By : Ir. Fransiskus Mbapa, M.Si
Kreativitas merupakan sebuah dorongan dari dalam pribadi seseorang untuk melakukan sebuah kegiatan yang tidak bersifat normatif. Kegiatan yang bersifat normatif dimaksudkan hanya melakukan suatu kegiatan usaha yang sudah terpola seperti suatu aktivitas yang monoton dari waktu ke waktu. Akibat daripada kegiatan atau aktivitas yang demikian akan membuat seseorang berjalan di tempat dalam kegiatan usahanya. Untuk itu diperlukan kreativitas yang memicu seseorang untuk melakukan kegiatan secara lebih produktif dengan segala kreativitas yang dimiliki dalam menunjang kemajuan dalam berusaha. Hal ini perlu dilakukan oleh karena situasi dan kondisi ekonomi yang serba berubah.
Situasi dan kononomi yang serba tidak menentu memaksa masyarakat untuk berpikir dan menerapkan cara berusaha yang bersifat inovatif. Para pelaku usaha tidak dapat mengandalkan cara berusaha yang konvensional. Salah satu jenis usaha yang bisa dicoba adalahmelaksanakan usaha budidaya nila.
Budidaya nila hampir sebagian besar digeluti oleh para pelaku usaha di bidang perikanan air tawar yang ada di Indonesia. Tidak hanya itu, cara pembudidaya ikan air tawar di NTT juga melakukan hal yang sama. Rata-rata nila memegang ikon usha yang dilakukan oleh para pelaku usaha baik di Kupang maupun beberapa daerah di NTT. Hal ini cukup beralasan karena membudidaya nila sangat sederhana.
Nila adalah salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dibudidaya oleh masyarakat Indonesia. Kata nila sangat erat sekali hubungannya dengan saudara kita yang beretnis Jawa, karena rata-rata pembudidaya ternak nila banyak dilakukan di Jawa. Namun dewasa ini pembudidaya nila tidak saja di Pulau Jawa, tapi sudah berkembang hampir seantero bumi Indonesia.
Melakukan usaha budidaya ternak nila sebenarnya tidak susah-susah amat, karena hanya membutuhkan satu modal utama yaitu “kemauan dan tekad yang kuat untuk berusaha”. Pepatah bijak mengatakan dimana ada kemauan di situ ada jalan. Pepatah ini sesungguhnya mau memberikan dorongan kepada kita agar mampu melihat segala potensi yang kita miliki agar dapat kita pergunakan semaksimal mungkin sehingga menghasilkan sesuatu yang berharga dan bermanfaat. Salah satunya adalah potensi pikiran kita agar mampu berpikir dan berjiwa besar. Berpikir dan berjiwa besar dalam hal apa saja yang menguntungkan buat kita. Salah satunya adalah bagaimana kita berpikir untuk melakukan budidaya nila sebagai salah satu alternatif sumber pendapatan kita yang bisa kita lakukan di sela-sela waktu kesibukan kita.
Pengalaman menunjukkan bahwa pekerjaan budidaya nila sebenarnya pekerjaan yang amat menyenangkan sekaligus menguntungkan bagaimana tidak, saya ilustrasikan saja kalau kita melakukan budidaya nila per 1000 ekor. Rincian kebutuhan biaya untuk melakukan budidaya nila 1000 ekor dapat disajikan dalam uraian di bawah ini.
Kita membutuhkan modal Rp 1.000.000 untuk pembelian bibit nila dengan ukuran 5/7 yang harga per ekornya Rp 1.000. Selanjutnya sebuah kolam terpal bulat berdia meter 2 seharga Rp 350.000. dan yang paling penting adalah pakan yang kita gunakan selama masa pelaksanaan budidaya. Pakan yang dianjurkan adalah pakan produksi PT charoon Pok Pahn dengan merek produksi P 781-1, 781-2, dan 781-3.
Pada awal masa budidaya ketika bibit masih berukuran 5/7 diberikan pakan 781-1. Aplikasi pakan ini berlangsung selama kurang lebih 2 minggu dan menghabiskan sekitar 6 kg per 1000 ekor bio masa. Selanjutnya diberikan pakan 781-2 selama kurang lebih satu bulan. Selanjtnya bisa diaplikasikan terus pakan 781-2 atau diganti dengan 781-3. Perlu diketahui bahwa baik 781-1, 781-2, maupun 781-3 measing-masing mengandung kadar protein yang sama yaitu 31-33%.
Nila yang kita budidaya secara intensif yang pada awal masa budidaya dengan ukuran bibit tersebut 5/7 sudah dapat dipanen mulai umur 4 bulan dengan kisaran berat setiap ekor antara 200 sampai 400 gram. Selanjutnya dapat dipanen lagi setiap 2 minggu dan akan habis pada bulan ke 4 dari masa pemeliharaan. Perlu diketahui bahwa ternak nila sangat efisien dalam hal konversi pakan. Dari hasil pengalaman yang diukur nilai konversi pakan untuk nila yang peroleh 1,2. Nilai FCR (Feed Conversion Ratio) sebesar 1,2 artinya setiap penggunaan pakan 1,2 kg menghasilkan atau menambah bio masa nila sebesar 1 kg. Berdasarkan pengalaman, selama masa pemeliharaan kurang lebih 4 bulan menghabiskan pakan sebanyak 7 karung dengan harga per karung Rp 420.000. kalau dikali dengan 7 karung = Rp 2.940.000, ditambah dengan 6 kg 781-1 dikali Rp 17.000 per kg = Rp 102.000. jadi total biaya pakan sebesar Rp 3.042.000.
Kalau ditotal biaya pakan dan bibit semuanya sebesar Rp 4.042.000. Harga nila konsumsi per kg sebesar Rp 50.000 – Rp 60.000, dengan kisaran rata-rata Rp 55.000 per kg. Kalau ukuran nila konsumsi 5 ekor per kg, maka per 1000 ekor menghasilkan 200 kg nila konsumsi. Kalau harga per kg nila Rp 50.000 saja maka jumlah penerimaan dari 200 kg nila konsumsi sebesar Rp 10.000.000 Sehingga kalau dihitung keuntungan budidaya nila per 1000 ekor adalah Rp 10.000.000 – Rp 4.042.000 = Rp 5.958.000. dengan demikian usaha budidaya nila per 1000 ekor layak diusahakan oleh siapapun dengan nilai R/C = 2,47 atau B/C = 1,47. Indeks angka ini menunjukkan kepada bahwa usaha budidya nila menguntungkan.
Informasi yang tersaji di atas memang memberikan harapan kepada kita untuk segera terjun dalam kegiatan usaha. Namun ada beberapa catatan yang perlu kita perhatikan dan laksanakan. Hal yang perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh adalah usahakan agar tingkat mortalitas bibit selama masa pemaliharaan tidak boleh melebih 10%. Karena pada saat kita membeli bibit di farm kita sudah dikasi cadangan resiko sebesar 5-10% dari jumlah pembelian bibit. Jadi kalu kita beli 1000 ekor kita memiliki cadangan resiko sejumlah 50 – 100 ekor, tergantung kemurahan hati pemilik farm juga. Cadangan resiko diperhitungkan karena yang kita beli adalah makhluk hidup apalagi bibit nila yang masih sangat kecil sehingga rawan akan resiko kematian. Kematian dapat disebabkan oleh karena terserang penyakit atau penyebab lain diluar kendali manusia.