PENANGGULANGAN INFLASI DAERAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

By: Longginus Lengi

Inflasi adalah fenomena ekonomi di mana harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan seiring berjalannya waktu. Dalam situasi inflasi, daya beli uang menurun karena setiap unit mata uang memiliki kekuatan pembelian yang lebih rendah. Inflasi biasanya diukur melalui indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang mencerminkan perubahan harga rata-rata sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.

Salah satu terobosan yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi tekanan inflasi dan mengantisipasi kerawanan pangan di Nusa tengara Timur yaitu perlu ada upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian. Kepala Perwakilan Bank Indonesia , Agus Sistyo Widjajati mengatakan, inflasi di Nusa Tenggara Timur mulai menurun berdasarkan data Indeks Perkembangan  Harga (IPH).

Kegiatan nyata yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) Cabang Nusa Tenggara Timur berkolaborasi dengan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang yang dimulai Pada Kamis, tanggal 25 April 2024, Melaksanakan visit, identifikasi dan pendampingan di salah satu Kabupaten di Nusa Tenggara Timur yaitu Kabupaten Manggarai Barat di Kelompok Maju Bersama yang beranggotakan 35 orang dan yang aktif 25 orang (Ketuanya: Almarhum Pak Muhammad Ibrahim/suami dari Bu Fitri sudah meninggala empat tahun yang lalu).

Ada beberapa catatan bahwa:

  • Administrasinya (keuangan dan non keuangan) tidak bisa dipertanggung jawabkan
  • Ada kehilangan mesin penggilingan dan tidak dilaporkan ke polisi.
  • Pengurus lain (Sekretaris Bendahara) tidak bertanggung jawab untuk menangani administrasi keuangan dan non keuangan, termasuk keanggotaannya (Data anggota dan pembukuan lainnya tidak bisa ditunjukan).

Selanjutnya melaksanakan visit, identifikasi dan pendampingan di Kelompok UMKM di Kelompok Tani Ingin Jaya B dengan anggota sejumlah 52 orang (Ketua: H.Muhammad Amin dan Penyuluhnya Muhammad Sabdir) total luas sawah anggota: 24,75 Ha.

Ada beberapa catatan bahwa:

  • Bantuan alat penggilingan belum dimanfaatkan, tetapi terjaga dengan baik. Belum dimanfaatkan karena ada salah pengertian dari Kelompok Ingin Jaya B (mereka berpikir bahwa Bank Indonesia akan membantu sampai siap pakai (buat rumah penggilingan, pemasangan alat penggilingan) dan mereka hanya menyediakan lokasi).
  • Mereka antusias untuk memanfaatkan Mesin penggilingan tersebut secara mandiri, setelah disampaikan penjelasan oleh Pak Riki.
  • Mereka juga meminta dukungan untuk perbaikan jalan usaha Tani ke lokasi sawah milik Kelompok Tani Ingin Jaya B
  • Pembukuan Administrasi keuangan dan non keuangan Kelompok juga masih perlu di benahi.

Selain melakukan tatap muka dengan kedua kelompok di atas, kami juga bertatap muka dengan Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Tenda Pajo di kecamatan Lembor (Pak Ramlan) membicarakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan upaya meningkatkan produksi dan produktifitas usaha pertanian terutama padi sawah, namun tidak bisa di lanjutkan dengan visit, identifikasi dan pendampingan usahanya karena ada kegiatan lain yaitu pertemuan dengan Pengurus Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Dinas Perindustrian, Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat. Untuk mendukung semangat dari Kelompok/UMKM sasaran, maka pada hari Jumat, kami melaksanakan pertemuan dan diskusi dengan Dinas Perindustrian, Pariwisata (Bu Resti dan Tim) di Labuan Bajo berkaitan dengan program perijinan produk halal dan pemasaran produk pertanian di Kabupaten Manggarai Barat. 

MENEKAN INFLASI DENGAN PENGGUNAAN   PUPUK ORGANIK  

 Inflasi terjadi pada saat permintaan (demand) lebih besar dari pada penawaran (supply). Menurut Wikipedia, teori penawaran dan permintaan adalah penggambaran atas hubungan-hubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual dari suatu produk.

Model ini sangat penting untuk melakukan analisis ekonomi makro terhadap perilaku serta interaksi para pembeli dan penjual. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif, harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuatitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini mengakomodasi kemungkinan adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan, yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan dan penawaran produk termasuk produk pertanian.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia  dalam menekan inflasi di Nusa Tenggara Timur Kepala Perwakilan Bank Indonesia , Agus Sistyo Widjajati mengatakan bahwa perlu ada upaya-upaya peningkatan produksi padi sawah, cabe, tomat, bawang dan ayam petelur, pasar murah, gerakan pangan murah, lapak tani serta penggunaan sarana produksi pertanian yang murah dan ramah lingkungan serta sehat dikonsumsi (organik). Menanggapi hal tersebut Longginus Lengi yang mewakili Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang mengusulkan untuk memanfaatkan limbah pertanian dan limbah peternakan yang diolah sendiri oleh Kelompok Tani ataupun UMKM yang mengusahakan komoditi pertanian sehingga kualitas pupuk dan pestisida organik terjamin dan biayanya produksi menjadi lebih murah. Hal tersebut ditanggapi dengan penuh antusias oleh pihak Bank Indonesia, Anggota Kelompok Tani dan UMKM yang bergerak pada sektor pertanian.

