EFEKTIFITAS TUJUAN PEMBELAJARAN DIKLAT PENGOLAHAN HASIL TERNAK DALAM PENINGKATAN KUALITAS BAHAN AJAR PEMBUATAN KERUPUK DAGING SAPI

By: Wiwiek Yuniarti Costa

Abstrak

Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang adalah instansi pemerintah yang secara legal diberi kewenangan untuk menyelenggarakan program diklat baik bagi Aparatur dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Non Aparatur dalam hal ini petani dan peternak melalui diklat struktural, fungsional dan diklat teknis. Pendidikan dan Pelatihan (diklat) adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan peserta diklat yang proses pembelajarannya lebih menekankan pada praktek dari pada teori dengan menggunakan pendekatan pelatihan orang dewasa atau yang disebut andragogi (Kementerian Pertanian, 2012).

Keberhasilan pendidikan dan pelatihan ditentukan oleh berbagai macam faktor antara lain : penentuan tujuan diklat; pengembangan kurikulum dan bahan ajar; penyusunan program pelatihan; penetapan peserta dan widyaiswara, penyelenggaraan administrasi dan keuangan, proses pembelajaran dan lingkungan fisik serta lingkungan emosional. Faktor-faktor tersebut akan menunjang efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan diklat ( Lembaga Administrasi Negara, RI, 2003).

Efektivitas adalah tercapainya suatu program yang telah dicanangkan sebelumnya. Untuk mengetahui apakah program diklat sudah dilaksanakan dengan efektif atau tidak, perlu dilakukan berbagai evaluasi diklat. Diklat Pengolahan Hasil Ternak merupakan salah satu diklat yang telah di akreditasi di Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang, dimana salah satu SKK yang termuat dalam kurikulum adalah “Membuat Kerupuk Daging”, sebagai salah satu SKK yang dibutuhkan oleh peserta Diklat. Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas penyelenggaraan diklat di BBPP Kupang, maka salah satunya dibutuhkan suatu kajian yang berkaitan dengan pengembangan bahan ajar diklat.

Selama pengalaman pengkaji menyampaikan materi tentang pembuatan kerupuk daging kepada peserta diklat pengolahan hasil ternak, sering sekali peserta diklat mengalami kegagalan dalam membuat kerupuk daging sapi yang baik yang disebabkan karena sampai sejauh ini belum didapatkan informasi yang jelas tentang pembuatan kerupuk daging yang berkualitas, sehingga bahan ajar tentang “Membuat Kerupuk Daging Sapi” yang digunakan masih sangat sederhana dan perlu dikembangkan atau disempurnakan lagi.

Metode analisis data yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis deskriptif untuk menguji efektivitas penerapan bahan ajar dalam bentuk Paket Pembelajaran, Bahan Tayang dan Modul khusus mata diklat/ SKK “ Membuat Kerupuk Daging”.

Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive (sengaja) pada peserta diklat pengolahan hasil ternak bagi petugas angkatan I di BBPP Kupang, diklat pengolahan hasil ternak bagi petugas angkatan II di BBPP Kupang, Diklat pengolahan hasil ternak bagi penyuluh di BPTP Kalasey dan Diklat pengolahan hasil ternak bagi petani di BBPP Kupang dan  masing-masing diklat diambil 30 orang peserta dan sebagai responden. Penentuan jumlah 30 responden ini dianggap bahwa sample sudah mampu mewakili populasi peserta diklat pengolahan hasil untuk tahun anggaran berjalan.  Selain itu efektivitas penerapan bahan ajar ini dilihat pula dari data pendukung lain seperti hasil evaluasi awal (pre -test) dan hasil evaluasi akhir (post-test) dari proses pembelajaran untuk 120 responden dari 4 jenis diklat yang tersebut.

Pengujian efektivitas ini menggunakan kuesioner dimana kuesioner ini terdiri dari 6 bagian yang akan diuji yaitu: Tujuan Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Waktu Pembelajaran, langkah kerja proses belajar,  Isi informasi Bahan Ajar, Kualitas produk hasil olahan dari sisi organoleptik dan Rencana Implementasi peserta diklat dalam menerapkan teknologi  Pembuatan Kerupuk Daging.

