By : Eni Mulyanti, S.Pt., M.Si
Ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba memiliki peran penting dalam perekonomian banyak negara, termasuk Indonesia. Pengembangan ternak ruminansia tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi daging dan susu sebagai sumber protein hewani, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup peternak dan kelestarian lingkungan. Ternak ruminansia dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi banyak petani, terutama di daerah pedesaan. Sedangkan kotoran ternak ruminansia dapat diolah menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi pertanian. Pengembangan ternak ruminansia saat ini banyak diarahkan pada model integrasi dengan tanaman pertanian. Hal ini karena luasan lahan untuk tanaman pakan terus mengalami penurunan atau alih fungsi untuk tanaman pertanian maupun pemukiman. Dengan model integrasi ini, petani bisa memanfaatkan hasil samping tanaman pangan sebagai pakan ternak ruminansia.
Jagung (Zea mays L.), merupakan bahan makanan pokok di dunia pada urutan ketiga setelah padi dan gandum. Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam family rumput-rumputan (Gramineae). Taksonomi tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Class : Angiosperm
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Genus : Zea L.
Spesies : Zea mays L.
Selain buah atau bijinya, tanaman jagung menghasilkan limbah dengan proporsi terbesar adalah batang jagung (stover) diikuti dengan daun, tongkol, dan kulit buah jagung (Umiyasih dan Wina, 2008). Pemanfaatan limbah tanaman jagung sebagai pakan ternak jagung belum maksimal, dikarenakan limbah tersebut cepat rusak setelah dipanen, bersifat bulky (voluminous), dan musiman. Limbah tanaman jagung yang cukup besar ketersediaannya dapat dimanfaatkan sebagai pengganti hijauan. Limbah tanaman jagung yang dapat digunakan sebagai pakan ternak meliputi jerami, tongkol, klobot, dan bonggol jagung.
Jerami jagung dapat digunakan sebagai pengganti sumber serat atau menggantikan 50% dari rumput atau hijauan. Jerami jagung adalah bagian batang dan daun yang telah dibiarkan mengering di ladang dan dipanen ketika tongkol jagung dipetik. Jerami jagung seperti ini banyak diperoleh di daerah sentra tanaman jagung yang ditujukan untuk menghasilkan jagung bibit atau jagung untuk keperluan industri pakan bukan untuk dikonsumsi sebagai sayur (Mariyono dkk., 2004). Jerami jagung memiliki kandungan untuk protein kasar 6,38%, serat kasar 30,19%, lemak kasar 2,81%, BETN 51,69%, abu 8,94% dan kandungan TDN 53,12% (Alam, 2010). Sedangkan tebon jagung adalah seluruh tanaman jagung termasuk batang, daun dan buah jagung muda yang umumnya dipanen pada umur tanaman 45-65 hari (Soeharsono dan Sudaryanto, 2006).
Kulit buah jagung atau klobot adalah kulit luar buah jagung yang biasanya dibuang. Kulit buah jagung manis sangat berpotensi untuk dijadikan silase karena kadar gulanya cukup tinggi (Anggraeny dkk., 2005). Hasil analisa proksimat laboratorium pakan Lolit Sapi Potong, Grati, Pasuruan menunjukkan bahwa kandungan nutrisi klobot jagung adalah: bahan kering 42,56%, protein kasar 3,4%, lemak kasar 2,55%, serat kasar 23,318% dan TDN 66,41%.
Tongkol jagung/janggel adalah limbah yang diperoleh ketika biji jagung dirontokkan dari buahnya. Akan diperoleh jagung pipilan sebagai produk utamanya dan sisa buah yang disebut tongkol atau janggel (Rohaeni dkk., 2006). Tongkol jagung memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, tetapi rendah akan kandungan protein kasar, mineral, vitamin. Klobot jagung juga dapat dijadikan makanan ternak ruminansia. Bonggol jagung merupakan salah satu limbah pertanian lignoselulosa yang biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Tabel 1. Proporsi Limbah Tanaman Jagung, Kadar Protein Kasar, dan Nilai Kecernaan Bahan Kering
No |
Jenis Limbah |
Kadar Air (%) |
Proporsi Limbah (BK) |
Protein Kasar (%) |
Kecernaan BK In vitro (%) |
Palatabilitas |
1. |
Batang |
70-75 |
50 |
3,7 |
51 |
Rendah |
2. |
Daun |
20-25 |
20 |
7,0 |
58 |
Tinggi |
3. |
Tongkol |
50-55 |
20 |
2,8 |
60 |
Rendah |
4. |
Kulit Buah Jagung |
45-50 |
10 |
2,8 |
68 |
Tinggi |
Sumber: McCutcheon and Samples (2002); Wilson et al., (2004)
Limbah jagung dapat diolah menjadi hay, silase, dan pakan fermentasi. Hay merupakan bahan limbah yang dikeringkan di bawah terik matahari, kemudian ditutup dengan plastik. Silase merupakan hijauan pakan yang diawetkan sehingga mampu bertahan cukup lama tanpa mengalami penurunan kualitas pakan. Fermentasi merupakan salah satu jenis pengolahan pakan yang memanfaatkan jamur pembusuk putih yang dapat mengeluarkan enzim pemecah selulosa dan liginin.
Produksi limbah tanaman jagung dapat diperkirakan dengan menghitung produksi bahan kering (BK) menggunakan rumus menurut Syamsu et al., 2003; Arief H et al., 2012 berikut :
Ketersediaan jerami = (indeks produksi x luas panen x indeks bahan kering):
Jerami jagung = (0,86 x luas panen x 0,9) ton BK/tahun.
Tongkol jagung = (0,1 x luas panen x 0,9) ton BK/tahun.
Tumpi = (0,04 x luas panen x 0,9) ton BK/tahun.
Sedangkan kebutuhan bahan kering untuk 1 ekor sapi dewasa adalah 2,5% dari bobot badan.
Limbah tanaman jagung seluas 1 hektar lahan dapat mencukupi kebutuhan pakan untuk 2 sampai 4 ekor sapi, tergantung pada penggunaan limbah jagungnya. Menurut hasil penelitian Suwarto dan Prihantoro (2020), untuk program integrasi tanaman jagung dengan sapi potong lahan tanaman jagung seluas 1 ha jagung dapat mencukupi kebutuhan 2 ekor ternak sapi.