MENGENAL LEBIH DEKAT TRANSFER EMBRIO; TEKNOLOGI REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN MUTU GENETIK SAPI

By: drh. Fajar Okta Undari (BBPP Kupang)

Foto: Dok. BET Cipelang

Protein hewani baik yang berasal dari daging maupun susu memiliki manfaat yang cukup besar dalam membangun ketahanan pangan maupun menciptakan SDM yang sehat dan cerdas. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi pemerintah Indonesia telah mencanangkan swasembada daging sapi nasional. Program ini pada awalnya diharapkan tercapai pada tahun 2010. kemudian direvisi menjadi tahun 2014. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan protein tersebut adalah dengan meningkatkan populasi dan produktivitas ternak sapi. Peningkatan populasi dan produktivitas ternak dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi reproduksi. Salah satu teknologi reproduksi yang sudah rutin dipakai dalam upaya meningkatkan produksi ternak baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya adalah transfer embrio (TE). Aplikasi teknologi TE merupakan salah satu teknologi unggulan untuk meningkatkan mutu genetik (produktivitas dan populasi) ternak. Transfer embrio merupakan teknologi reproduksi yang dipakai dalam program pemuliabiakan ternak dengan memanfaatkan bibit induk betina unggul dan juga jantan unggul secara maksimal untuk peningkatan produktivitas (jumlah dan kualitas) ternak. Tujuan TE adalah peningkatan produktivitas yang terintegrasi dengan perbaikan mutu genetik ternak dalam waktu yang singkat. Apabila sapi betina unggul dikawinkan secara alami. ternak tersebut hanya akan menghasilkan satu ekor pedet tiap tahun dan kurang lebih 8-10 ekor pedet sepanjang hidupnya (Troxel. 2013). Jadi pemanfaatan betina unggul tersebut untuk menghasilkan bibit unggul dirasa kurang optimal. Dengan teknologi TE efektivitas reproduksi betina produktif yang unggul dapat ditingkatkan.

Transfer embrio baik pada sapi dan domba sudah dapat dijalankan oleh beberapa perguruan tinggi seperti Institut Pertanian Bogor. Universitas Gajah Mada. Universitas Brawijaya. Universitas Airlangga. lembaga-lembaga penelitian seperti Balai Penelitian Ternak. dan LIPI. perusahaan peternakan swasta. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan memiliki Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang. yang merupakan balai produsen embrio ternak (sapi). Balai Embrio Ternak (BET) mulai operasional sejak tahun 1994 (Supriatna. 2018).

?Langkah-langkah Transfer Embrio

Seleksi sapi betina donor

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih sapi betina donor. Kriteria sapi donor untuk produksi embrio adalah : memiliki genetika unggul (genetic superiority). mempunyai catatan data individu (pedigree) yang jelas. bebas dari penyakit berbahaya dan menular. mempunyai catatan reproduksi (siklus birahi). mempunyai kemampuan reproduksi yang baik dan sehat. memiliki sejarah reproduksi yang baik (beranak teratur dan tidak pernah mengalami kesulitan melahirkan). telah mengalami kelahiran minimal sekali. umur tidak terlalu tua (BET Cipelang. 2017)

Superovulasi sapi betina donor

Langkah selanjutnya adalah melakukan superovulasi pada sapi donor. Superovulasi dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sel telur dalam jumlah yang banyak dalam sekali estrus. Prinsip dasar superovulasi adalah merangsang (menstimulasi) perkembangan folikel dengan menggunakan hormon sehingga menghasilkan beberapa oosit atau sel telur. dimana secara normal hanya dihasilkan satu oosit pada setiap estrus. Metode superovulasi yang dipakai oleh setiap teknisi bisa saja berbeda-beda tetapi tetap sama pada prinsipnya. Dalam penyiapan sapi donor untuk superovulasi. paling baik dimulai pada pertengahan siklus berahi dengan penyuntikan hormon gonadotropin disertai luteolitik hormon. Hormon gonadotropin yang biasa tersedia. terdapat dalam 2 preparat yang berbeda yaitu : 1) Pregnant Mare?s Serum Gonadotropin (PMSG) dengan daya kerja yang cukup lama (waktu paruh 40-120 jam) dan 2) Follicle Stimulating Hormone dengan pengaruh kerja yang singkat (waktu paruh 2-5 jam). Selain itu dapat juga digunakan human menopause gonadotropin (hMG) (Supriatna. 2018). Pada umumnya. FSH disuntikkan 2 kali sehari selama 4 hari pada pertengahan siklus estrus normal (ketika korpus luteum fungsional masih berada pada ovarium). Selanjutnya prostaglandin disuntikkan pada hari keempat. Perlakuan tersebut akan menyebabkan regresi korpus luteum dan estrus akan terjadi sekitar 48 jam kemudian (Troxel. 2013).

