By :
Galih Fajar Antasari, S.Tr.Pt., M.Sc.
Aplikasi Biotron di lapangan telah menunjukkan hasil yang dapat diukur, baik dalam peningkatan produktivitas tanaman maupun dalam efisiensi penggunaan input pertanian. Data dari uji coba lapangan memberikan bukti yang meyakinkan. Di lokasi food estate Dadahup, Kalimantan Tengah, yang memiliki kondisi lahan rawa menantang, penggunaan Biotron berhasil meningkatkan hasil panen padi dari 2.1 ton per hektar menjadi 3.7 ton per hektar. Di lahan irigasi teknis yang lebih subur, Biotron mampu meningkatkan produktivitas dari 5.8 ton per hektar menjadi 7 ton per hektar, atau kenaikan sekitar 21%. Manfaat ini tidak terbatas pada satu jenis tanaman saja, melainkan telah terbukti efektif untuk berbagai komoditas, baik tanaman pangan maupun hortikultura. Salah satu keunggulan strategis Biotron adalah kemampuannya untuk mengurangi kebutuhan pupuk kimia sintetis secara signifikan. Dengan mencegah hilangnya nutrisi akibat pencucian dan penguapan, Biotron membuat pupuk yang diberikan menjadi lebih efektif dan lebih lama tersedia bagi tanaman. Implementasi Biotron memungkinkan petani untuk menerapkan strategi pengurangan penggunaan pupuk kimia secara bertahap tanpa mengorbankan hasil panen. Rekomendasi yang ada menyarankan pengurangan sebesar 15-20% pada musim tanam pertama, dan dapat terus ditingkatkan hingga mencapai 50-60% pada musim tanam kelima, seiring dengan membaiknya kesehatan dan kesuburan tanah. Terdapat pula manfaat lingkungan tambahan, seperti penyerapan karbon, di mana proses mengubah biomassa menjadi biochar yang stabil secara efektif mengunci karbon di dalam tanah untuk jangka waktu yang sangat lama, serta remediasi tanah, karena Biotron memiliki kapasitas untuk mengikat dan menonaktifkan polutan seperti residu pestisida dan logam berat.
Untuk mendapatkan manfaat maksimal tersebut, Biotron harus diaplikasikan dengan dosis dan metode yang tepat, serta diintegrasikan dengan baik ke dalam sistem pemupukan yang sudah ada. Dosis aplikasi dasar yang direkomendasikan adalah 200 hingga 500 kg per hektar, biasanya ditebar dan dicampurkan dengan tanah pada saat pengolahan lahan awal. Untuk tanaman hortikultura, aplikasi yang lebih terfokus sebanyak 30 gram per lubang tanam disarankan untuk efisiensi yang lebih tinggi. Biotron tidak dirancang untuk menggantikan semua pupuk, melainkan untuk bekerja secara sinergis dalam sistem pengelolaan hara terpadu. Rasio pencampuran yang direkomendasikan adalah kunci keberhasilannya. Saat dicampur dengan pupuk kandang, rasio idealnya adalah 1 bagian Biotron dengan 10 hingga 20 bagian pupuk kandang, ideal sebagai pupuk dasar. Untuk pemupukan susulan, Biotron dapat dicampur dengan Urea pada rasio 1:3 atau dengan NPK pada rasio 1:4.
Potensi Biotron menjadi lebih signifikan ketika diintegrasikan dalam model ekonomi sirkular, khususnya untuk pengelolaan limbah peternakan sapi potong dan kambing yang sering menjadi sumber polusi serius di Indonesia. Limbah ini dapat diintegrasikan ke dalam ekosistem Biotron melalui dua jalur strategis yang berbeda. Jalur pertama adalah Konversi, yakni memanfaatkan kotoran ternak yang telah dikeringkan sebagai bahan baku utama untuk proses pirolisis. Ini adalah model "limbah-menjadi-nilai" (waste-to-value) yang paling langsung, secara efektif mengatasi masalah volume limbah di sumbernya, meskipun memerlukan pengeringan signifikan dan berpotensi kehilangan sebagian nitrogen selama proses. Namun, biochar yang dihasilkan dari kotoran ternak cenderung kaya akan fosfor dan kalium. Jalur kedua adalah Peningkatan, di mana Biotron (dibuat dari biomassa lain) dicampurkan dengan kotoran ternak mentah atau kompos pada rasio 1:10 hingga 1:20. Dalam skenario ini, Biotron berfungsi sebagai "penguat super" bagi pupuk kandang, menyerap kelembapan berlebih, menekan bau, dan mengikat nutrisi (terutama amonia), sehingga memaksimalkan nilai kesuburan pupuk kandang. Pilihan antara kedua jalur ini bergantung pada skala operasi; konversi mungkin prioritas untuk peternakan skala besar, sementara peningkatan lebih menarik untuk usaha tani terpadu skala kecil.
