Produktifitas dan perkembangan ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersediaan maupun kualitas hijauan. Hal ini karena hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia. Jenis hijauan yang dapat diberikan kepada ternak selain rumput-rumputan adalah tanaman leguminosa. Leguminosa mempunyai kandungan protein cukup tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Namun demikian, jenis leguminosa kebanyakan mengandung zat antinutrisi salah satunya adalah tanin, karena tanin memiliki peranan penting dalam melindungi perkecambahan, serangan jamur, serangga atau insekta serta cuaca. Tanin juga terdapat pada daun ubi kayu, daun pisang kepok, dan daun katuk.
Tanin merupakan senyawa metabolit sekunder dan salah satu zat antinutrisi yang terdapat dalam tanaman hijauan serta dapat berpengaruh terhadap pencernaan. Tanin akan berdampak positif dalam tubuh ternak ketika jumlahnya sedikit, karena dapat melapisi atau melindungi protein sebagai salah satu kandungan yang terdapat pada pakan yang dikonsumsi. Dengan demikian tanin dengan konsentrasi rendah akan meningkatkan protein bypass pada organ pasca rumen karena mikroba rumen tidak mampu mendegradasinya.
Zat antinutrisi berbeda dendan toxic atau racun. Hal ini karena zat anti nutrisi dalam konsentrasi tinggi saja yang dapat mengakibatkan ternak keracunan. Apabila di dalam tubuh ternak terdapat konsentrasi antinutrisi yang tinggi, maka zat antinutrisi tersebut akan menyerang atau menghambat proses metabolisme. Sedangkan senyawa toxic masuk apabila masuk ke dalam tubuh ternak meskipun dalam konsentrasi rendah, toxic langsung akan menyerang sistem respirasi yang berdampak sangat fatal dalam jangka waktu singkat.
By : Eni Mulyanti, S.Pt., M.Si
Tidak selamanya zat antinutrisi memberikan pengaruh negative terhadap tubuh ternak. Salah satu pengaruh baik tanin terhadap tubuh ternak adalah pengaruhnya terhadap resistensi kehidupan rumen terhadap parasit gastrointestinal nematode. Tannin juga mempunyai efek menguntungkan antara lain dapat melindungi protein dari degradasi mikroba rumen (protein by pass) sehingga langsung dapat diserap oleh usus halus, dengan kata lain berpotensi untuk meningkatkan suplai dan penyerapan protein tercerna. Senyawa tanin yang terdapat dalam tanaman secara alami memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan protein dan membentuk protein kompleks (Makkar et al. 2007). Perlu adanya proteksi protein agar dapat bypass atau lolos dari degradasi mikroba dalam rumen untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari tingginya kualitas dan kandungan protein dalam bahan pakan. Proteksi protein dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya pencampuran dengan tanin, pelapisan protein dengan lemak atu minyak (Arora 1983; Leng 1991) maupun dengan saponin (Suhartati 2005).
Protein yang berikatan dengan tannin tidak hanya protein substrat tetapi juga protein mikroba. Kemampuan tannin untuk bereaksi dengan protein menimbulkan masalah pada penyiapan enzim atau protein dari beberapa tumbuhan. Kemampuan tannin dalam mengendapkan protein disebabkan adanya sejumlah gugus fungsional yang dapat membentuk ikatan kompleks yang sangat kuat dengan protein, sehingga dapat menghambat kerja beberapa enzim serta menurunkan kecernaan protein dengan aktivitas enzimatik (Muslim 2014). Tanin akan mengikat protein dan tanin terutama tanin
terkondensasi yang tidak dapat dipecah oleh mikroorganisme rumen, sedangkan tannin terhidrolisa dapat dipecah oleh mikroorganisme rumen (Makkar et al, 1991). Tanin juga mempunyai efek berbahaya untuk mikroba rumen, akan tetapi bakteri yang mampu mendegradasi tanin dapat berkembang biak dan dapat meningkatkan jumlah bakteri yang toleran terhadap kandungan tannin pada pakan (Desmiaty et al. 2008).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tanin merupakan senyawa kompleks dalam tanaman yang bisa mengakibatkan pengaruh positif dan negative terhadap tubuh ternak. Sebagai zat antinutrisi, tanin dapat menyebabkan keracunan apabila dikonsumsi ternak secara berlebihan. Keberadaan tanin berdampak positif jika ditambahkan pada pakan yang tinggi akan protein baik kuantitas maupun kualitas. Hal ini disebabkan protein yang berkualitas tinggi dapat terlindungi oleh tanin dari degradasi mikrooragisme rumen sehingga lebih tersedia pada saluran pencernaan pasca rumen. Tanin juga bermanfaat sebagai anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Efek positif lainnya bagi hewan ternak adalah mencegah kembung. Efek negatif dari tanin dapat diminimalisir dengan cara mengkombinasikan dengan pakan hijauan lain.