Sumber : pertanianku.com
Selain kotoran dan sisa pakan yang tertinggal di dalam kandang, masih ada bagian lain dari sapi yang bisa Anda manfaatkan untuk menyuburkan tanaman. Bagian tersebut diberi nama rumen, yakni cairan yang berada di dalam usus halus dan lambung sapi. Selain rumen sapi, pekebun juga sering menggunakan rumen dari kerbau.
Namun, cairan rumen yang akan digunakan untuk menyuburkan tanaman tidak boleh tercampur dengan air. Oleh karena itu, Anda harus menampungnya dengan hati-hati. Biasanya, cairan tersebut bisa didapatkan dari rumah pemotongan hewan, tempat di mana sapi disembelih untuk mendapatkan dagingnya.
Setelah dikumpulkan, cairan rumen dapat langsung dicampurkan dengan bahan-bahan organik untuk difermentasikan. Proses fermentasi tersebut akan menghasilkan larutan yang kaya dengan bakteri pengurai.
Ribuan bakteri yang berada di larutan bermanfaat untuk membantu proses penguraian bahan organik yang ditumpuk berlapis-lapis. Pada bahan organik tersebut terdapat protein, karbohidrat, lemak, dan lignin yang menjadi makanan bakteri. Dalam kurun waktu 3–4 minggu, bahan-bahan organik itu akan membusuk dan siap diberikan ke tanaman.
Penggunaan bakteri untuk proses penguraian bahan organik sudah dilakukan sejak abad ke-18. Pada 1993, mikroba tersebut mulai eksis di kalangan petani dan lima tahun kemudian mikroba golongan Lactobacillus sp digunakan secara luas oleh petani. Mikroba tersebut bisa didapatkan dari rumen sapi. Sementara itu, mikroba golongan Bacillus sp banyak terdapat di lapisan tanah subur yang berada di bawah pohon tua.
Apabila pengomposan kotoran kambing dan sapi membutuhkan waktu selama dua bulan, dengan menggunakan mikroba tersebut waktu proses pengomposan lebih cepat dua kali lipat.
Sebenarnya, kotoran kambing dan sapi bisa terurai secara alami, tetapi waktu yang dibutuhkan bisa lebih dari 6 bulan. Kotoran kambing cenderung lebih sulit terurai karena berbentuk butiran dan diselimuti dengan selaput tipis yang sulit hancur. Hal serupa juga terjadi pada kotoran sapi yang memadat karena dibiarkan terlalu lama. Oleh karena itu, kotoran yang akan dikomposkan sebaiknya dihancurkan terlebih dahulu, kemudian baru difermentasi.
Larutan dekomposer yang terbuat dari cairan rumen sapi bisa digunakan untuk membuat pupuk dasar dan pupuk tambahan.