PENYUSUNAN ANGGARAN PANGAN

By: Fitri Manihuruk

Penyusunan Anggaran Pangan (Food Budgeting) adalah proses perencanaan pengelolaan uang (pendapatan) yang dimiliki untuk pemenuhan kebutuhan pangan bergizi. Langkah-langkah dalam membuat anggaran tercantum di bawah ini untuk memudahkan atau sebagai referensi. Langkah-langkah dalam membuat anggaran:

  1. Buatlah daftar atau susunan barang-barang yang perlu dibelanjakan.
  2. Kemudian daftar atau susunan ini di kelompokkan berdasarkan ketegori. Sandang, papan, kesehatan dan pendidikan mendapat prioritas utama,
  3. Perkirakan kemungkinan pengeluaran untuk setiap poin tersebut.
  4. Perkirakan total uang yang akan tersedia.
  5. Buatlah perkiraan pengeluaran penting maksimum yang dapat keluarkan oleh masing-masing pos pengeluaran dengan pendapatan yang pasti (rutin).
  6. Sekarang seimbangkan anggaran agar pengeluaran sejalan dengan pemasukan.

 Dalam anggaran keluarga secara keseluruhan, pangan merupakan kebutuhan pertama dari tiga kebutuhan pokok dua lainnya yaitu pakaian dan tempat berteduh/ tempat tinggal. Pengeluaran untuk pangan merupakan pengeluaran yang sangat penting, dan bagi sebagian besar keluarga jumlah yang dibelanjakan untuk pangan adalah pengeluaran terbesar dalam anggaran keluarga, berkisar sekitar 50 persen dari total pendapatan pada keluarga kaya, hingga 90 persen dari total pendapatan pada keluarga miskin.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau mendasari alokasi sejumlah uang untuk pengeluaran pangan. Alokasi ini sangat terkait dengan setiap individu dan keluarga serta ketersediaan pangan dan biaya pangan tersebut. Berhubungan dengan keinginan individu dan keluarga. Berikut ini beberapa faktor lain yang berhubungan dengan anggaran pangan:

  1. Penghasilan keluarga
  2. Ukuran keluarga (jumlah anggota keluarga)
  3. Harga pangan saat ini
  4. Kedekatan masyarakat dengan sumber pasokan pangan
  5. Peluang untuk produksi rumah tangga dan pengolahan makanan, dan
  6. Minat relatif keluarga terhadap makanan dan komoditas lainnya.

 Pendapatan keluarga, berbicara tentang pengeluaran apa pun, maka berbicara tentang jumlah sebenarnya uang yang dikeluarkan, dan bila diperhatikan lebih seksama maka pengeluaran ini sebagai persentase dari total pendapatan uang yang dimiliki. Karena ada nilai minimum dasar yang diperlukan anggaran pangan untuk hidup dan bekerja. Jumlah uang sebenarnya yang dibelanjakan untuk pangan menjadi lebih tinggi persentasenya ketika pendapatan turun. Orang-orang dengan pendapatan rendah membelanjakan uangnya persentasenya lebih besar untuk pangan. Sebaliknya masyarakat yang mempunyai pendapatan lebih tinggi menghabiskan persentase yang lebih rendah untuk pangan.

Kecenderungan orang kaya akan tetap menghabiskan lebih banyak uang untuk pangan. Misalnya jumlah total yang dibelanjakan pangan adalah Rp. 100.000/- dan pendapatan Rp. 200.000/- pengeluaran untuk pangan adalah 50 persen pendapatan. Jika pendapatan meningkat menjadi Rp. 500.000/- dan kualitas pangan meningkat, maka yang dihabiskan untuk pangan mencapai Rp. 200.000/- namun pengeluaran untuk pangan sekarang menjadi 40 persen dari pendapatan. Jika pendapatannya Rp. 1.000.000/- dan jumlah total yang dibelanjakan untuk pangan adalah saat ini, misalnya Rp. 300.000/-, itu hanya 30 persen dari pendapatan.

Dengan kata lain, itu semakin rendah pendapatan maka semakin tinggi persentase pengeluarannya untuk pangan. Di bagian terendah dari tingkat pendapatan yang rendah, sebagian besar pendapatan digunakan untuk membeli pangan keluarga. Sebagian besar masyarakat kita hidup pada tingkat ini dan menghabiskan 80 hingga 90 persen persen dari seluruh pendapatannya dari pangan. Seperti yang dilihat, perbedaan utamanya terletak pada pangannya. Pengeluaran tidak terlalu banyak karena jumlah pangan yang dikonsumsi tidak terlalu banyak, karena perbedaan kualitas dan variasi pangan. Namun orang kaya mempunyai akses terhadap beragam jenis pangan dan produk pangan berkualitas unggul. Contoh spesifik pada Tabel 1 akan memperjelas gambaran ini.

