Sumber : pertanianku.com
Iles-iles (Amorphophallus muelleri) atau lebih dikenal dengan nama suweg merupakan tanaman yang memiliki prospek bagus. Tanaman ini dikembangkan sebagai bahan pangan fungsional dan bahan baku indutsri. Namun, hingga saat ini salah satu kendala budidaya iles-iles adalah serangan penyakit leher akar yang disebabkan oleh S. rolfsii.
Penyakit leher akar sering menyerang tanaman yang sedang dalam fase pertumbuhan dan tanaman yang akan dipanen. Serangan patogen ini akan menunjukkan gejala berupa tangkai daun rebah dan membusuk, kemudian tanaman tersebut akan layu dan mati.
Infeksi S. rolfsii dapat menyebabkan umbi tanaman busuk sehingga kuantitas dan kualitas panen yang dihasilkan menurun. Patogen dapat menyebar melalui air irigasi dan benih pada lahan yang ditanami secara terus-menerus dengan tanaman inang patogen.
Melansir dari litbang.pertanian.go.id, peneliti Bidang Proteksi Tanaman dari Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Dr. Dra. Rita Harni, M.Si., mengatakan, pengendalian S. rolfsii dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya dengan Trichoderma sp.
Trichoderma sp. merupakan agen hayati yang dapat menghasilkan molekul bioaktif (metabolit sekunder) dengan kandungan antibiotik, enzim, hormon, dan toksin. Agen hayati ini juga berperan penting sebagai biokontrol penyakit tanaman. Selain itu, Trichoderma sp. bersifat antagonis terhadap jamur patogen dan dapat menjadi pengurai yang baik.
Agen hayati ini dapat dijumpai hampir di seluruh jenis tanaman. Penyebarannya yang tergolong luas membuat Trichoderma sp. cukup mudah dibudidayakan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan Trichoderma sp. untuk mengendalikan S. rolfsii menunjukkan, semua isolate Trichoderma sp. yang diuji terbukti dapat menghambat pertumbuhan S.rolfsii. Penelitian tersebut menggunakan beberapa isolate Trichoderma, seperti LP1, LP2, LP3, JB2, dan PRD. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode kultur ganda, yakni pada satu cawan petri ditumbuhkan dua jamur secara berlawanan, kemudian dilakukan pengamatan terhadap persentase daya hambat.
Mekanisme Trichoderma dalam menghambat pertumbuhan patogen tanaman bersifat multimekanisme, yakni kompetisi, mikoparasit, antibiosis, dan lisis.