By: Yunindah L. Lapihu
Salah satu kemampuan yang tidak dimiliki ternak lain (domba, sapi) bahwa kambing dapat mengkonsumsi daun-daunan, semak belukar, tanaman ramban dan rumput yang sudah tua dan berkualitas rendah. Jenis pakan tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien, sehingga kambing dapat beradaptasi pada lingkungan yang kurang pakan. Mengenal pola tingkah laku makan kambing dapat dijadikan sebagai dasar peternak yang ingin memulai usaha ternak kambing ataupun yang telah mendalaminya untuk memperbaiki manajemen pemeliharaannya.
Rangkaian tingkah laku makan pada kambing diawali dengan mencium makanan. Jika makanan cocok untuknya maka akan dimakan. Pada umumnya kambing menyukai berbagai jenis hijauan, karenanya dapat membedakan antara rasa pahit, manis, asam dan asin. Rangkaian tingkah laku selanjutnya adalah merenggut pakan. Terhadap pakan yang disukainya, kambing langsung merenggut pakan tersebut. Pakan yang direnggut dapat berupa rumput, daun dan semak belukar. Selain itu, kambing dapat memakan akar kering, ranting, kulit tumbuh-tumbuhan dan daun-daun yang sudah kering. Kambing merenggut dengan cara menarik dan mendorong mulut ke depan-atas atau belakang-bawah. Jika daun-daunan terdapat pada tanaman yang tinggi, kambing mempunyai kemampuan untuk meramban. Hewan ini meramban dengan cara mengangkat kedua kaki depan pada batang tumbuhan dan bertumpu pada kedua kaki belakang. Kepala dijulurkan ke daun tumbuhan yang dipilihnya.
Kambing mempunyai kebiasaan makan yang berbeda dengan ruminansia lainnya. Bila tidak dikendalikan, kebiasaan makan dapat mengakibatkan kerusakan. Bibirnya yang tipis mudah digerakkan dengan lincah untuk mengambil pakan. Kambing mampu makan rumput yang pendek dan merenggut dedaunan. Disamping itu, kambing merupakan pemakan yang lahap dari pakan yang berupa berbagai macam tanaman dan kulit pohon.
Setelah merenggut makanan ke dalam mulutnya, kambing akan memulai aktivitas berikutnya yaitu mengunyah. Fungsi pengunyahan selama makan yaitu untuk merusak bagian permukaan pakan sehingga ukuran partikel menjadi lebih kecil yang memudahkan pakan untuk dicerna. Jika aktivitas makan telah selesai, maka dilanjutkan dengan aktivitas ruminasi. Aktivitas ruminasi diawali dengan mengeluarkan bolus yang disimpan sementara dalam rumen untuk dikunyah dan ditelan kembali. Frekuensi aktivitas menelan bolus lebih banyak dilakukan dibanding aktivitas menelan makanan sebelum ruminasi, hal ini diduga karena pakan yang telah dikunyah kemudian di telan dan disimpan lama di dalam rumen.
Proses pengunyahan pada saat makan dan ruminasia merupakan aktivitas pelengkap di dalam pengurangan ukuran partikel. Partikel yang lebih kecil mungkin mempunyai waktu retensi yang relatif lebih pendek di dalam rumen, sehingga tingkat kecernaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kecernaan digesta, tetapi juga oleh waktu tersimpan di dalam rumen. Setelah kambing melakukan ruminasi, biasanya dilanjutkan dengan tingkah laku istirahat. Tingkah laku ini adalah tingkah laku kambing pada saat tidak melakukan apa-apa. Posisi yang dilakukannya saat istirahat ada tiga macam yaitu bersimpuh, berdiri dan berbaring dengan meletakkan kepala ke atas tanah dengan mata terpejam atau terbuka.
Kambing apabila dihadapkan pada cekaman panas, prioritas tingkah laku kambing akan berubah dari kegiatan merumput atau mengkonsumsi pakan untuk menghindari kondisi yang tidak menyenangkan. Konsekuensi yang cepat adalah mengurangi konsumsi pakan dan energi metabolis yang tersedia. Gangguan lain terhadap keseimbangan energi berasal dari perubahan fisiologi, endokrin dan pencernaan yang selanjutnya menurunkan energi yang tersedia. Pada siang hari dengan suhu yang tinggi, kambing akan merumput lebih sedikit, waktu yang digunakan untuk ruminasi lebih singkat dengan istirahat yang relatif lama.
Dari semua aktivitas, aktivitas makan adalah paling tinggi. Hal ini disebabkan karena kambing termasuk hewan diurnal, yaitu aktivitas makan di siang hari dan malam hari digunakan untuk istirahat. Selain itu, hijauan yang tersedia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun hijauan yang kurang disukainya banyak tersedia di pedok, tetapi jika tumbuh tanaman muda, maka kambing akan memakannya. Hal ini karena tanaman muda yang sedang tumbuh mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi. Jantan lebih tinggi frekuensi makannya di banding betina, hal ini diduga karena faktor umur berpengaruh besar dalam aktivitas makan. Umumnya jantan remaja lebih aktif dalam mengambil hijauan, meskipun harus lebih selektif dalam mengambil hijauan tapi jantan remaja lebih mudah dalam mengambil hijauan yang disukainya.
Aktivitas yang paling rendah adalah aktivitas ruminasi. Hal ini diduga karena aktivitas ruminasi umumnya dilakukan pada malam hari, namun aktivitas tersebut dipengaruhi juga oleh pola merumput. Aktivitas istirahat antara jantan dan betina tidak jauh berbeda, hal ini diduga aktivitas istirahat selalu bersamaan antara jantan dan betina. Setiap ada satu jantan yang berjalan menuju kandang, maka kambing lainnya mengikuti ke arah yang sama, meskipun ada kambing yang masih melakukan aktivitas makan. Hal ini menunjukkan bahwa kambing memiliki sifat berkelompok. Sifat tersebut didukung adanya tipe adaptasi fisiologi yaitu kebiasaan, artinya adaptasi yang melibatkan pengurangan respon terhadap rangsangan berulang dan biasanya terkait dengan penurunan persepsi setelah rangsangan yang berulang. Perubahan tingkah laku terjadi pada tingkat sensoris.
Sumber: Media Peternakan, Vol. 27 No. 3, Edisi Desember 2004.