Suatu hal yang nyata bahwa limbah organik yang melimpah berupa limbah ternak dan limbah pertanian di lokasi milik Kelompok Tani atau UMKM yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Limbah ternak yang dicampur dengan limbah pertanian seperti sekam, jerami  padi dan bahan organik lainnya ditambah aktivator berupa EM4, Biobos, Mikroorganisme Lokal dan beberapa aktivator lainnya dapat diubah menjadi pupuk organik yang berharga murah. Kotoran ternak mempunyai nilai pupuk (padat dan cair) yang tinggi dan mudah terdekomposisi. Penggunaan pupuk kandang (sapi, ayam, kambing, dll) sudah cukup lama diidentikkan dengan keberhasilan program pemupukan dan pertanian berkelanjutan. Hal ini tidak hanya karena mampu memasok bahan organik, tetapi karena berasosiasi dengan tanaman pakan, yang pada umumnya meningkatkan perlindungan dan konservasi tanah.

Sejalan dengan kondisi ekonomi yang cukup berat bagi petani disatu pihak dan usaha mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dipihak lain, mengharuskan petani mempertimbangkan kembali semua bentuk pembenah organik yang tersedia setempat, seperti pupuk kandang, residu tanaman dan pupuk hijau (Sutanto, 2002)

Wididana, (1998) dan Wiguna, (2006) Selain limbah padat, urine sapi dapat dimanfaatkan untuk bahan pupuk (bio urine), dengan mengasumsikan berat badan sapi 300 kg akan membutuhkan minum sekurang-kurangnya 20-30 liter per ekor per hari, jika 50% dari air yang diminum tersebut dikeluarkan dalam bentuk urine, maka setidaknya seekor sapi akan mengahasilkan 15 liter urine per ekor per hari. Hasil ekplorasi menunjukkan bahwa urine sapi yang difermentasi selama 2-3 minggu merupakan pupuk cair yang disebut dengan bio-urine yang sangat baik bagi tanaman, dapat mengantisipasi adanaya serangan hama dan menyakit, lebih lanjut dikatakan penggunaan bio-urine 10 liter per kali penyemprotan atau 30 liter per ha selama satu musim, akan dapat dipenuhi oleh seekor sapi seberat 300 kg dalam waktu 2 hari saja, dengan perhitungan ekonomis setelah dikurangi biaya-biaya petani mendapatkan keuntungan kurang lebih 15 liter x Rp.1.950= Rp. 29.250,- per hari dalam sebulam sekitar Rp. 877.500,-  dari setiap ekor sapi yang beratnya 300 kg.

Selain limbah ternak, residu tanaman berupa jerami padi merupakan sumber hara makro yang baik digunakan sebagai pupuk organik, keuntungan penggunaan jerami sebagai sumber pupuk organik adalah tersedia langsung di lahan usahatani, yang bervariasi dari 2-10 ton/ha/musim, 1,5 ton jerami padi sama dengan 1,0 ton gabah kering, mengandung 9 kg N, 2 kg P dan 2 kg S, 25 kg Si, 6 kg Ca dan 2 kg Mg, konversi ini memberikan gambaran kandungan hara pada jerami padi (Sutanto 2002).

Penggunaan limbah pertanian berupa sekam padi sebagai bahan pupuk organik sudah banyak dilakukan, misalnya pada tanah lempung pemberian sekam padi yang telah diproses melalui fermentasi (dekomposer dengan mikroba)  memberikan manfaat karena mampu meningkatkan produksi tanaman. Produksi sekam padi menduduki 7% produksi total padi, biasanya hanya ditimbun dekat penggilingan padi sebagai limbah sehingga mencemari lingkungan, kadang-kadang juga dibakar. Sekam padi dicampur dengan bahan organik lainya dapat digunakan sebagai pupuk organik sebagai bahan pembenah tanah.

Menurut  Wididana (1998), Sutanto (2002), Wiguna, (2006),  mengatakan pengembangan pertanian organik sudah pasti membutuhkan pupuk organik, dan juga memberikan dampak seperti;

  • Penyerapan tenaga kerja dalam melaksanakan pengolahan

           limbah menjadi pupuk organik.

  • Mendorong meningkatkan jumlah ternak sapi, karena petani

          memerlukan sumber bahan baku pembuatan pupuk organik.

  • Mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bau

          limbah ternak.

  • Meningkatkan kesehatan lingkungan karena berkurangnya lalat

          yang umumnya terdapat pada limbah ternak.

  • Berkurangnya biaya produksi yang harus dibeli oleh petani,

          terutama dalam hal pengadaan pupuk.

  • Meningkatnya produktivitas lahan, karena semakin meningkatnya

          kesuburan tanah.

  • Meningkatnya keragaman hayati pada ekosistem lahan.

 Sumber: 

Karl E. Case, Ray C. Fair, &Sharon M. Oster, Principle of Economics.

Boston: Prentice Hall. 2012.

Gregory Mankiw, Macroeconomics, 7th.Edition. New York: Worth

Publisher. 2010

Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus, Economics. New York:

Mc-Graw Hill. 2009

Sadono Sukirno. Teori Pengantar Makroekonomi Edisi Ketiga. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.2015

Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 1989. Manajemen Agribisnis (Terjemahan). Erlangga, Jakarta.

 

Dipublikasi Pada : 26-06-2024