By: Ir. Wiwiek Yuniarti Costa, M.Si
Ketela pohon atau singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Singkong merupakan pohon tahunan tropika dan subtropika yang dapat ditanam sepanjang tahun. Bagian yang dimakan dari tanaman singkong selain bagian umbi atau akarnya juga daunnya, biasanya dimanfaatkan untuk ragam masakan.
Kandungan Gizi yang terdapat pada umbi singkong, merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin akan protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin. Selain umbi akar, singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida.
Umumnya daging umbi singkong berwarna putih atau kekuning – kuningan, untuk rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang pahit, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya.
Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Dalam hal ini umbi singkong mudah sekali rusak, ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Singkong banyak digunakan pada berbagai macam penganan, mulai dari kripik, kudapan, sayuran hingga tape. Bahkan bisa juga dibuat tepung singkong yaitu tepung tapioka yang dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, tepung ini baik untuk pengidap alergi.
Singkong merupakan bahan baku aneka industry antara lain; tepung mocaf, tapioka, gula cair, bioetanol, makanan camilan, dan lain-lain. Agar kebutuhan industri berbasis singkong terpenuhi dalam jumlah besar dan kontinu, maka penting sekali melakukan budidaya tanaman singkong atau bermitra dengan para petani singkong. Budidaya singkong sendiri akan membantu mengatasi kekurangan pasokan dan menekan kenaikan harga bahan baku singkong. Masa panen petani singkong, belum dimanajemen dengan baik sehingga menyebabkan pasokan tidak teratur dan mengakibatkan harga fluktuasi tinggi, hal ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas industry berbasis singkong. Oleh karena itu para pelaku usaha, sebaiknya juga melakukan budidaya singkong sendiri.
Selain nasi, singkong merupakan bahan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selain enak, ternyata ada beberapa manfaat singkong bagi kesehatan. Untuk mengetahui apa saja manfaat tersebut. Singkong merupakan makanan pokok bagi sebagian penduduk dunia, terutama yang tinggal di wilayah tropis, seperti Amerika Selatan, Afrika, dan Asia, termasuk indonesia. Di Indonesia sendiri, singkong banyak diolah menjadi aneka hidangan, mulai dari gorengan, singkong kukus atau rebus, tape, hingga getuk. Di dalam 100 gr singkong, terkandung sekitar 150 kalori dan aneka nutrisi seperti, 38–40 gr karbohidrat, 1–1,2 gr protein, 1–2 gr serat, 300 mg kalium, 20 mg kalsium, 25–30 mcg folat, 20–30 mcg vitamin C. Singkong juga mengandung zinc, magnesium, selenium, fosfor, vitamin A, vitamin B, dan beragam jenis antioksidan, seperti polifenol dan flavonoid.
Karena kandungan nutrisinya yang beragam, singkong dianggap memiliki manfaat bagi kesehatan, seperti:
-
- Sumber energi
Singkong mengandung kalori yang cukup tinggi. Dalam 100 gram singkong, terkandung 110–150 kalori. Jumlah kalori ini lebih tinggi daripada kalori pada umbi jenis lain, seperti kentang dan ubi. Oleh karena itu, Anda bisa mendapatkan energi ekstra untuk menjalani aktivitas sehari-hari jika mengonsumsi singkong.
- Sumber serat dan karbohidrat kompleks
Selain kalori, singkong juga kaya akan karbohidrat kompleks dan serat. Kedua nutrisi ini berfungsi untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan, mengurangi peradangan, dan mengendalikan kadar gula darah. Bila kadar gula darah terkendali, risiko terjadinya diabetes tipe 2 dan obesitas juga akan lebih rendah.
Meski begitu, manfaat singkong dalam menstabilkan kadar gula darah ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
- Sumber antioksidan yang baik
Manfaat singkong lainnya bisa didapat dari kandungan vitamin C, vitamin A, dan beta-karoten di dalamnya. Vitamin C dan vitamin A merupakan antioksidan yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari efek radikal bebas, mencegah penyakit jantung, hingga mengatasi kerutan di kulit. Singkong juga dapat diolah menjadi tepung tapioka yang bermanfaat untuk kesehatan kulit wajah.
Sementara beta-karoten berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah kekambuhan gejala asma, mengurangi risiko kanker, serta baik untuk kesehatan kulit dan mata. Asupan nutrisi ini juga dapat mencegah berbagai penyakit mata, seperti katarak dan degenerasi makula terkait usia (AMD).
- Indeks glikemik rendah
Singkong termasuk makanan dengan nilai indeks glikemik rendah. Ini artinya, makanan ini tidak membuat kadar gula darah cepat naik. Sementara itu, ada beberapa riset yang menyebutkan bahwa singkong bermanfaat untuk membantu mencegah terjadinya diabetes dan resistensi insulin. Singkong bahkan disebut dapat membantu mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes.
Selain manfaat di atas, singkong juga diklaim dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi kelelahan, diare, infeksi, masalah kesuburan, dan menginduksi persalinan. Kendati demikian, manfaat singkong sebagai obat alternatif ini belum terbukti secara medis.
Fakta yang perlu diketahui sebelum mengonsumsi singkong, meskipun ada banyak manfaat singkong bagi kesehatan, sehingga perlu mengonsumsinya dengan hati-hati. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan terkait tanaman ini:
-
- Singkong perlu diolah dengan benar
Singkong mengandung zat kimia yang disebut glikosida sianogen. Bahan kimia ini dapat melepaskan sianida di dalam tubuh. Oleh karena itu, singkong harus diolah dengan benar sebelum dimakan untuk mencegah keracunan sianida.
- Batasi konsumsi singkong pada ibu hamil dan menyusui
Mengonsumsi singkong terlalu banyak di masa kehamilan dan menyusui juga tidak aman. Konsumsi singkong terlalu banyak saat hamil diduga dapat meningkatkan risiko bayi mengalami cacat bawaan lahir dan kelainan tiroid.
- Singkong berisiko menurunkan kadar yodium
Singkong diketahui dapat menurunkan jumlah yodium yang diserap oleh tubuh. Oleh karena itu, terlalu sering mengonsumsi singkong dalam jumlah banyak berpotensi menyebabkan kekurangan yodium. Hal ini bisa membuat jumlah hormon tiroid di dalam tubuh berkurang. Oleh karena itu, Anda dilarang mengonsumsi singkong terlalu banyak, jika sedang menderita penyakit tiroid atau tengah menjalani terapi penggantian hormon tiroid.
Cara mengkonsumsi singkong yang benar menjadi penting karena harus menghilangkan zat sianida yang berbahaya pada singkong. Agar lebih aman dikonsumsi, singkong perlu diolah dengan cara mengupas kulitnya terlebih dahulu, kemudian merendam bagian batangnya yang berwarna putih di dalam air bersih selama 48-60 jam. Setelah proses perendaman selesai, lanjutkan dengan proses pengolahan sesuai tujuan olahan .