PERTUMBUHAN AYAM KAMPUNG DAN KEBUTUHAN NUTRISINYA

By : Eni Mulyanti, S.Pt., M.Si

Ayam kampung merupakan ayam lokal yang belum melalui proses pemuliaan intensif untuk tujuan tertentu seperti ayam broiler.  Secara genetik, ayam kampung merupakan keturunan dari ayam hutan merah (Gallus gallus) yang telah didomestikasi. Meskipun banyak dipelihara secara tradisional, saat ini banyak peternak yang mengembangkan ayam kampung dengan sistem semi-intensif dan intensif untuk meningkatkan produktivitas. Ayam kampung memiliki potensi ekonomi yang baik sebagai sumber daging dan telur. Permintaan pasar terhadap ayam kampung cenderung stabil, bahkan meningkat, karena citra dagingnya yang dianggap lebih sehat dan alami.

Pakan sangat dibutuhkan ayam kampung untuk dapat berproduksi dengan baik.  Kebutuhan nutrisi ayam kampung tergantung dari beberapa factor, antara lain umur, bobot ayam,  jenis kelamin, pertumbuahan dan produksi.  Fase kehidupan ayam kampung secara umum dibagi menjadi tiga fase (periode) :  starter (0-6 minggu), grower (7-12 minggu), dan layer (>16 minggu). Masing-masing fase memiliki kebutuhan khusus terkait suhu, pakan, dan perawatan untuk memastikan pertumbuhan dan kesehatan ayam.  Kebutuhan pakan pun secara umum dibedakan dalam 3 periode, yaitu starter, grower dan finisher.

Ayam kampung pada periode atau fase starter mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.  Pada periode ini, bulu halus mulai tumbuh, pertambahan bobot badan  sangat cepat hingga mencapai 2 – 3 kali lipat dari bobot awal dalam 4 – 5 minggu.  Aktifitas ayam pada periode ini juga sangat tinggi untuk bergerak, misalnya belajar makan secara mandiri.  Organ-organ dalam seperti system pencernaan berkembang pesat. Perbedaan pertumbuhan jantan dan betina sudah mulai kelihata, dalam hal ini ayam jantan cenderung lebih cepat besar.  Pertumbuhan tulang, otot dan system imun sangat cepat.  Untuk mencukupi kebutuhan untuk pertumbuhan dan aktifitas yang sangat tinggi pada periode starter tersebut, maka dibutuhkan ransum dengan kadar protein kasar 18 – 20% dan energi metabolis 2800 – 2900 kcal/kg. 

Setelah umur 8 minggu, laju pertumbuhan ayam kampung sudah tidak secepat periode starter.  Proses pembentukan otot dan organ tubuh tetap berjalan, tapi dengan kecepatan yang lebih rendah.  Pada periode ini, kebutuhan protein masih tetap cukup tinggi tapi tidak sebanyak pada periode starter.  Efisiensi pemanfaatan protein pada fase grower meningkat karena system pencernaan pada fase grower sudah lebih sempurna, sehingga lebih efisien dalam menyerap protein dari pakan.  Ayam sudah dapat memanfaatkan protein dengan lebih baik, meskipun kadar protein dalam ransumnya lebih rendah.  Kebutuhan protein pada ayam kampung fase grower ditetapkan pada kisaran 16 – 17 % dan energi metabolis 2700 – 2800 kcal/kg.  Pada fase grower, pakan lebih diarahkan untuk pemeliharaan jaringan tubuh, pertumbuhan otot dan tulang lanjutan, persiapan menuju masa remaja dan dewasa, sehingga energi menjadi sedikit lebih dominan, sementara protein tetap penting tapi dalam kadar yang mulai seimbang. Menurunkan kadar protein ransum pada fase grower dapat meningkatkan efisiensi ekonomi pakan, tanpa mengurangi performa ayam tersebut. 

Ayam kampung pada periode layer membutuhkan protein pakan yang lebih tinggi daripada periode grower, karena pada periode ini ayam sudah dapat memperoduksi telur.  Protein pakan berkualitas tinggi pada periode layer dibutuhkan untuk pembentukan komponen telur.  Komponen telur terdiri atas protein, yaitu albumin yang ada pada putih telur dan sebagian kuning telur.  Protein pada fase ini juga diperlukan untuk pemeliharaan bulu dan otot, regenerasi jaringan tubuh serta mendukung system hormon dan metabolisme.  Kebutuhan nutrisi pada ayam kampung periode layer (masa telur) sangat spesifik.  Kebutuhan protein pada periode ni berkisar 16 – 18 % dan dan calcium 3,5 – 4 %, karena tubuh ayam harus menopang pemeliharaan tubuh dan organ-organ dewasa serta produksi telur secara rutin yang membutuhkan protein dan kalsium yang sangat tinggi. 

Apabila kandungan protein dalam ransum ayam periode layer kurang atau tidak mencukupi, akan mengakibatkan produksi telur menurun, ukuran telur mengecil, bulu kusam serta tubuh ayam menjadi kurus.  Kebutuhan calcium pada ayam kampung pada periode layer meningkat menjadi 3,25 – 4%, hal ini karena kalsium dibutuhkan untuk pembentukan cangkang telur.  Cangkang telur tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3) hingga 95%.  Setiap ayam periode layer membutuhkan 2 – 2,5 gram kalsium per hari untuk membentuk satu cangkang.  Kebutuhan kalsium ini akan meningkat sampai dengan 4% terutama saat puncak produksi (>60% hen day).  Kekurangan kalsium dalam ransum akan mengakibatkan cangkang telur menjadi tipis, retak atau lunak.  Selain itu, ayam bisa mengalami demineralisasi tulang (keropos tulang) yang selanjutnya bisa mengakibatkan produksi telur menurun dan umur produksi yang pendek.  Berikut adalah standar kebutuhan nutrisi pakan ayam kampur pada periode starter, grower dan layer.

Nutrien

Starter

Grower

Finisher

Energi Metabolis (EM)

2800 – 2900 kkal/kg

2700 – 2800 kkal/kg

2700 – 2800 kkal/kg

Protein kasar (PK)

18 – 20%

15 – 17%

16 – 18%

Kalsium (Ca)

0,9 – 1%

0,8 -0,9%

3,24 – 4%

Fosfor tersedia

0,45 – 0,5%

0,4 – 0,45%

0,45 – 5%

Lisin

1,0 – 1,2%

0,8 – 1%

0,8 – 1%

Metionin

0,4 – 0,5%

0,3 – 0,4%

0,3 – 0,5%

Vitamin (A, D3, E, K, B-kompleks) dan mineral (Zn, Fe, Cu, Mn, Se)

Diperlukan dalam jumlah kecil, tapi esensial untuk pertumbuhan

 

 

Sumber : Elly Tugiyanti, 2025

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan ayam kampung periode starter dan layer sebaiknya lebih diintensifkan untuk memenuhi kebutuhan protein, energi, kalsium serta nutrien lainnya.  Sedangkan untuk ayam kampung periode grower dapat dilakukan secara diumbar, karena pada periode grower ini walaupun pemberian pakan berkualitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan pertumbuhannya.

Dipublikasi Pada : 25-07-2025