Sumber : Pertanianku.com
Lahan yang berada di bawah tegakan kelapa sawit kerap kali tidak dimanfaatkan alias dibiarkan menganggur. Lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya kedelai. Melansir dari Majalah Trubus Edisi Januari 2020, petani sawit dapat memanfaatkan lahan kosong untuk menanam kedelai varietas Dena 1, Dega 1, Argomulyo, dan Anjasmoro.
Namun, dari hasil uji coba, Dena 1 terbukti dapat bertahan di area dengan naungan yang rapat. Dena 1 merupakan varietas unggul Balitkabi yang telah dirilis pada Desember 2014. Potensi hasil Dena 1 dapat mencapai 2,9 ton per hektare dan rata-rata hasil 1,7 ton per hektare. Varietas unggul ini toleran terhadap naungan sekitar 50 persen.
Peneliti Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) menggunakan lorong 7 meter pada lahan tanaman belum menghasilkan (TBM) 1 dan lebar lorong 5 meter pada lahan tanaman belum menghasilkan (TBM) 2. Pada lahan TBM 1 naungan masih belum terlalu rapat, sedangkan pada TBM 2 naungan sudah cukup rapat karena sosok tanaman kelapa sawit semakin besar sehingga vegetasi semakin rapat. Naungan yang tersisa pada TBM 2 hanya sekitar 20–30 persen.
Pada awal penanaman, tim memberikan pupuk NPK sebanyak 150 kg, 50 kg urea, 50 kg ZA, 150 kg SP-36, dan 50 kg KCl. Pupuk diberikan saat tanaman belum berbunga dan setelah pembentukan polong. Khusus pada TBM 1, tim menambahkan pupuk dolomit sebanyak 0,75–1 ton untuk satu hektare lahan pada awal tanam. Selain itu, tim peneliti juga menambahkan 3 liter pupuk organik cair per hektare.
Kedelai sudah bisa dipanen saat berumur 76–88 hari setelah tanam. Kedelai yang sudah dipanen ditandai dengan daun yang meluruh dan polong berubah warna menjadi kecokelatan.
Total biaya produksi pada TBM 1 mencapai Rp10.070.000 per hektare. Adapun biaya produksi pada TBM 2 mencapai Rp6.301.500 per hektare. Biaya produksi pada TBM 1 memang tergolong lebih tinggi karena populasi tanaman kedelai yang dapat ditanam lebih banyak sehingga kebutuhan sarana produksi dan biaya tenaga kerja lebih tinggi.
Hasil tertinggi pada TBM 1 rata-rata sekitar 2,36 ton per hektare, sedangkan pada TBM 2 mencapai 1,07 ton per hektare. Hasil produksi pada TBM 1 rata-rata sekitar 2–2,5 ton, sedangkan rata-rata hasil di TBM 2 sekitar 1–1,2 ton.
Keuntungan petani dapat lebih tinggi bila petani mengolah benih sendiri dari hasil panen. Jika proses budidaya berjalan lancar, biasaya petani dapat memperoleh 80 persen benih dari total hasil panen. Harga per kilogram benih di tingkat petani mencapai Rp10.000 per kg kala itu.
Pada TBM 2 varietas Dena 1 ditanam dengan jarak tanam 40 cm × 20 cm dapat memperoleh produktivitas yang tinggi mencapai 1,27 ton per hektare.