MENGENAL BAKTERI PATOGEN PERUSAK DAGING DAN BERBAHAYA BAGI KESEHATAN KONSUMEN

By : Ir. Wiwiek Yuniarti Costa, M.Si

Bakteri adalah mikroorganisme uniseluler (bersel tunggal) yang termasuk dalam kelompok prokariotik. Mereka memiliki struktur sel yang sederhana dan dapat ditemukan di hampir semua lingkungan, termasuk di dalam tubuh manusia. Bakteri memiliki peran penting dalam ekosistem dan kesehatan manusia, meskipun beberapa di antaranya dapat menyebabkan penyakit. Bakteri memiliki membran sel yang berfungsi sebagai pelindung dan pengatur keluar masuknya zat. Peran bakteri Penting dalam ekosistem, bakteri berperan dalam dekomposisi bahan organik, siklus nutrisi, dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Beberapa bakteri bermanfaat bagi manusia, seperti dalam proses fermentasi makanan (yogurt, keju, dll.), pembuatan obat-obatan, dan menjaga kesehatan saluran pencernaan. Ada juga bakteri yang bersifat patogen (penyebab penyakit) dan dapat menyebabkan infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Bakteri juga dapat menyebabkan penyakit. Bakteri memiliki berbagai bentuk dan ukuran, termasuk bulat (kokus), batang (basil), dan spiral. Berdasarkan cara hidupnya, bakteri dapat dibagi menjadi bakteri menguntungkan (simbiotik) dan bakteri merugikan (patogen). 

Bakteri dapat menyebar melalui berbagai cara, seperti udara, air, makanan, dan kontak langsung dengan benda atau orang yang terinfeksi.

Infeksi bakteri terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh dan berkembang biak, menyebabkan peradangan dan gejala penyakit. Dengan demikian, bakteri adalah organisme mikroskopis yang memiliki peran penting dalam kehidupan, baik yang bermanfaat maupun yang menyebabkan penyakit. 

Bakteri patogen adalah mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada inangnya dengan berbagai proses yang secara jelas melalui kerusakan langsung jaringan atau sel selama replikasi, melalui produksi toksin yang memungkinkan patogen mencapai jaringan baru atau keluar dari sel pada tempat bereplikasi. Bakteri patogen yang umum ditemukan pada daging meliputi Escherichia coli (termasuk E. coli O157:H7), Salmonella, Staphylococcus aureus, dan Listeria monocytogenes. Bakteri-bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti diare, demam, infeksi saluran kemih, hingga keracunan makanan yang lebih serius. Daging mentah, terutama yang tidak dimasak dengan benar, menjadi media yang rentan bagi pertumbuhan bakteri-bakteri ini. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai bakteri-bakteri tersebut:

  • Escherichia coli (E. coli):

Umumnya ditemukan di usus hewan ternak dan dapat mencemari daging saat pemotongan. Beberapa strain, seperti E. coli O157:H7, dapat menyebabkan kerusakan parah pada lapisan usus. hidup di usus bagian bawah hewan berdarah panas, termasuk manusia.

Bakteri ini merupakan salah satu dari banyak bakteri yang menghuni saluran pencernaan kita dalam jumlah besar.

Faktanya, jumlah sel bakteri di saluran pencernaan kita lebih banyak daripada jumlah sel manusia di dalam tubuh kita! Terdapat banyak galur (atau subtipe) E. coli dengan karakteristik yang beragam. Sebagian besar tidak berbahaya bagi manusia, termasuk galur B dan K-12 yang rutin digunakan untuk pekerjaan laboratorium. Namun, beberapa galur berbahaya. (Escherichia coli E. coli) adalah bakteri yang hidup di dalam usus manusia untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan. Bakteri ini umumnya tidak berbahaya. Namun, ada jenis E. coli yang menghasilkan racun dan menyebabkan diare parah

Penyebab Infeksi Bakteri Escherichia Coli. Keberadaan bakteri E. coli di dalam tubuh manusia merupakan hal yang wajar, karena bakteri ini turut berperan menjaga kesehatan saluran pencernaan. Meski demikian, ada beberapa jenis bakteri E. coli yang justru berbahaya bagi kesehatan manusia, yaitu:

  • Shiga toxin-producing coli atau STEC/VTEC/EHEC
  • Enterotoxigenic coli (ETEC)
  • Enteropathogeniccoli (EPEC)
  • Enteroaggregativecoli (EAEC)
  • Enteroinvasivecoli (EIEC)
  • Diffusely adherentcoli (DAEC)

Sebagian besar diare disebabkan oleh bakteri jenis STEC. Bakteri ini memproduksi racun yang dapat merusak lapisan usus kecil sehingga menyebabkan BAB berdarah. Pada umumnya, bakteri E. coli yang berbahaya dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui:

  • Makanan dan minuman yang terkontaminasi Bakteri coliyang berbahaya sangat mudah menular akibat mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi. Kontak langsung dengan bakteri  coli lupa cuci tangan setelah memegang binatang atau sesudah buang air besar, lalu menjalin kontak dengan orang lain dapat menularkan bakteri tersebut.