Dengan memadukan manfaat agronomi, efisiensi input, dan solusi pengelolaan limbah, Biotron muncul sebagai teknologi kunci yang dapat mendukung cita-cita swasembada pangan nasional. Ketergantungan Indonesia pada pupuk kimia impor merupakan kerentanan strategis, terlebih anggaran pemerintah hanya mampu mensubsidi sebagian kecil dari total kebutuhan nasional. Dengan kemampuannya mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-60%, Biotron secara langsung mengatasi ketergantungan ini, menghemat devisa dan melindungi petani dari fluktuasi harga global. Seperti yang ditekankan oleh Menteri Pertanian saat itu, Syahrul Yasin Limpo, "Biotron jadi bagian kita menghadirkan pupuk organik dan menjadi salah satu upaya kita meningkatan produksi pangan tanpa ketergantungan dengan pupuk kimia". Selain itu, kemampuan Biotron meningkatkan kapasitas tanah menahan air menjadikannya alat adaptasi yang efektif terhadap perubahan iklim, membuat lahan lebih tahan terhadap kekeringan terkait El Niño. Pengakuan dari KemenPAN-RB sebagai "TOP 45 Inovasi Pelayanan Publik 2023" adalah validasi kuat dari pemerintah, menegaskan Biotron bukan lagi inovasi eksperimental. Plt. Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, menyatakan bahwa "Hadirnya Biotron menjadi solusi di tengah kondisi harga pupuk yang mahal dan terbatasnya anggaran pemerintah untuk subsidi". Lebih jauh dari sekadar teknologi, model pengembangan Biotron menawarkan platform untuk pemberdayaan pertanian yang terdesentralisasi. Produksinya menggunakan limbah lokal dan teknologi yang relatif dapat diakses, memberdayakan komunitas lokal untuk menghasilkan pembenah tanah berkualitas tinggi secara mandiri.
Kesimpulannya, Biotron (Biochar Three in One) telah terbukti sebagai inovasi teknologi pertanian Indonesia yang multifaset dan berdampak tinggi. Analisis ini menunjukkan bahwa Biotron lebih dari sekadar pembenah tanah; ia adalah platform terintegrasi yang mampu merevitalisasi kesehatan tanah secara ilmiah, menerapkan ekonomi sirkular dengan mengubah masalah polusi limbah menjadi solusi kesuburan, dan memperkuat ketahanan pangan nasional dengan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia impor. Pengakuan pemerintah menegaskan bahwa Biotron adalah solusi yang teruji dan siap untuk diskalakan. Untuk memaksimalkan potensi ini, beberapa langkah strategis direkomendasikan. Bagi pemerintah, ini mencakup pengembangan kebijakan insentif untuk adopsi petani dan menetapkan Biotron sebagai komponen standar dalam rehabilitasi lahan. Untuk dinas penyuluhan pertanian, fokusnya adalah menciptakan modul pelatihan terstandarisasi dan demplot percontohan. Lembaga penelitian dan perguruan tinggi didorong untuk mengoptimalkan formulasi Biotron spesifik lokalita dan meneliti efisiensi produksi biochar dari kotoran ternak. Akhirnya, sektor swasta dapat menjajaki model bisnis untuk komersialisasi dan membangun kemitraan rantai pasok bahan baku limbah ternak dengan para peternak.
