By. Manix Etwan Manafe, S.Pt, M.Si
Tantangan terbesar dalam peternakan sapi, terutama dalam fase pertumbuhan pedet, adalah menyediakan pakan yang tidak hanya cukup kebutuhannya, tetapi juga harus berkualitas tinggi. Pakan yang baik dan berkualitas akan menghasilkan pedet yang sehat, tumbuh optimal, dan siap menjadi sapi produktif. Salah satu inovasi yang menjanjikan dalam dunia pakan ternak adalah penggunaan tepung lamtoro sebagai bahan pakan berkualitas tinggi.
Lamtoro merupakan salah satu tanaman yang tumbuh dengan daya adaptasi yang baik dan memiliki kandungan gizi tinggi. Lamtoro (Leucaena leucocephala) adalah tanaman legum yang mudah tumbuh di daerah tropis, termasuk di Indonesia. Tanaman ini dikenal memiliki kandungan protein kasar yang sangat tinggi, berkisar antara 20–28%, bahkan bisa mencapai 30% pada bagian daun mudanya. Selain protein, lamtoro juga kaya akan vitamin A, vitamin B, dan mineral seperti kalsium dan fosfor yang penting untuk pertumbuhan tulang dan jaringan.
Mengolah daun lamtoro menjadi tepung adalah cara efektif untuk memaksimalkan kandungan gizinya dan mempermudah penyimpanan serta efektif dalam pemberiannya sebagai pakan. Adapun beberapa keunggulan utama tepung lamtoro untuk pedet antara lain :
- Kandungan protein yang tinggi pada tepung lamtoro berperan vital dalam pembentukan otot dan jaringan tubuh. Ini secara langsung berdampak pada peningkatan Average Daily Gain (ADG) atau pertambahan bobot badan harian pedet.
- Tepung lamtoro mengandung serat yang baik untuk kesehatan pencernaan. Serat ini membantu menjaga keseimbangan mikroflora di dalam rumen pedet, sehingga penyerapan nutrisi dari pakan lain menjadi lebih efisien.
- Penggunaan tepung lamtoro dapat mengurangi ketergantungan pada pakan komersial yang mahal. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah, dapat menekan biaya produksi tanpa mengorbankan kualitas pakan.
Meskipun lamtoro memiliki banyak manfaat, namun lamtoro juga mengandung senyawa antinutrisi yaitu mimosin. Senyawa ini dapat menyebabkan kerontokan bulu, pembengkakan kelenjar tiroid dan masalah pertumbuhan jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Namun, hal ini bisa diatasi dengan beberapa metode sederhana diantaranya :
- Proses Pengeringan dan Penjemuran : Senyawa mimosin bersifat tidak tahan panas. Proses pengeringan daun lamtoro di bawah sinar matahari secara alami akan mengurangi kandungan mimosin secara signifikan.
- Batasan Pemberian : Pemberian tepung lamtoro sebaiknya tidak melebihi 25% dari total ransum pakan pedet. Menggabungkannya dengan bahan pakan lain seperti konsentrat, rumput atau hijauan lain akan memberikan hasil yang maksimal tanpa risiko.
Kesimpulan
Tepung lamtoro bukan sekadar pakan alternatif, tetapi merupakan solusi pakan berkualitas tinggi yang sangat potensial untuk meningkatkan performa pedet. Dengan pengelolaan yang tepat dan pemberian yang terukur, dapat menciptakan pedet yang tumbuh lebih cepat, lebih sehat dan memiliki performa yang lebih maksimal. Mengintegrasikan tepung lamtoro ke dalam ransum pakan pedet adalah langkah cerdas menuju peternakan sapi yang lebih maju dan berkelanjutan serta menguntungkan