Siapapun dapat mengalami infeksi bakteri E. coli. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit yang disebabkan bakteri E. coli, di antaranya:

  • Usia anak-anak, ibu hamil, dan lansia lebih rentan menderita penyakit yang disebabkan oleh  colidan menderita komplikasi yang lebih serius.
  • Sistem imun yang lemah. Orang dengan daya tahan tubuh lemah, seperti penderita AIDS dan pasien yang menjalani kemoterapi, lebih rentan mengalami infeksi  coli.
  • Penurunan asam dalam perut Obat penurun asam lambung atau obat sakit maag, seperti esomeprazole, pantoprazole, lansoprazole, dan omeprazole, berpotensi meningkatkan risiko terjadinya infeksi  coli.

Gejala infeksi E. coli dapat berbeda pada setiap orang. Namun, infeksi ini sering kali ditandai dengan diare, yang umumnya muncul 3-4 hari setelah terpapar bakteri.

Selain diare, gejala lain akibat infeksi E. Coli dapat berupa: rasa sakit perut yang parah hingga kram, mual dan muntah, perut kembung, hilang nafsu makan, Demam, menggigil, pusing, dan nyeri otot. Beberapa infeksi E. coli dapat diobati di rumah dan dapat pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari. Infeksi E. coli biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun, pada pasien yang mengalami diare parah, dokter dapat memberikan obat antibiotik.

Selama pemulihan, penting untuk beristirahat dan mendapatkan asupan cairan yang cukup. Selain itu, konsumsilah makanan yang berkuah untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena muntah-muntah dan diare.  Sebagian kecil penderita E. coli tipe STEC dapat terkena komplikasi berupa sindrom hemolitik uremik (HUS). Kondisi tersebut terjadi akibat racun dari bakteri E.coli yang mengalir di pembuluh darah menuju ginjal. Akibatnya, penderita bisa mengalami gagal ginjal akut, pankreatitis, kejang, dan koma. Komplikasi tersebut lebih sering terjadi pada anak usia 1-10 tahun dan lansia daripada orang dewasa. 

Menerapkan pola hidup bersih dapat mencegah infeksi bakteri Escherichia coli yang berbahaya. Anda harus memasak daging hingga matang dan mencuci semua peralatan masak yang digunakan, untuk mencegah paparan bakteri E. coli yang berbahaya dari makanan.

  • Salmonella.

Bakteri ini juga berkembang biak di saluran pencernaan hewan dan dapat menyebabkan diare, demam tifoid, dan gangguan pencernaan. Salmonella adalah sekelompok bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan yang ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri. Penyakit akibat infeksi Salmonella dapat menimbulkan gejala berupa sakit perut, demam, diare, hingga kram pada perut.

Bakteri Salmonella banyak ditemukan pada makanan yang dimasak kurang matang atau tidak dicuci sampai bersih, air minum yang tidak bersih, dan tempat pembuangan limbah yang tidak layak. Itulah sebabnya, masyarakat selalu disarankan untuk mencuci buah dan sayur sampai bersih, memasak makanan hingga benar-benar matang, dan minum air bersih.

Salmonella adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan. Infeksi akibat bakteri Salmonella disebut juga dengan salmonellosis. Penyakit ini disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella. Salmonella mampu bertahan hidup di saluran pencernaan manusia dan hewan, bahkan menyebar melalui feses atau tinja.

Penyebab utama salmonellosis atau infeksi Salmonella adalah bakteri Salmonella. Seperti yang telah disinggung di atas, bakteri Salmonella dapat disebarkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses atau tinja yang mengandung bakteri Salmonella tersebut. Beberapa jenis makanan dan minuman yang perlu diwaspadai mengandung bakteri Salmonella adalah: makanan olahan, seperti sosis dan nugget. telur setengah matang atau mentah,

produk olahan yang salah satu komponennya menggunakan telur ayam, seperti saus mayones, yang dibuat dari telur mentah yang terkontaminasi, daging mentah atau dimasak setengah matang, termasuk daging merah dan ungags, makanan laut dari air yang terkontaminasi bakteri,

susu dan produk olahan susu yang tidak dipasteurisasi., buah dan sayur yang tidak dicuci bersih dan bahan makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi bakteri Salmonella.

