BY: drh. Helda Gadja
PRISMA merupakan kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk menumbuhkan pasar pertanian di pedesaan Indonesia. Salah satu fokus PRISMA adalah di sektor peternakan babi. PRISMA memilih bekerja pada sektor peternakan babi di NTT karena NTT sendiri merupakan produsen dan konsumen daging babi terbesar (setelah Bali) di Indonesia.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa industri peternakan telah memasuki era baru, yaitu era industri 4.0 yang berbasis pada teknologi.
“Tren industri 4.0 menuntut adanya perubahan yang dilakukan salah satunya pada bisnis peternakan,” Ujar Andi
Menurutnya, salah satu fokus Kementerian Peternakan kedepannya adalah pada bidang peternakan.
“Fokus kita ke depan bahwa semua keputusan yang diambil harus akurat dan terakselerasi dengan tepat, terarah dan semakin dipertajam program peternakan dengan melakukan harmonisasi sehingga dapat tercapai kesejahteraan peternak kea rah yang lebih baik,” jelas Andi.
Ditambahkannya bahwa yang harus menjadi perhatian dalam mengembangkan agribisnis peternakan, antara lain peningkatan kualitas pakan, pembibitan, kesehatan ternak, pengendalian terhadap pemotongan betina produktif dan pasca panen, pengolahan produk asal hewan serta manajemen usaha.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr mengungkapkan bahwa Kementerian Pertanian terus berupaya dalam mendorong usaha peternakan rakyat dan memprioritaskan ternak lokal dalam pemenuhan pangan asal ternak.
“Salah satu komoditas ternak yang sangat berpotensi dan memiliki prospek baik adalah ternak babi. Beberapa wilayah di Indonesia seperti Provinsi NTT adalah wilayah yang dapat mengembangkan agribisnis ternak babi. Walaupun harga daging babi juga tergolong mahal, namun tidak menurunkan minat pembeli karena daging babi menjadi sumber protein berkualitas tinggi,” kata Dedi.
Peternak babi di NTT memiliki akses yang terbatas untuk mendapatkan bibit ternak berkualitas atau menerapkan praktik peternakan yang baik, termasuk manajemen peternakan dan pembiakan serta inseminasi buatan. Kendala-kendala ini menciptakan peluang bagi PRISMA untuk terlibat dalam fungsi-fungsi pasar yang kurang optimal, yaitu salah satunya dengan meningkatkan ketersediaan dan akses untuk mendapatkan babi hidup dan layanan inseminasi buatan.
Salah satu upaya yang dilakukan PRISMA dengan menginisiasi dilakukannya Pelatihan Inseminasi Buatan pada Ternak Babi, namun sebelum pelatihan itu dilaksanakan, PRISMA melakuakan sejumlah persiapan agar pelatihan tersebut nantinya dapat berjalan dengan baik. Adapun PRISMA menggelar Kegiatan Lokakarya Penyusunan Kurikulum dan Modul Inseminasi Buatan Pada Babi yang berlangsung secara online dan offline pada tanggal 16 s.d 17 November 2023 bertempat di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang. Kegiatan ini mengundang sejumlah partisipan dari Instansi maupun Lembaga dan Organisasi terkait.
Kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh Kepala BBPP Kupang Dr. Ir. Yulia Asni Kurniawati, M.Si pada tanggal 16 November 2023. Pada hari ke dua Lokakarya dilanjutkan dengan Pemaparan Hasil (refresh) dari Penyusunan Kurikulum Sebelumnya oleh tim dari PRISMA, Pemaparan Model pengembangan kurikulum dan silabus oleh WI BBPP Kupang Rip Krishaditersanto serta presentasi silabus dan modul 1 hingga silabus 4 yang memuat materi kelompok dasar, kelompok inti dan kelompok penunjang.
Dari hasil pemaparan tersebut, terdapat banyak masukan dan juga perbaikan yang menyempurnakan silabus maupun modul yang disusun untuk digunakan pada Pelatihan IB Ternak Babi.
Const. Joel Tukan selaku Principal Business Consultant – PRISMA ditemui usai kegiatan tersebut menjelaskan bahwa “IB pada ternak babi sangatlah penting karena pejantan unggul dapat secara maksimal dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah dan mutu genetik serta perbaikan manajemen efisiensi produksi maupun reproduksi”.
Ditambahkannya bahwa untuk menghasilkan inseminator ternak babi yang handal dan berkompeten maka diperlukan pelatihan inseminasi ternak babi, akan tetapi sebelum hal tersebut dilakuakan maka perlu dipersiapkan secara baik kurikulum, silabus dan juga modul yang nantinya akan digunakan untuk pelatihan tersebut. Oleh karenanya PRISMA melakukan kegiatan lokakarya tahap II ini untuk benar-benar menyusun silabus dan modul dengan sebaik-baiknya.
Kepala BBPP Kupang Dr.Ir. Yulia A. Kurniawati, M.Si sangat mengapresiasi PRISMA atas dilaksanakannya kegiatan ini. Terlebih, PRISMA melibatkan sejumlah partisipan yang tentunya sangat berkompeten dibidangnya.
“Saya sangat mengapresiasi PRISMA dan seluruh partisipan yang ada karena berupaya maksimal dalam penyusunan Silabus dan Modul IB pada ternak babi. Harapannya agar kedepan bisa dilaksanakan pelatihan IB ternak babi mengingat daerah kita NTT ini sangat potensial terhadap ternak babi ditambah lagi animo masyarakat terhadap ternak babi di NTT sangatlah tinggi”. Ungkap Yulia