Hasil kajian menunjukkan bahwa, Efektivitas penerapan bahan ajar, sebanyak 50,84% menyatakan mampu dalam hal pencapaian tujuan pembelajaran khusus, sebanyak 41,67% menyatakan mampu menerapkan metode pembelajaran, sebanyak 46,67% menyatakan sangat mampu dalam mengikuti langkah kerja, sebanyak 56,67% menyatakan isi informasi sangat jelas dan sebanyak 47,50% menyatakan kualitas produk dari sisi organoleptik sangat berhasil.

Kata Kunci : Efektifitas tujuan pembelajaran diklat dan kulitas bahan ajar.

 

PENDAHULUAN

Keberhasilan pendidikan dan pelatihan ditentukan oleh berbagai macam faktor antara lain : penentuan tujuan diklat; pengembangan kurikulum dan bahan ajar; penyusunan program pelatihan; penetapan peserta dan widyaiswara, penyelenggaraan administrasi dan keuangan, proses pembelajaran dan lingkungan fisik serta lingkungan emosional. Faktor-faktor tersebut akan menunjang efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan diklat ( Lembaga Administrasi Negara, RI, 2003).

 Efektivitas adalah tercapainya suatu program yang telah dicanangkan sebelumnya. Untuk mengetahui apakah program diklat sudah dilaksanakan dengan efektif atau tidak, perlu dilakukan berbagai evaluasi diklat. Diklat Pengolahan Hasil Ternak merupakan salah satu diklat yang telah di akreditasi di Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang, dimana salah satu SKK yang termuat dalam kurikulum adalah “Membuat Kerupuk Daging”, sebagai salah satu SKK yang dibutuhkan oleh peserta Diklat. Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas penyelenggaraan diklat di BBPP Kupang, maka salah satunya dibutuhkan suatu kajian yang berkaitan dengan pengembangan bahan ajar diklat.

Selama pengalaman pengkaji menyampaikan materi tentang pembuatan kerupuk daging kepada peserta diklat pengolahan hasil ternak, sering sekali peserta diklat mengalami kegagalan dalam membuat kerupuk daging sapi yang baik yang disebabkan karena sampai sejauh ini belum didapatkan informasi yang jelas tentang pembuatan kerupuk daging yang berkualitas, sehingga bahan ajar tentang “Membuat Kerupuk Daging Sapi” yang digunakan masih sangat sederhana dan perlu dikembangkan atau disempurnakan lagi.

 Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi penghasil ternak sapi terbesar yaitu merupakan urutan ke empat dari 10 provinsi penghasil sapi terbesar dengan urutan; Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Bali, Sumatera Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sulawesi Tenggara (Direktorat Jenderal dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, 2013).

 

Perkembangan populasi ternak sapi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam 6 (enam) tahun terakhir sejak tahun 2007 sampai 2012 mengalami peningkatan sebesar 4,60% yaitu dari 555.583 ekor meningkat sampai 814.450 ekor ( Statistik Pertanian, BPS Prov NTT, 2012). Konsumsi daging sapi oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur juga cukup tinggi dimana data statistik menunjukan bahwa perkembangan pemotongan ternak sapi dari tahun 2007 sampai tahun 2011 juga mengalami peningkatan dari 49.151 ekor meningkat menjadi 69.921 ekor ( BPS, 2011).