Selain dari makanan, beberapa hal yang juga dapat menjadi penyebab infeksi Salmonella seperti memiliki hewan peliharaan seperti kucing, burung, reptil, dan anjing yang dapat membawa bakteri Salmonella pada feses atau bulunya, tidak mencuci bahan makanan sebelum diolah, tidak menjaga kebersihan, termasuk jarang mencuci tangan, faktor Risiko Infeksi Salmonella. Sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko tubuh terinfeksi bakteri Salmonella adalah sebagai berikut:

  • Memiliki sistem imun tubuh yang lemah.
  • Berusia di bawah 5 tahun atau di atas 65 tahun.
  • Tinggal di lingkungan yang memiliki sanitasi buruk.
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menekan daya tahan tubuh.
  • Mengidap penyakit radang usus.
  • Gejala Infeksi Salmonella

 Tidak hanya sekadar gangguan pencernaan seperti diare, infeksi Salmonella juga dapat menimbulkan berbagai gejala lain, seperti mual dan muntah, kram perut, demam dan menggigil, panas dingin, kehilangan nafsu makan, sakit kepala dan adanya darah pada tinja.

Gejala infeksi Salmonella biasanya muncul pada 12–72 jam setelah terjadinya infeksi. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung selama 4–7 hari. Namun, gejala diare mungkin bisa berlangsung lebih lama hingga 10 hari. Sementara itu, durasi pemulihan saluran pencernaan hingga kembali berfungsi normal biasanya memerlukan waktu sampai beberapa bulan.

Segera kunjungi dokter apabila mengalami sejumlah gejala di atas, terutama jika disertai dengan muntah yang tak kunjung berhenti, demam lebih dari 38°C, diare terus menerus selama lebih dari tiga hari dan tak kunjung membaik, BAB berdarah.

Yang perlu mewaspadai beberapa risiko komplikasi adalah sebagai berikut:

  • Dehidrasi (kekurangan cairan tubuh),

Bakteremia, yaitu suatu kondisi di mana bakteri yang masuk ke dalam darah dan menyebabkan peradangan di seluruh tubuh. Pada tahap lebih lanjut, kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan organ.

  • Sindrom reiter atau disebut juga arthritis reaktif, yaitu peradangan pada sendi yang terjadi karena infeksi. Kondisi ini menimbulkan gejala berupa iritasi mata, nyeri sendi, dan nyeri saat buang air kecil.

 Infeksi bakteri Salmonella sering kali berawal dari makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella. Namun, sulit untuk mendeteksi adanya bakteri ini secara kasat mata. Adapun beberapa upaya yang perlu dibiasakan agar terhindar dari infeksi Salmonella adalah sebagai berikut:

  • Mencuci tangan sebelum makan dan memasak.
  • Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir segera setelah bepergian dan melakukan kontak langsung dengan hewan atau penderita infeksi Salmonella.
  • Membersihkan peralatan makan dan minum setelah menggunakannya.
  • Hindari membiarkan makanan dalam keadaan terbuka selama berjam-jam.
  • Pisahkan makanan panas dan dingin.
  • Usahakan memasak telur sampai benar-benar matang.
  • Masak daging sampai matang dengan suhu yang tinggi untuk mematikan bakteri.
  • Hindari konsumsi telur yang cangkang telurnya sudah retak.
  • Memisahkan penyimpanan makanan laut, daging unggas, dan daging merah dengan bahan makanan lainnya di dalam kulkas.
  • Membedakan talenan untuk makanan matang dan mentah.
  • Hindari mengonsumsi susu dan produk olahan susu yang tidak dipasteurisasi.
  • Tidak menyiapkan makanan untuk orang lain saat sedang muntah atau diare.

 

  • Staphylococcus aureus

Bentuk dan warna bakteri Staphylococcus sangat cantik, seperti buah anggur. Bakteri ini seringkali terkait dengan praktek penanganan daging yang tidak higienis selama pemotongan, penyimpanan, atau pengolahan. 

  • Listeria monocytogenes:

Bakteri ini dapat bertahan hidup pada suhu rendah dan dapat mencemari daging selama penyimpanan. Penting untuk memastikan kebersihan saat menangani daging dan memasaknya dengan benar untuk meminimalkan risiko infeksi bakteri patogen. 

Pencegahan:

  • Penyimpanan yang tepat:

Simpan daging pada suhu yang sesuai (biasanya di bawah 4°C) untuk menghambat pertumbuhan bakteri. 

  • Penanganan yang higienis:

Cuci tangan secara teratur saat menangani daging mentah dan gunakan peralatan yang bersih untuk menghindari kontaminasi silang. 

  • Memasak dengan benar:

Masak daging hingga suhu internal yang aman untuk membunuh bakteri patogen. 

  • Hindari kontak silang:

Pisahkan daging mentah dari makanan siap saji untuk mencegah kontaminasi. 

Dipublikasi Pada : 24-07-2025