Sumber : pertanianku.com
Kontrol harian merupakan bagian penting yang harus dilakukan selama masa pemeliharaan. Hal ini bermanfaat untuk mendeteksi kendala yang akan muncul selama masa pemeliharaan sehingga Anda bisa mengatasinya dengan solusi yang cepat dan tepat. Berikut ini kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan selama kontrol rutin pemeliharaan pada budidaya lele.
Pencatatan jumlah lele yang mati
Pencatatan lele yang mati perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi lele yang dipelihara. Misalnya, jika Anda menargetkan sintasan sampai akhir pemeliharaan sebesar 90 persen, batas kematian yang dapat ditoleransi maksimal adalah 10 persen dari jumlah populasi.
Masa kritis lele terjadi pada saat tujuh hari setelah penebaran. Di masa ini tingkat kematian lele bisa mencapai 1–5 persen. Artinya, dari populasi 1.000 ekor/m3, jumlah lele yang akan mati kemungkinan sebesar 30–150 ekor selama tujuh hari pertama. Apabila tingkat kematian tercatat masih di bawah angka tersebut, kondisi lele di dalam kolam masih dikatakan normal. Namun, bila jumlah kematian lebih dari jumlah tadi, Anda harus waspada karena kemungkinan ada kesalahan yang terjadi di dalam kolam.
Jumlah kematian yang bisa ditoleransi pada sisa masa pemeliharaan, yakni 60 hari sebesar 150–270 ekor atau 3–5 ekor/hari. Bila jumlah kematian lebih tinggi dari batas tersebut, Anda harus waspada dan mencari penyebabnya.
Melakukan sampling
Pencatatan jumlah ikan mati harus dikombinasikan dengan laju pertumbuhan ikan yang dipelihara. Laju pertumbuhan bisa diketahui dari metode sampling yang dilakukan setiap 10 hari dengan cara menimbang sejumlah ikan. Setelah itu, beratnya ditotal untuk kemudian dihitung berat rataan individu lele.
Pengelolaan kualitas air harian
Kualitas air kolam pembesaran harus dijaga agar tidak mengalami penurunan sehingga membahayakan lele. Pemberian pakan yang tepat menjadi salah satu kunci menjaga kualitas air. Kualitas air juga bisa dijaga dengan pemberian probiotik agar terbentuk bioflok. Bioflok merupakan kumpulan dari berbagai organisme, seperti bakteri, mikroalga, protozoa, ragi, dan sebagainya yang tergabung di dalam gumpalan. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan garam krosok untuk memperbaiki kualitas air.