 

Kerupuk menjadi salah satu camilan atau lauk pauk yang biasanya disajikan untuk menemani disaat makan. Kerupuk merupakan panganan yang berbahan dasar tepung tapioka serta diberi bahan tambahan lainnya seperti udang, ikan atau daging dan bahan dari hasil pertanian seperti jagung, bayam, dan lain-lain (Sulistyowati, 1999). Kerupuk yang sering dikonsumsi dan sudah luas pemasarannya adalah kerupuk udang, yang memiliki rasa khas udang. Kerupuk daging juga memiliki rasa khas daging serta memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, karbohydrat, kalsium, fosfor dan zat besi serta vitamin. Kerupuk daging belum ditemui dipasaran karena kurangnya pengetahuan dan teknologi tentang proses pembuatannya. Proses pembuatan kerupuk daging tidak berbeda jauh dengan proses pembuatan kerupuk udang dan kerupuk ikan maupun kerupuk lainnya, yakni meliputi beberapa tahapan yaitu : proses penghalusan bahan baku, pencampuran dengan tepung dan bumbu, pengukusan , pengirisan, penjemuran dan proses penggorengan (Koswara, 2009)

 

Kerupuk dari bahan dasar daging merupakan produk olahan baru sehingga masih perlu diadakan penelitian atau pengkajian tentang beberapa hal terkait proses pembuatannya, antara lain tentang dosis tepung tapioka serta lama pengukusan yang tepat yang menghasilkan kerupuk daging yg bernilai gizi tinggi, memiliki rasa gurih dan enak, memiliki daya tahan simpan yang panjang dengan warna yang menarik yang disukai oleh konsumen. Oleh sebab itu dibutuhkan penelitian menyangkut pembuatan kerupuk daging yang berkualitas dan dituangkan dalam bentuk bahan ajar dalam bentuk paket pembelajaran, petlap, atau modul serta bahan tayang yang nantinya akan diberikan pada peserta diklat khususnya pada diklat Pengolahan Hasil Ternak untuk mata diklat “Membuat Kerupuk Daging” akan semakin lengkap serta penerapan bahan ajar ini akan semakin efektif bagi peserta diklat dalam mencapai tujuan proses berlatih

METODE

Uji persentase penerapan bahan ajar yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah untuk menguji sejauhmana efektivitas bahan ajar dalam bentuk Paket Pembelajaran, Bahan Tayang dan Modul khusus mata diklat/ SKK “ Membuat Kerupuk Daging” dalam pencapaian tujuan proses berlatih. Uji ini menggunakan kuesioner dimana kuesioner ini terdiri dari 6 bagian yang akan diuji yaitu: Tujuan Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Waktu Pembelajaran, langkah kerja proses belajar,  Isi informasi Bahan Ajar, Kualitas produk hasil olahan dari sisi organoleptik dan Rencana Implementasi peserta diklat dalam menerapkan teknologi  Pembuatan Kerupuk Daging.

Responden yang mengisi kuesioner ini adalah peserta Diklat Pengolahan Hasil Ternak Bagi Petugas (P2HP) /Penyuluh Angkatan I dan Angkatan II di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), peserta Diklat Pengolahan Hasil Ternak bagi Penyuluh di Balai Pelatihan Teknis Pertanian (BPTP-Kalasey) Manado Provinsi Sulawesi Utara, serta peserta diklat Pengolahan Hasil Ternak bagi Petani. Data yang diperoleh akan dikompulasi dan akan dianalisa secara deskrptif berdasarkan persentase penilaian.

HASIL & PEMBAHASAN

Penerapan Bahan Ajar tentang “Membuat Kerupuk Daging“ bertujuan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk paket pembelajaran. Paket pembelajaran ini telah dikembangkan sesuai dengan hasil kajian kualitas tentang kerupuk daging, terutama pada isi informasi dan langkah kerjanya. Pengambilan data untuk penerapan bahan ajar dilakukan dengan cara pengisian kuesioner penerapan bahan ajar tentang “Membuat Kerupuk Daging” yang diisi oleh 120 responden dari 4 jenis diklat pengolahan hasil ternak yang berasal dari berbagai provinsi.

