Sumber : pertanianku.com
Rumput laut Gracilaria sp sudah banyak dibudidayakan karena termasuk salah satu penghasil agar. Salah satu jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan adalah Gracilaria verrucose atau lebih dikenal dengan nama bulung rambut di Bali atau sango-sango di Sulawesi.
Ciri-ciri rumput laut Gracilaria sp adalah thallus yang berbentuk silindris, licin, dan berwarna kuning kecokelatan atau kuning hijau. Percabangannya berseling tidak beraturan memusat ke arah pangkal.
Gracilaria sp termasuk kelas rumput laut merah (Rhodophyta) karena dapat mengalami perubahan warna aslinya menjadi ungu saat terkena sinar matahari secara langsung.
Beberapa ahli menduga marga Gracilaria memiliki banyak jenis dibanding marga lainnya. Morfologi Gracilaria sp tidak berbeda jauh dengan alga dari kelas lain.
Rumput laut ini hidup melekat pada substrat seperti pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu, dan kayu yang berada di kedalaman sekitar 10–15 meter di bawah permukaan laut. Kondisi salinitas di perairan tersebut berada pada konsentrasi 12–30 per mil.
Rumput laut Gracilaria sp banyak dibudidayakan di sepanjang Pantai Utara Jawa seperti di daerah Serang, Bekasi, Karawang, Indramayu, Brebes, Tegal, Pemalang, Jepara, dan Lamongan. Sementara itu, di daerah Nusa Tenggara Barat, Gracilaria sp dibudidayakan di Sekotong, Lombok Barat dan Teluk Cempi, serta Dompu.
Rumput laut yang akan diolah menjadi agar umumnya dipanen setelah berumur 3–4 bulan. Untuk panen berikutnya, bisa dilakukan setelah dua bulan. Namun, pada dasarnya, waktu panen tersebut sangat berkaitan dengan kesuburan lahan tambak, diameter thallus, panjang thallus, serta warna hijau atau merah.
Panen dilakukan dengan cara memetik thallus dan meninggalkannya sebagian pada substrat supaya dapat tumbuh kembali. Proses panen dapat dilakukan ketika air laut sedang surut dan cuaca cerah.
Agar dari rumput laut Gracilaria sp dapat digunakan untuk industri pangan dan nonpangan. Namun, sebagian besar, sekitar 80 persen, agar ini digunakan dalam bidang industri pangan. Di industri nonpangan, agar lebih sering digunakan di bidang farmasi dan bioteknologi.