Sumber : pertanianku.com
Biopestisida berasal dari tiga suku kata, yakni bio, pesti, dan sida yang berarti semua bahan hayati yang berupa tanaman, hewan, mikroba, atau protozoa yang dapat digunakan untuk memusahkan hama dan penyebab penyakit pada manusia, hewan, dan tanaman. Jenis biopestisida disesuaikan dengan sasaran target organisme pengganggu. Berikut ini beberapa jenis biopestisida yang banyak beredar di pasaran.
Bioinsektisida
Bioinsektisida adalah semua organisme hidup yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama. Selain menggunakan serangga pemangsa dan mikroorganisme untuk mengendalikan hama, saat ini bioinsektisida juga dikembangkan dari ekstrak atau sari tanaman, baik dari daun, biji, maupun umbi-umbian.
Bioinsektisida yang berasal dari tanaman telah digunakan sejak lama oleh petani di desa-desa. Akan tetapi, penggunaannya tergolong lebih rumit karena bioinsektisida yang digunakan harus segar dan tanaman yang menjadi bahan baku harus dibudidayakan agar petani tidak kesulitan mencarinya saat ingin digunakan.
Biofungisida
Biofungisida adalah semua jenis organisme hidup yang dimanfaatkan untuk mengendalikan jamur yang menjadi hama atau penyebab penyakit pada tanaman, hewan, dan manusia. Penyakit yang dialami tanaman kebanyakan disebabkan oleh jamur. Penyakit tersebut dapat menyebabkan busuk pada akar atau pangkal batang tanaman.
Bioherbisida
Bioherbisida diperuntukkan mengendalikan gulma atau tumbuhan liar yang mengganggu tanaman utama. Gangguan tersebut muncul karena tumbuhan tersebut menyerap unsur hara di dalam tanah, sinar matahari, dan air. Dari sekian banyak bioherbisida yang dapat dipakai, hanya ada lima jenis bioherbisida yang sudah teregistrasi secara komersial, yakni Colletotrichum gloeosporioides, Phytophthora palmivora, Puccinia canaliculata, Cercospora rodmanii, dan Alternaria cassiae.
Tanaman transgenik
Tanaman transgenik merupakan tanaman yang dihasilkan dari persilangan langsung yang dilakukan dengan teknologi rekombinasi dari asam deoxyribonucleic (DNA).
Sejak 1970-an, banyak peneliti yang mulai menggeluti penerapan dari perkembangan pengetahuan biologi molekuler di berbagai aspek kebutuhan, termasuk di bidang pertanian. Di bidang pertanian, peneliti menggunakan ilmu ini untuk memperbaiki dan meningkatkan potensi faktor keturunan tanaman pangan dengan menciptakan bibit unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, kebal terhadap pengaruh herbisida, serta memiliki produktivitas tinggi.