hasil produksi yang sehat dan mudah diterima oleh petani. Model Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut
Penerapan pertanian terpadu pada dasarnya adalah mengoptimalkan pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang ada sehingga, terjadi hubungan timbal balik secara langsung antara lingkungan biotik dan abiotik dalam ekosistem lahan pertanian dimana output dari salah satu budidaya menjadi input kultur lainnya.
Konsep terapan sistem pertanian terpadu akan menghasilkan F4, yang terdiri dari Food, Feed, Fuel dan Fertilizer.
- F1 (Food). Sumber pangan bagi manusia (beras, jagung, kedelai, kacang-kabangan, jamur, sayuran, dll), produk peternakan (daging, susu, telur, dll), produk budidaya ikan air tawar (lele, mujair, nila, gurami, dll.) dan hasil perkebunan (salak, pisang, kayu manis, sirsak, dll.).
- F2 (Feed), Pakan ternak termasuk di dalamnya ruminasia (sapai, kambing, kerbau, kelinci), ternak unggas (ayam, itik, entok, angsa, burung dara, dll), pakan ikan budidaya air tawar (ikan hias dan ikan konsumsi).
- F3 (Fuel), akan dihasilkan energi dalam berbagai bentuk mulai energi panas (bio gas) untuk kebutuhan domestik/masak memasak, energi panas untuk industri makanan di kawasan pedesaan juga untuk industri kecil . Hasil akhir dari bio gas adalah bio fertilizer berupa pupuk pupuk organik cair dan kompos.
- F4 (Fertilizer), Sisa produk pertanian melalui proses dekomposer maupun pirolisis akan menghasikan pupuk kompos (organik fertilizer) dengan berbagai kandungan unsur hara dan C-Organik yang relatif tinggi.
Menurut Bagas, A, dkk, (2004) komponen yang berintegrasi dalam Sistem Pertanian Terpadu adalah :
- Manusia, sebagai mahluk hidup memerlukan energi sebagai motor kehidupannya. Dengan integrasi Farming Sistem manusia tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial tetapi juga pangan sebagai kebutuhan primer dan energi panas serta listrik..
- Peternakan, memainkan peran sebagai sumber energi dan penggerak ekonomi dalam Integrated Farming Sistem. Sumber energi berasal dari daging, susu, telur serta organ tubuh lainnya, bahkan kotoran hewan. Sangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil penjualan ternak, telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan kotoran).
- Tanaman, Syarat tanaman yang dapat diusahakan adalah bernilai ekonomi dan dapat menyediakan pakan untuk peternakan.
- Perikanan, Ikan yang digunakan untuk Integrated Farming Sistem adalah ikan air tawar yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan memiliki nilai ekonomi.
Melaksanakan sistem pertanian terpadu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan keterlibatan dan kerjasama semua pihak baik pemerintah maupun petani sendiri untuk mengawalinya. Kesadaran tinggi para petani sangat diharapkan guna tercapainya cita-cita mulia tersebut. Dukungan pemerintah juga sangat dibutuhkan mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari sistem ini. Setiap mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang memiliki nilai ekonomis.
baik keterpaduan pelaku, komoditas, maupun pengorganisasian,” kata Prof Ali. Dalam sistem pertanian terpadu, ternak menjadi salah satu bagian penting karena menghasilkan bahan pangan berkualitas seperti telur (ayam, itik, puyuh), daging (ayam, puyuh, entok, kelinci, dan lain-lain) dan susu (sapi, kambing), yang bisa dikonsumsi anak-anak guna mencukupi kebutuhan gizi mereka.
Ada 4 (empat) strategi menuju integrated farming sistem sebagai berikut :
- Meningkatkan variasi sumber-sumber pendapatan petani. Untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan keluar dari lingkaran kemiskinan dengan cara mengembangkan sistem pertanian nirlimbah yang ekonomis, ekologis, dan berkelanjutan
- Menurunkan biaya produksi, dengan penggunaan bahan organik yang berasal dari ternak atau hasil sisa pertanian, akan sangat membantu untuk mempertahankan kesuburan tanah.
- Optimalisasi pemanfaatan lahan secara bijak. Sebab di dalam sistem pertanian terpadu, upaya-upaya intensifikasi tidak harus ditinggalkan guna mencapai produktivitas pertanian sebagai penghasil pangan dalam skala besar sepanjang tetap mempertahankan aspek konservasi lahan dan tanah. Selain itu, aspek biaya produksi dapat murah, kompetitif, dan terjangkau. Dengan demikian, sistem pertanian terpadu baik diaplikasikan pada lahan subur maupun lahan marjinal, akan mengoptimalkan fungsi lahan sehingga mampu membantu peningkatan pendapatan petani.
- Pengembangan kelembagaan yang terpadu, sebab keterpaduan tidak hanya dari segi teknis pertanian, tetapi juga kelembagaan yang mantap untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengintegrasikan sistem pertanian dan peternakan serta perikanan yang efisien, sehingga kemakmuran petani secara nyata dapat ditingkatkan,”.