Sumber : pertanianku.com
Ubi jalar diduga berasal dari Benua Amerika, kini tanaman umbi ini sudah dibudidayakan secara luas di Indonesia. Ubi jalar tergolong mudah dibudidayakan dan memiliki produktivitas cukup tinggi. Namun, sayangnya, produksi ubi jalar masih kerap dihadapi permasalahan serangan virus yang sangat berbahaya dan bisa menimbulkan dampak langsung berupa penurunan hasil serta kualitas.
Melansir dari laman litbang.pertanian.go.id, virus yang menyerang tanaman ubi diperkirakan dapat menurunkan hasil panen sebanyak 65–72 persen. Berdasarkan uji serologi diketahui ada enam jenis virus yang menyerang tanaman ubi jalar, yaitu Sweetpotato Feathery Mottle Virus (SPFMV), Sweetpotato Mild Mottle Virus (SPMMV), Sweetpotato Chlorotic Fleck Virus (SPCFV), Sweetpotato Latent Potyvirus (SPLV), Sweetpotato Virus-6, dan Sweetpotato Virus-8.
Tanaman ubi yang sudah terserang virus menunjukkan gejala berupa perubahan waran, muncul bercak klorotik, mosaik, belang berwarna ungu, perubahan bentuk daun, mengalami hambatan pertumbuhan, dan daunnya berwarna kecokelatan.
Serangan virus ini bisa dicegah dengan teknik budidaya yang benar. Produksi ubi jalar bebas virus dapat dimulai dengan memilih benih ubi jalar yang berkualitas, identitas genetiknya jelas, daya tumbuhnya baik, dan bebas hama penyakit.
Benih ubi jalar yang dapat digunakan adalah benih yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan meristem secara in vitro. Teknik tersebut dapat memperbanyak benih lebih cepat dan bebas virus.
Sementara itu, benih yang diperbanyak secara vegetatif cenderung rentan terinfeksi oleh virus sehingga virus terakumulasi dari generasi ke generasi. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan viabilititas, produksi, dan kualitas ubi jalar.
Identifikasi tanaman yang terserang virus dapat dilakukan dengan pengujian yang menggunakan dua metode. Metode pertama adalah deteksi tanaman indikator di mana identifikasi dilakukan dengan menularkan virus secara fisik dari inang yang sudah terinfeksi ke tanaman indikator yang sensitif terhadap virus.
Metode kedua untuk mendeteksi virus adalah metode ELISA. Menurut peneliti, metode ELISA dianggap lebih cepat dan akurat sehingga menjadi protokol umum untuk mendeteksi serangan virus pada tanaman ubi jalar.