Inseminasi buatan sapi betina donor

Hal yang paling penting dalam tahapan ini adalah kualitas semen yang dipakai dan ketepatan penyuntikan semen pada saluran reproduksi sapi betina donor. Karena banyaknya sel telur yang dilepaskan dari beberapa folikel. maka dibutuhkan sel sperma yang aktif dalam jumlah besar untuk bisa mencapai oviduk dari betina donor yang telah di superovulasi. Oleh karena itu. banyak teknisi embrio transfer yang memilih untuk melakukan Inseminasi Buatan (IB) beberapa kali selama dan setelah estrus. Sebagai contohnya. IB dilakukan pada 12. 24. dan 36 jam setelah standing estrus. Semen harus disuntikkan pada tempat yang tepat. yaitu pada badan uterus atau ?-1 inci di depan servik (Troxel. 2013).

Flushing embrio

Koleksi embrio dapat dilakukan secara bedah dan tanpa bedah (flushing/pembilasan). Koleksi embrio dengan cara bedah tidak berbahaya. murah dan dalam pelaksanaannya hampir tidak ada problem. bahkan dapat dilakukan dalam kandang. Untuk pencucian kedua tanduk rahim sapi. paling cocok menggunakan kateter karet. yang tersedia di pasaran dalam berbagai macam tipe. Pada prinsipnya semua kateter karet. bagian depannya (sebelum ujung) memilki balon manset yang dapat ditiupkan udara dari luar yang berfungsi selain memfiksir juga mencegah mengalirnya kembali medium pembilas ke arah badan rahim. Sebagai medium pembilas untuk koleksi embrio digunakan modifikasi phospate buffered saline (PBS) + 1% fetal calf serum (FCS). Medium ini dapat diramu sendiri atau dapat dibeli dalam kemasan yang telah jadi. Media ini dapat disimpan dalam lemari pendingin dan tahan sampai 2 minggu. Biasanya embrio akan dikoleksi dari donor dengan jalan pembilasan (flushing) pada hari ke-6. 7. atau 8 (umumnya pada hari ke-7 dari suatu siklus berahi). Pada hari ke-7. penyebaran sel telur yang terovulasi dalam saluran kelamin betina sebagai berikut : 10% masih berada dalam saluran telur (tuba falopii). 70% berada sekitar 10 cm tersebar di daerah tanduk rahim (apex cornua uteri) dan 20% tersebar sekitar dekat cabang tanduk rahim (bifurkatio uteri). Praktis sebetulnya dengan metode pembilasan yang lazim tanpa bedah akan diperoleh kurang dari 90% sel telur yang terovulasi. Rata-rata akan diperoleh dengan pembilasan yang biasa sekitar 70% dari sel telur yang terovulasi (Supriatna. 2018). Embrio yang sudah dikoleksi tersebut selanjutnya disaring dengan menggunakan suatu filter khusus yang disebut embryo collector. kemudian di evaluasi dibawah mikroskop untuk mengetahui kualitas dan tahap perkembangan embrio. Untuk informasi tambahan bahwa proses flushing embrio dilakukan pada sapi donor yang telah dianastesi epidural sebelumnya. Mekanisme flushing embrio dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Evaluasi Embrio

Evaluasi embrio dilakukan di bawah stereo mikroskop dengan pembesaran lebih dari 40 kali. Evaluasi dilakukan dengan melihat kriteria embrio berupa : bentuk embrio. kepadatan morula. variasi ukuran sel. warna dan tekstur sitoplasma. diameter embrio secara keseluruhan. keadaan zona pelusida. ada tidaknya vesikel dalam sitoplasma (Troxel. 2013). Embrio yang didapat harus mempunyai stadium yang relatif sama. yaitu stadium morula (32 sel). Adanya embrio yang stadium pertumbuhannya kurang dari 32 sel menunjukkan adanya kelambatan pertumbuhan. Embrio yang didapat dari media pembilas diambil menggunakan mikropipet. selanjutnya dimasukkan ke dalam straw mini.