Tabel 1. Rata-rata Persentase Penerapan Bahan Ajar Membuat Kerupuk Daging

 

NO

 

UNSUR

KURANG MAMPU (%)

CUKUP MAMPU (%)

MAMPU (%)

SANGAT MAMPU (%)

1

Tujuan Pembelajaran Khusus

6,67

11,67

50,84

30,83

2

Metode Pembelajaran

6,67

8,33

41,67

34,17

3

Waktu Pembelajaran

15

20

35,83

31,67

4

Langkah Kerja

6,67

5,83

40,84

46,67

NO

UNSUR

KURANG JELAS (%)

CUKUP JELAS (%)

JELAS (%)

SANGAT JELAS (%)

5

Isi Informasi Bahan Ajar

5

6,67

31,67

56,67

NO

UNSUR

KURANG BERHASIL (%)

CUKUP BERHASIL (%)

BERHASIL (%)

SANGAT BERHASIL (%)

6

Kualitas Produk Hasil Olahan dari sisi organoleptik

5,84

10

36,67

47,50

NO

UNSUR

BELUM ADA RENCANA

RENCANA JANGKA PENDEK

RENCANA JANGKA PANJANG

7

Rencana Implementasi

10

 

65,83

24,17

             

 

Dari data di atas terlihat bahwa pencapaian Tujuan Pembelajaran Khusus yang mencapai tingkat mampu sebesar 50,84% dan sangat mampu sebesar 30,83%. Untuk penerapan metode pembelajaran juga yang mencapai tingkat mampu adalah 41,67% dan sangat mampu 34,17%. Untuk tahapan langkah kerja dalam paket pembelajaran juga mencapai 40,84% pada tingkat  mampu dan 46,67% sampai pada tingkat sangat mampu. Untuk isi informasi bahan ajar juga mencapai persentase yang baik dimana 56,67% mencapai tingkat sangat jelas dan kualitas produk yang dinilai dari sisi organoleptik, 47,50% mencapai tingkat sangat berhasil. Dengan penerapan bahan ajar ini mampu memotivasi peserta sehingga memiliki persentase rencana jangka pendek yang cukup tinggi yaitu sejumlah 65,83%. Pengembangan bahan ajar sesuai hasil kajian secara langsung dapat berdampak pada perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dapat dilihat pada hasil evaluasi awal dan akhir. Persentase kenaikan tertinggi pada diklat Pengolahan Hasil Ternak bagi Petani yaitu 88,89%, diikuti oleh berturut-turut diklat Pengolahan Hasil Ternak bagi Petugas Angkatan I sebesar 80%, diklat Pengolahan Hasil Ternak bagi Petugas Angkatan II sebesar 60% dan diklat Pengolahan Hasil Ternak bagi Penyuluh sebesar 50%.

 

KESIMPULAN

Efektivitas Penerapan bahan ajar yang telah dikembangkan dari hasil kajian memberikan hasil yang baik dimana terlihat bahwa pencapaian Tujuan Pembelajaran Khusus yang mencapai tingkat mampu sebesar 50,84% dan sangat mampu sebesar 30,83%. Untuk penerapan metode pembelajaran juga yang mencapai tingkat mampu adalah 41,67% dan sangat mampu 34,17%. Untuk tahapan langkah kerja dalam paket pembelajaran juga mencapai 40,84% pada tingkat mampu dan 46,67% sampai pada tingkat sangat mampu. Untuk isi informasi bahan ajar juga mencapai persentase yang baik dimana 56,67% mencapai tingkat sangat jelas dan kualitas produk yang dinilai dari sisi organoleptik, 47,50% mencapai tingkat sangat berhasil. Dengan penerapan bahan ajar ini mampu memotivasi peserta sehingga memiliki persentase rencana jangka pendek yang cukup tinggi yaitu sejumlah 65,83%. Pengembangan bahan ajar sesuai hasil kajian juga secara langsung dapat berdampak pada perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dapat dilihat pada hasil evaluasi awal dan akhir. Persentase kenaikan tertinggi pada diklat Pengolahan Hasil Ternak bagi Petani yaitu 88,89%, diikuti berturut-turut diklat Pengolahan Hasil Ternak bagi Petugas Angkatan I sebsar 80%, Pengolahan Hasil Ternak bagi Petugas Angkatan II (60%) dan Pengolahan Hasil Ternak bagi Penyuluh (50%).

Dipublikasi Pada : 03-07-2024