 

Tabel 1. Contoh Gambaran Pengaruh Pendapatan Terhadap Pemilihan Pangan

Jenis Makanan

Pendapatan Rendah

Pendapatan Sedang

Pendapatan Tinggi

Sereal

Gandum yang dijatah

Gandum yang dijatah

Gandum kualitas terbaik

Beras yang dijatah

Beras kualitas baik

Beras kualitas terbaik

Sayuran

Bayam

Bayam

Daun selada

Sayuran lainnya

Labu botol

Ladies fingers/ Okra

Paprika

Akar dan umbi-umbian

Kolokasia

Kentang

Kentang

Susu

Susu Kacang

Susu dengan kualitas baik

Susu keju (hasil proses lebih lanjut)

Pada kelompok berpendapatan rendah, uang dibelanjakan untuk pangan yang lebih murah seperti beras dan pangan jenis lainnya. Beras Ini adalah jenis pangan yang menyediakan sebagian besar kalori dalam kelompok pendapatan ini. Pada kelompok berpendapatan tinggi, menggunakan beras kualitas unggul yang lebih mahal.

Yang patut diingat, orang-orang yang termasuk dalam kelompok berpendapatan tinggi tidak selalu mengkesampingkan makanan yang lebih murah dari pilihan menu makanan. Misalnya pada Tabel 1 dapat dilihat bayam bahwa dapat dipilih oleh kelompok berpenghasilan rendah. Ini tidak berarti kaya orang tidak akan mengkonsumsinya. Seperti yang diketahui, pangan seperti susu dan susu produk-produk pangan, telur, daging, ikan dan unggas jarang menjadi makanan kelompok berpendapatan rendah. Buah-buahan dan sayuran yang mahal juga tidak termasuk.

Ukuran keluarga, jelas sekali bahwa semakin banyak jumlah orang dalam sebuah keluarga, maka akan menghabiskan lebih banyak uang untuk pangan. Namun, pengeluaran/ biaya per orang menurun seiring dengan meningkatnya jumlah orang meningkat. Ini adalah prinsip penetapan biaya makan untuk jumlah besar kelompok sudah selesai-semakin besar kelompok memasak, semakin rendah biayanya per orang dan semakin kecil kelompok tempat semakin tinggi biaya per-orang, dengan jenis menu yang sama.

Kecenderungan harga pangan di pasar mempunyai pengaruh langsung anggaran pangan. Jika harga pangan rendah, maka menghabiskan lebih sedikit uang untuk konsumsi pangan. Saat makanan harga naik, pengeluaran untuk pangan juga meningkat. Memastikan konsumen melakukan pertimbangan harga pangan saat ini ketika menyiapkan anggaran adalah hal yang tidak dapat dihindari. Buah-buahan musiman memang contoh bagus. Misalnya memasukkan mangga dalam anggaran musim panas berarti mengalokasikan lebih sedikit dibandingkan jika akan memasukkannya di musim hujan.

Kehidupan di Indonesia sebagian besar masih di pedesaan. Kecuali beberapa kota besar, sebagian besar kota besar dan kecil terletak dekat dengan daerah pedesaan yang menghasilkan sebagian besar makanan terutama buah-buahan segar, sayuran, sumber karbohidrat, susu dan telur. Harga pangan di daerah produksinya jauh lebih rendah dibandingkan biayanya di pasar kota atau kota, karena (1) konsumen membayar untuk transportasi makanan dari tempat diproduksinya ke pasar; (2) konsumen membayar kerusakan pada makanan dalam transportasi-beberapa telur mungkin pecah, beberapa buah-buahan dan sayur-sayuran akan jatuh dimanja; (3) konsumen membayar sewa area pasar, dan (4) konsumen menyediakan pendapatan bagi masyarakat yang mencari nafkah dengan menjual makanan di pasar kota. Semua ini menambahkan hingga jumlahnya meningkat. Tidak heran jika kentang mungkin berharga Rp 30.000/- per kilogram di kota dibandingkan dengan Rp 10.000/- per kilogram di desa.

Produksi dan pengolahan jenis makanan tertentu di rumah membantu mengurangi pengeluaran makanan selain meningkatnya kualitas makanan yang dikonsumsi. Namun hal ini tergantung pada fasilitas dan keahlian yang dimiliki keluarga untuk melakukan hal ini. Menanam sayuran, terutama yang berdaun hijau seperti bayam, mint, dan ketumbar di kebun menghemat banyak uang selain meningkatkan kualitas makanan.

Ketertarikan keluarga terhadap pangan dan komoditas lainnya adalah hal yang sangat penting faktor penting dalam menentukan penekanan pada kualitas makanan dan konsekuensi pengeluaran untuk itu. Bagi sebagian konsumen, apa yang dimakan sangat berarti. Khususnya mengenai mutu pangan serta kecukupan gizinya bersiap untuk berusaha menyiapkan makanan yang enak. Beberapa sebaliknya, tidak melakukan Upaya lebih atau bersusah payah dalam mendapatkan cukup jenis makanan yang tepat. Namun yang lainnya mungkin akan menghabiskan anggaran pangan yang penting untuk barang-barang non-pangan seperti pakaian. Konsumen dengan sikap terhadap makanan seperti ini perlu ekstra hati-hati jika tidak mau kekurangan gizi.

 Sumber:

  1. Modul Pelatihan Penyusunan Anggaran Pangan Bergizi (Food Budgeting) sebagai Upaya Perbaikan Gizi Keluarga Tahun 2024.

Dipublikasi Pada : 27-03-2024