Seleksi dan persiapan sapi betina resipien

Sebagai resipien dapat dipakai sapi dara atau sapi induk . dengan syarat harus sehat dan subur. Sapi dara sebagai resipien mempunyai keuntungan. karena ditinjau dari segi higienis dan teknis pelaksanaan kerja pemindahan embrio itu sendiri. Sapi-sapi ini harus sinkron siklusnya dengan siklus berahi sapi donor. Untuk itu dapat diberikan 1-2 kali penyuntikan prostaglandin dan tergantung dari keadaan siklus berahi dari resipien itu sendiri. Perlu diperhatikan aplikasi prostaglandin pada resipien harus diberikan 12-24 jam sebelum aplikasi prostaglandin pada donor. karena berahi pada donor akibat pemberian gonadotropin 24 jam lebih awal daripada resipien (Troxel. 2013). Adapun kriteria sapi betina resipien adalah sebagai berikut : umur relatif muda/dara atau dewasa telah beranak 1 kali. memiliki performan tubuh yang baik (nilai BCS 2.5-3.0) atau 5 untuk sapi potong. berat badan minimal 300 kg. bebas dari penyakit hewan menular khususnya penyakit reproduksi. siklus berahi normal (18-21 hari). tidak pernah mengalami gangguan reproduksi/kegagalan partus. memiliki sejarah reproduksi yang baik. tidak menunjukkan adanya gejala infertilitas maupun sterilitas (BET Cipelang. 2017).

Transfer embrio

Langkah-langkah transfer embrio adalah sebagai berikut (BET Cipelang. 2017) :

Persiapan bahan dan alat (embrio. gun TE. sheat TE. gloves. gunting. tissue. tali tambang. syringe. needle 18G. kapas alkohol. pinset. lidocaine. air hangat. sheet TE. alat tulis)

Fiksasi resipien yang akan di TE

Lakukan anastesi epidural

Lakukan thawing embrio

Masukkan straw embrio pada gun TE kemudian masukkan gun TE kedalam sheet TE yang telah dilengkapi outer sheat

Bersihkan vulva dengan air. kemudian lap dengan tissue dan kapas beralkohol

Buka vagina dengan jari dan masukkan gun TE kedalam alat reproduksi betina sampai ujung gun mencapai 1/3 bagian apex cornua kanan atau kiri. Pastikan prosedur ini dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalisir iritasi dinding uterus/cornua yang disebabkan oleh ujung gun TE

Lakukan transfer embrio pada cornua yang ipsilateral dengan korpus luteum

Aplikasi TE harus dilakukan secara aseptis untuk menghindari adanya kontaminasi.

Setelah membaca uraian diatas tentunya bisa disimpulkan bahwa metode transfer embrio mempunyai peluang yang sangat besar untuk diterapkan dalam membantu secara teknis peningkatan populasi ternak. perbaikan mutu ternak dan menjamin kesehatan ternak.


Daftar Pustaka

?BET Cipelang. (2017). Aplikasi Transfer Embrio Pada Ternak Sapi. https://betcipelang.ditjenpkh.pertanian.go.id/site/upload/common/file/7_%20Aplikasi%20TE%20BET%20(DR_%20Imron).pdf. Diakses pada tanggal 06 Februari 2019.

Supriatna. I. (2018). Transfer Embrio Pada Ternak Sapi. SEAMEO BIOTROP. www.biotrop.org. Diakses pada tanggal 06 Februari 2019.

Troxel. T. R. (2013). Embryo Transfer in Cattle. Agriculture and Natural Resources. https://www.uaex.edu/publications/PDF/FSA-3119.pdf. Diakses pada tanggal 06 Februari 2019.

Dipublikasi Pada : 21-05-2019