By : Rip Krishaditersanto
Perubahan iklim sangat berdampak terhadap sektor pertanian, terutama dalam penyediaan pangan bagi penduduk dunia. El nino pada tahun 2023 menyebabkan kekeringan ekstrim menyebabkan gagal panen bukan hanya di Indonesia akan tetapi juga di negara lain. Hal ini menyebabkan negara-negara yang biasanya sebagai pengekspor pangan khususnya beras menghentikan kran ekspornya, jika hal ini tidak diantisipasi dengan baik bukan tidak mungkin Indonesia akan mengalami kelangkaan beras dan mngakibatkan harga meningkat.
Untuk Indonesia sendiri data dari Kementerian Pertanian (Kementan) menunjukan bahwa akibat el nino 2023, Indonesia kekurangan luas areal tanam padi mencapai 2,5 juta Ha, yang mau tidak mau pada tahun 2024 harus ditutupi jika tidak ingin mengalami darurat pangan.
Oleh karena itu Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman membentuk satuan tugas antisipasi darurat pangan melalui Peningkatan Areal Tanam (PAT) dengan irigasi pompa maupun pompanisasi untuk mengejar kekurangan luas areal tanam pada tahun 2023 akibat el-nino.
Kementan tidak bergerak sendiri untuk mengantisipasi darurat pangan ini, akan tetapi juga berkolaborasi dengan TNI, Polri serta kementerian terkait lainnya. Amran mengatakan agar setiap daerah di genjot produksi beras dengan program perluasan PAT.
“Program Perluasan Areal Tanam (PAT) melalu irigasi pompa dan pompanisasasi untuk menggenjot produksi beras tahun 2024,” ujar Amran.
Sementara itu, Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan dalam kondisi apapun pangan tidak boleh bermasalah.
“Tugas kita adalah memastikan pangan tersedia untuk masyarakat. Oleh sebab itu, dalam kondisi apapun pangan tidak boleh bermasalah, pangan tidak boleh bersoal,” kata Dedi.
Pada minggu ke empat bulan Juni 2024, Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang, Yulia Asni Kurniawati bersama dengan Kepala Pusat Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) sekaligus Ketua Satgas Pangan Provinsi NTT, Priatna Sasmita melaksanakan monitoring dan juga menggenjot PAT di wilayah daratan Flores, NTT meliputi kab Flores Timur, Sikka, dan juga kabupaten Ende melalui gerakan tanam bersama.
Monitoring bertujuan memastikan pompa bantuan dari Kementan telah di distribusikan kepada petani, dan juga dimanfaatkan dengan baik.
“Sasaran PAT adalah lahan-lahan yang selama ini tidak produktif, atau meningkatkan indek pertanaman lahan yang pada musim kemarau tidak dimanfaatkan akibat kekurangan air” ujar Yulia.
Bukan hanya menambah luas areal tanam padi, bantuan pompa dari Kementan juga dimanfaatkan untuk menyelamatkan tanaman padi dari ancaman gagal panen akibat kekeringan, seperti yang terjadi di desa Ranu Kolo Kec. Maurole penyelamatan 5 Ha pertanaman padi akibat kekeringan.
Diharapkan dengan PAT, produksi padi di daratan Flores dapat meningkat dan ketahanan pangan di wilayah tersebut dapat terjaga dan terhindar dari rawan pangan.