Sumber : pertanianku.com
Cabai dengan nama sebutan katokkon mungkin masih terdengar asing bagi orang-orang di luar Sulawesi Selatan. Penyebaran cabai lokal ini memang masih belum meluas. Namun. kini?cabai katokkon?sudah dikembangkan di Pacet Cipanas. Ciapus Bogor. dan Sukabumi. Cabai ini dikembangkan oleh milenial yang diharapkan menjadi tongkat estafet pembangunan pertanian.
Cabai katokkon memiliki rasa yang khas dan sangat pedas bila dibandingkan dengan cabai rawit biasa. Harga katokkon tergolong stabil. Cabai yang berasal dari Tana Toraja ini memiliki aroma harum yang pas sehingga perpaduan antara aroma dan tingkat kepedasannya membuat banyak orang yang menyukainya. terutama bagi penggemar pedas.
Tingkat kepedasan cabai katokkon mencapai 400.000?600.000 SHU. Sementara itu. cabai rawit biasanya hanya sebesar 100.000 SHU.
Dalam Dies Natalis Ke-66 Universitas Hasanuddin pada 10 September 2022. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. memperkenalkan dua petani muda yang telah mengembangkan cabai katokkon kepada para tamu. Mereka adalah Canesia Aisah dan Ratna Kartika Putri.
?Kami sampaikan di sini bahan cabai katokkon dapat menghasilkan 30 ton cabai per hektarenya. Harganya cukup stabil. di mana kami mematok harga Rp50 ribu per kg. Cabai ini mampu panen hingga 26 kali petik sehingga kami memiliki omzet kotor Rp1.5 miliar atau bersihnya kurang lebih Rp800 juta.? terang Direktur Utama PT Arsy. Canesia Aisah. seperti dilansir dari laman hortikultura.pertanian.go.id.
Ais menyebutkan bahwa populasi tanaman cabai katokkon per hektarenya bisa mencapai 30 ribu tanaman. Itu sebabnya perusahaannya mampu menghasilkan hingga 30 ton/hektare.
Daya tarik utama cabai katokkon bukan hanya rasanya yang pedas. melainkan bentuk dan harganya yang stabil.
?Saat ini. dengan penghasilan per bulan kira-kira Rp150 juta. kami bisa menggaji 50 pegawai.? ucap Ratna Kartika Putri menambahkan.