By: M Noor
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengambangan SDM Pertanian (BPPSDMP) terus berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani di wilayah Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling Up Initiative (READSI).
Mendukung hal tersebut, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPPSDMP, Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang menggelar Pelatihan Food Budgeting bagi Penyuluh dan Fasilitator Desa pendamping Program READSI angkatan XIII.
Di berbagai kesempatan, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman selalu mengatakan bahwa penyuluh pertanian adalah garda terdepan pembangunan pertanian.
Sementara itu, kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan sekitar 20.000 insan pertanian diantaranya terdiri dari penyuluh pertanian dan petani siap mendukung pembangungan pertanian.
“Ini merupakan dukungan nyata atas peran penting penyuluh dan petani sebagai tonggak pembangunan pertanian,” sebut Dedi.
Lebih lanjut, Dedi mengungkapkan bahwa Program READSI merupakan salah satu program BPPSDMP dengan pendanaan yang bersumber dari Program Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), yang tujuannya sejalan dan mendukung terwujudnya visi pembangunan pertanian.
"Program READSI dinilai sukses dalam pemberdayaan petani skala kecil dan konsep READSI ini terus direplikasi dan diperbarui untuk meningkatkan efektifitas pemberdayaan petani", ujar Dedi.
Dedi Nursyamsi menekankan bahwa salah satu kunci keberhasilan pembangunan pertanian adalah produktivitas. Sedangkan untuk mendorong peningkatan produktivitas perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia Pertanian yang mumpuni.
“Jadi, peningkatan produktivitas itu bukan hanya karena pupuk, bukan karena alat mesin pertanian (Alsintan), bukan karena benih. Akan tetapi, peningkatan produktivitas pertanian juga ditentukan oleh kapasitas SDM pertaniannya”, sebut Dedi.
Sementara Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan), Muhammad Amin, saat membuka pelatihan secara daring, mengatakan bahwa kondisi pangan dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja, termasuk juga mengalami retriksi atau pembatasan. Di beberapa negara sudah tidak lagi mengimpor komoditasnya, termasuk negara Indonesia sedang mengalami penurunan produksi pangan.
Oleh karena itu, lanjutnya, Kementan sedang mengupayakan langkah-langkah strategis percepatan di sektor pertanian, agar kebutuhan pangan dalam negeri terpenuhi dan tercukupi.
“Melalui program optimalisasi lahan yang saat ini telah bergulir di seluruh Indonesia, Program peningkatan areal tanam, dan Program peningkatan indeks pertanaman dan pompanisasi, agar supaya kebutuhan pangan tetap tersedia ketika dibutuhkan masyarakat,” kata Amin.
Bertempat di Aula BBPP Kupang, kegiatan yang dijadwalkan selama 3 hari kedepan sejak Kamis (14/3) ini diihadiri oleh 40 orang peserta yang terdiri dari 20 orang penyuluh dan 20 orang fasilitator desa.
Membuka kegiatan secara daring, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) Muhammad Amin mengatakan walaupun Program READSI sudah memasuki tahun terakhir, namun kegiatan di lapangan akan terus berjalan dengan baik untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan petani.
Kepala BBPP Kupang, Yulia Asni Kurniawati menyampaikan pentingnya pelatihan ini bagi para peserta.
" Saya berharap melalui pelatihan ini, para penyuluh dan fasilitator desa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, khususnya dalam menyusun, melaksanakan dan mengoperasionalkan anggaran pangan bergizi." ujar Yulia
Selain BBPP Kupang, pelatihan Food Budgeting ini juga diselenggarakan di empat provinsi wilayah program READSI lainnya yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo.