50 NEGARA MASUK DALAM DARURAT PANGAN

By: Fransiskus Mbapa

Rapat koordinasi satuan tugas darurat pangan provinsi NTT yang dilaksanakan pada tanggal 4 April 2024 merupakan momentum untu mensinkronisasi pemahaman, strategi berkaitan dengan bagaimana mengantisipasi keadaan darurat pangan yang bakal dialami oleh kebanyakan negara di dunia, termasuk Indonesia. Sebanyak 50 negara masuk dalam kategori darurat pangan. Hal ini disebabkan oleh karena dari hasil investigasi menemukan tingkat produksi dan produktivitas komoditas pangan rata-rata menurun, yang disebabkan oleh kondisi alam yaitu el nino.

Seiring dengan keadaan darurat pangan tersebut, maka beberapa negara berupaya untuk melakukan proteksi untuk tidak melakukan ekspor bahan pangan. Rata-rata kebanyakan negara yang mengalami keadaan darurat pangan disebabkan oleh karena produksi bahan menurun yang disebabkan karena luas tambah tanam yang menurun. Indonesiapun mengalami hal yang serupa yaitu penurunan luas tambah tanam hampir di semua wilayah propvinsi. Indonesia memang masuk dalam kategori darurat pangan naun belum terlalu riskan.

Menghadapi kenyataan ini maka perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi dalam rangka menghadapi keadaan darurat pangan yang lebih berat ke depannya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan poitensi lahan yang masih kosong untuk ditanamai dengan tanaman pangan berupa padi atau jagung dengan menggunakan sistem pompanisasi. Pompanisasi ini hanya bisa dilakukan pada kondisi lahan yang berada di sekitaran aliran sungai yang memiliki mata airnya. Dukungan pemerintah pusat berkaitan dengan pompanisasi ini sangat masif untuk propinsi NTT yaitu untu mengairi lahan seluas 58.918 Ha, didukung dengan pompa air dengan spesifikasi 3”, 4” dan 5” yang disediakan khusus, dan pendropingannya dilakukandalam bulan april ini.

Asumsi yang dapat dilakukan dengansistem pompanisasi adalah satu unit pompa mengairi 10 Ha lahan. Namun hal ini tidak serta-merta dapat diterapkan secra merata di seluruh Wilayah Indonesia. Dengan topografi dan kondisi lahan yang berbeda-beda berimplikasi pada kebutuhan sarana dan prasarana yang berbeda0beda, termasuk pompanisasi. NTT dengan topografi yang berbukit-bukit dan lembah layaknya satu unit pompa hanya bisa menjangkau 2 sampai 3 Ha lahan yang dapat diairi. Kondisi ini tentunya memerlukan pompa yang semakin banyak sesuai denganpotensi lahan kosong yang tersedia, baik untuk penanaman padi sawah maupun padi gogo.

Beradsarkan hasil ideentifikasi potensi lahan yang adan di NTT seluas 75.000 Ha, berarti membutuhkan pompa sebanyak 7.500 unit dengan asums 1 pompa untuk 10 Ha lahan. Namun karena keadaan topografi yang spesifik,  berbukit dan lembah, maka tentunya kebutuhan pompa pasti lebih banyak lagi. Da juga solusi yang bisa dilakukan yaitu dengan sistem pindah darin atu lahan ke lahan yang lain. Hal ini dilakukan agar dapat menjangkau aspek pelayanan pompauntuk pengairan tanaman yang diusahakan petani.

Dengan melakukan strategi antisipasi darurat pangan kita harapkan agar leadaan darurat pangan tidak menjadi ancaman lagi bagi negara kita. Berbagai langkah antisipasi perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan membutuhkan keterlibatan banyak puhak yang bekerja secarfa kolaboratif. Termasuk keterlibatan TNI yang bekerjasama dengan para penyuluh dan pendampng di lapangan dalam rangka menggenjot luasan tambah tanam yang semakin men ingkat. Tentunya produksi dan produktivitas juga tetap menjadi prioritas utama dengan menggunakan pupuk, benih unggul, obatobatan serta manajemen usahatani yang baik, semoga usaha kita ini mem buahkan hasil yang baik sesuai dengan dedikasi dan pengorbanan kita semua.

 DAFTAR PUSTAKA

  1. Bahan Presentase Kapus BSIP Darurat Pangan Nasional. Kupang, 04 April 2024
  2. Bahan Presentase Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Nusa Tenggara Timur, Potensi Lahan Padi gogo dan Padi Ladang di NTT, serta Ketersediaan Pompanisasi, 04 April 2024

Dipublikasi Pada : 29-04-2024