By: drh. Helda Gadja
(Jumat, 09/06/2023) Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang memiliki populasi ternak babi terbanyak di Indonesia pada tahun 2021 dengan populasi mencapai 2.9598.370 ekor berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian. Disamping itu, produksi daging babi di NTT juga cukup tinggi yaitu berada di posisi ketiga di antara provinsi lainnya pada tahun 2021. Produksi daging babi di NTT mencapai 26,81 juta ton pada 2021.
Dengan begitu banyaknya populasi ternak babi di wilayah NTT, maka hal ini menjadi sangat berpotensi untuk dijadikan komoditas agribisnis pilihan. Selain itu, perkembangan populasi ternak babi yang cukup meningkat jika diimbangi dengan sistem pemeliharaan dan manajemen yang baik maka sangat memungkinkan laju pertambahan populasi ternak menjadi jauh lebih tinggi, terutama untuk memenuhi permintaan dalam negeri maupun luar negeri.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa industri peternakan telah memasuki era baru, yaitu era industri 4.0 yang berbasis pada teknologi.
“Tren industri 4.0 menuntut adanya perubahan yang dilakukan salah satunya pada bisnis peternakan,” Ujar SYL
Menurutnya, salah satu fokus Kementerian Peternakan kedepannya adalah pada bidang peternakan.
“Fokus kita ke depan bahwa semua keputusan yang diambil harus akurat dan terakselerasi dengan tepat, terarah dan semakin dipertajam program peternakan dengan melakukan harmonisasi sehingga dapat tercapai kesejahteraan peternak kea rah yang lebih baik,” jelas SYL.
Ditambahkannya bahwa yang harus menjadi perhatian dalam mengembangkan agribisnis peternakan, antara lain peningkatan kualitas pakan, pembibitan, kesehatan ternak, pengendalian terhadap pemotongan betina produktif dan pasca panen, pengolahan produk asal hewan serta manajemen usaha.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr mengungkapkan bahwa Kementerian Pertanian terus berupaya dalam mendorong usaha peternakan rakyat dan memprioritaskan ternak lokal dalam pemenuhan pangan asal ternak.
“Salah satu komoditas ternak yang sangat berpotensi dan memiliki prospek baik adalah ternak babi. Beberapa wilayah di Indonesia seperti Provinsi NTT adalah wilayah yang dapat mengembangkan agribisnis ternak babi. Walaupun harga daging babi juga tergolong mahal, namun tidak menurunkan minat pembeli karena daging babi menjadi sumber protein berkualitas tinggi,” kata Dedi.
Menjawab akan hal tersebut, Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang Pelatihan yang bernaung di bawah BPPSDMP Kementerian Pertanian menggelar Pelatihan Kewirausahaan Agribisnis Ternak Babi Antisipasi El Nino Bagi Non Aparatur Angkatan X di BPP Buitasik Kab. Belu yang diikuti oleh 30 orang peserta dan berlangsung dari tanggal 09 - 11 Juni 2023.
Pada acara pembukaan pelatihan tersebut, hadir Kepala BBPP Kupang Dr. Ir. Yulia Asni Kurniawati, M.Si beserta tim, dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Belu diwakili oleh Kabid Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Frida Bria, SP
Dalam sambutannya, Kabid Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Frida Bria, SP mengucapkan terima kasih yang berlimpah karena BBPP Kupang senantiasa mengalokasikan berbagai macam pelatihan untuk peningkatan kapasitas petani maupun penyuluh di Kabupaten Belu
"Kami menyambut baik kegiatan Pelatihan yang dialokasikan bagi petani kami di Kab.Belu. Saya melihat adanya antusiasme yang sangat luar biasa dari para peserta, ini merupakan pertanda baik dimana peserta ingin belajar banyak dan mendalami terkait dengan Agribisnis ternak babi antisipasi elnino. Untuk itu besar harapan kami agar semua peserta dapat mengikuti kegiatan pelatihan ini dengan baik dan cermat, apa yang sekiranya belum dipahami dapat langsung diskusi dengan fasilitator yang ada. Sehingga ketika pelatihan ini selesai maka ilmu yang didaptkan dapat diterapkan dan bermanfaat,” ujar frida
Kepala BBPP Kupang Dr. Ir. Yulia Asni Kurniawati, M.Si yang juga turut hadir dan membuka kegiatan tersebut menyampaikan bahwa sejauh ini cara pandang masyarakat terhadap ternak babi terbilang masih cukup tradisional karena banyak masyarakat yang mengganggap bahwa ternak babi hanyalah hewan peliharaan saja sehingga dalam manajemen pemeliharaannya pun masih seadanya.
”Umumnya di NTT, ternak babi yang dipelihara bertujuan untuk memenuhi kebutuhan adat ataupun kebutuhan sendiri. Padahal komoditas ternak babi sangatlah berpotensi untuk dijadikan bisnis. Oleh karena itu, perlu diubah mindset tersebut salah satunya dengan pelatihan yang BBPP Kupang selenggarakan ini. Diharapkan agar kedepannya manajemen pemeliharaan ternak babi perlu diperbaiki dan ternak babi tidak hanya dijadikan sebagai usaha sampingan namun bisa sebagai lahan agribisnis yang memiliki manfaat bagi para pelaku usaha itu sendiri (peternak)," tegas Yulia