Manfaat Tanaman Kapur yang Tidak Populer Tapi Jadi Incaran

Sumber : pertanianku.com

Tanaman kapur?(Dryobalanops aromatica) dapat tumbuh hingga setinggi 60 m. Tanaman langka ini merupakan penghasil kamper yang berasal dari getahnya. Senyawa aktif yang terdapat di dalam kamper seperti borneol merupakan incaran banyak orang karena memiliki banyak fungsi.

Kamper yang dihasilkan oleh tanaman kapur berbentuk serbuk atau kristal, biasanya digunakan untuk membuat parfum. Di Tiongkok, borneol digunakan sebagai bahan tambahan pembalut wanita. Senyawa tersebut berfungsi mengurangi kesakitan dan tekanan haid, mengurangi kesakitan otot dan sendi, membantu proses pembersihan darah beku, serta mencegah kuman berkembang. Manfaat lain senyawa borneol adalah antiinflamasi, antiseptik, dan analgesik.

Hasil panen pohon kapur juga diminati oleh beberapa negara di Eropa seperti Prancis sebagai bahan baku obat dan parfum. Para eksportir mengincar senyawa aktif seperti dryobalanops dan cinnamomum.

Sayangnya, popularitas pohon kapur tidak begitu tinggi, padahal banyak orang asing yang mengincar tanaman ini dan berminat untuk mengembangkan kebun tanaman kapur.

Di zaman dahulu, masyarakat Mesir kuno sangat membutukan kapur untuk mencegah jenazah membusuk. Kapur didapatkan dari bagian tengah batang pohon. Pengambilan kristal kapur meliputi beberapa tahap, mulai dari memilih, menebang, hingga memotong batang dalam bentuk balok. Kristal kapur berada di dalam potongan balok yang dibelah.

Namun, tidak semua pohon menghasilkan kapur. Oleh karena itu, penebangan seringkali dilakukan sembarangan sampai menemukan pohon berkapur banyak. Cara ini tentunya dapat mematikan pohon sehingga berdampak pada penurunan populasi di habitat asli. Di Indonesia, keberadaan pohon kapur juga terbilang mengkhawatirkan.

Tidak hanya kristal kapur yang menjadi incaran, tetapi bagian kayu tanaman pun sering diincar untuk konstruksi, balok, dan tiang. Kemungkinan kayu kapur awet dan tahan rayap karena mengandung minyak.

Pada 1970-an penebang kapur di Singkil mengamankan minyak yang keluar dari batang terlebih dahulu, kemudian mereka baru memotong-motong kayunya. Harga minyak dari tanaman kapur justru lebih tinggi dari harga kayunya.

Namun, pengambilan minyak kapur dari habitat alami seperti di Singkil sudah mulai ditinggalkan. Pemicunya adalah populasi tanaman yang semakin menipis. Seandainya ditemukan pohon kapur, kemungkinan besar tanaman tersebut tidak menghasilkan kristal. Selain itu, minyak yang dihasilkan harganya rendah.

Dipublikasi Pada : 20-12-2022