Keunggulan Ikan Nila Salin yang Bernilai Ekonomi Tinggi

Sumber : pertanianku.com

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan komoditas ikan air tawar yang populer di Indonesia. Nila sering dibudidayakan di dalam kolam ataupun keramba jaring apung. Saat ini ada beberapa jenis ikan nila yang dapat dibudidayakan di tambak dengan sumber air payau. Jenis ikan nila yang dibudidayakan di tambak disebut sebagai ikan nila salin.

Nila salin telah dirilis oleh BPPT dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 22/KEPMEN-KP/2014 pada 3 September 2014. Kini, nila salin menjadi salah satu komoditas perikanan yang menjanjikan dan sudah dikembangkan di beberapa daerah.

Di Kabupaten Pati, pengembangan nila salin yang telah digeluti sejak beberapa tahun lalu dinilai semakin prospektif. Nila yang mampu beradaptasi pada tingkat salinitas 20 ppt ternyata dapat tumbuh tiga kali lebih cepat. Nila salin sudah bisa dipanen setelah 3 bulan pemeliharaan.

Keunggulan lain nila salin adalah cita rasa dagingnya yang cocok dengan selera konsumen sehingga harga jual nila jenis unggulan ini sangat menjanjikan. Bahkan, saat ini sudah banyak masyarakat yang memilih nila salin sebagai menu lauk pauk sehari-hari. Pasalnya, selain lezat, nila jenis ini juga dapat menjadi sumber gizi yang baik, serta tekstur dagingnya terbilang lebih baik dan dagingnya lebih tebal.

Melansir dari kkp.go.id, anggota Pokdakan Jongor Lestari di Desa Wanantara, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Gusti Azis, mengatakan, hasil budidaya nila salin sangat menguntungkan. Pokdakan tersebut mampu mendapatkan penghasilan sebanyak Rp25–35 miliar per tahun.

Satu siklus pemeliharaan berlangsung selama 2,5 bulan di dalam kolam seluas 1 hektare dengan kedalaman kolam 1 meter. Benih yang ditebar sebanyak 40 ribu ekor/hektare dengan angka kelulusan ikan nila salin sekitar 70 persen. Panen yang bisa didapatkan rata-rata sebanyak 3 ton per siklus per hektare. Pakan diberikan sesuai dengan jumlah ikan yang dipanen. Jika hasil panen 3 ton, pakan yang diberikan sebanyak 3 ton.

Setelah dikurangi dengan biaya produksi seperti pakan, benih, dan obat-obatan sebesar Rp40 juta per siklus, pendapatan bersih yang dapat dikantongi pembudidaya sebesar Rp20 juta per siklus.

Dipublikasi Pada : 03-08-2023