BOBOT LAHIR PEDET SAPI BALI DI NTT RENDAH....NORMALKAH?

By : Eni Mulyanti

Pembibitan atau breeding adalah faktor yang sangat penting dan menentukan masa depan suatu usaha peternakan. Tujuan dari perbibitan adalah untuk menyediakan stock bibit agar tidak terjadi kelangkaan bibit. Banyaknya jumlah pedet sapi Bali diharapkan mampu meningkatkan jumlah produksi daging, sehingga dapat menunjang kemajuan masa depan usaha sapi potong. Pemeliharaan pedet sangat penting untuk kelangsungan usaha peternakan sapi potong. 

Hadi dan Ilham (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa permasalahan dalam industri pembibitan sapi potong diantaranya yaitu tingkat mortalitas pedet prasapih yang tinggi, bahkan mencapai 50%. Rendahnya jumlah pedet yang dihasilkan disebabkan jumlah pedet yang mampu  bertahan hidup rendah sehubungan dengan rendahnya bobot lahir pedet. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor induk itu sendiri dan lingkungan atau faktor genetik dan non genetik ternak.  Kisaran bobot lahir pedet jantan antara 10,5 sampai dengan 22,0 kg dengan rata-rata 18,9±1,4 kg. Sementara pedet betina memiliki kisaran bobot lahir antara 13 sampai dengan 26 kg dengan rataan 17,9±1,6 kg (Dewantari dan Oka, 2020). 

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya bobot lahir sapi Bali di NTT, antara lain:

  • Nutrisi Induk:

Kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi induk sapi sangat berpengaruh pada pertumbuhan fetus. Kekurangan nutrisi penting seperti protein, mineral, dan vitamin dapat menghambat pertumbuhan janin.  Hal ini banyak terjadi pada sapi yang dipelihara secara ekstensif di padang penggembalaan.  Kualitas padang penggembalaan di beberapa wilayah NTT seringkali kurang optimal khususnya pada musim kemarau, sehingga mengurangi asupan nutrisi induk.

  • Faktor Genetik:

Perkawinan sedarah atau inbreeding dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan penurunan vigor dan produktivitas ternak, termasuk bobot lahir.  Selain itu, seleksi yang tidak tepat, misalnya hanya berdasarkan fenotip (penampilan fisik) tanpa memperhatikan data genetik, dapat menyebabkan penurunan potensi genetik populasi.

  • Faktor Lingkungan:

Kondisi iklim yang ekstrem, seperti musim kemarau yang panjang atau suhu yang terlalu tinggi, dapat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas ternak.  Adanya parasit internal maupun eksternal dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan penyerapan nutrisi pada induk, sehingga berdampak pada pertumbuhan fetus.

  • Manajemen Pemeliharaan:

Kesehatan induk yang buruk, seperti adanya penyakit infeksi, dapat mengganggu proses kebuntingan dan pertumbuhan fetus.  Induk yang terlalu sering beranak dalam waktu singkat dapat menyebabkan penurunan kondisi tubuh dan bobot lahir anak.Bobot lahir yang rendah dapat dianggap normal jika disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis seperti ukuran induk yang kecil atau kelahiran anak kembar. Namun, jika bobot lahir rendah terjadi secara terus-menerus dan disertai dengan faktor-faktor lain seperti pertumbuhan yang lambat atau tingkat kematian yang tinggi, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan.

Untuk meningkatkan bobot lahir sapi Bali di NTT, beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Peningkatan nutrisi induk dengan cara :
    • Pemberian Suplemen: Memberikan suplemen mineral dan vitamin pada induk selama masa kehamilan.
    • Peningkatan Kualitas Pakan: Menyediakan pakan yang berkualitas tinggi dan seimbang.
    • Pengelolaan Padang Penggembalaan: Melakukan rotasi penggembalaan dan memperbaiki kualitas padang.
  2. Pemilihan Induk:

Hendaknya induk yang terpilih memiliki potensi genetik yang baik untuk pertumbuhan.  Khavida Nuril Muslim et al. (2023) menyarankan agar memilih induk yang memiliki bobot badan yang besar untuk memperoleh bobot lahir pedet yang besar pada paritas I.  Bobot badan induk berpengaruh sebesar 22% pada bobot lahir pedet jantan dan 24.6% pada pedet betina.  Selain itu, perlu dihindari perkawinan sedarah, yaitu dengan melakukan perkawinan dengan individu yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dekat.

  1. Pencegahan Penyakit:
    • Vaksinasi: Melakukan vaksinasi secara rutin untuk mencegah penyakit menular.
    • Pengobatan: Segera melakukan pengobatan jika ternak sakit.
  2. Manajemen Pemeliharaan yang Baik:
    • Vaksinasi dan pengobatan penyakit
    • Melakukan pencatatan data kelahiran, pertumbuhan, dan kesehatan ternak.
    • Konsultasi dengan Ahli bila perlu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rendahnya bobot lahir sapi Bali di NTT merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan pendekatan yang komprehensif, melibatkan perbaikan nutrisi, kesehatan, dan manajemen pemeliharaan. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sapi Bali dan kesejahteraan peternak di NTT.

Dipublikasi Pada : 30-07-2024