By : Eni Mulyanti, S.Pt., M.Si
Oksalat merupakan senyawa organik yang umum ditemukan pada berbagai jenis tanaman, termasuk rumput. Kandungan oksalat pada rumput dapat bervariasi tergantung pada jenis rumput, tahap pertumbuhan, dan faktor lingkungan. Oksalat sering dianggap sebagai anti nutrisi, yang memiliki dampak positif dan negatif pada pertumbuhan dan kesehatan tanaman, serta pada hewan yang mengonsumsi rumput.
Oksalat pada tanaman rumput mempunyai fungsi sebagai pertahanan alami terhadap hama dan penyakit. Oksalat juga berperan dalam regulasi kadar kalsium dalam tanaman, yang penting untuk kekuatan dinding sel. Selain itu, oksalat juga membantu detoksifikasi logam berat dalam tanaman.
Kandungan oksalat dalam tanaman bervariasi, tergantung pada berbagai faktor seperti jenis tanaman, fase pertumbuhan, dan kondisi lingkungan. Beberapa jenis tanaman secara alami memiliki kandungan oksalat yang lebih tinggi daripada yang lain. Kandungan oksalat dapat bervariasi tergantung pada tahap pertumbuhan rumput. Kondisi lingkungan seperti musim kering dapat menyebabkan akumulasi oksalat pada tanaman, demikian juga dengan pemupukan. Pada tanaman yang sama, varietas yang berbeda pun dapat memiliki kandungan oksalat yang berbeda.
Beberapa jenis hijauan pakan ternak yang mengandung oksalat antara lain rumput Setaria, rumput gajah, rumput guinea, rumput Afrika (Setaria sphacelata), dan rumput Kikuyu, serta alfalfa. Rumput Setaria diketahui mengandung oksalat dalam jumlah tinggi, terutama setelah masa pertumbuhan kembali selama 3 minggu. Kandungan oksalat dalam Setaria dapat menyebabkan penyakit "kepala besar" (Osteodystrophia fibrosa) pada kuda. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), Rumput Guinea (Panicum maximum), Rumput Afrika (Setaria sphacelata), Rumput Kikuyu (Pennisetum clandestinum) juga mengandung kadar oksalat yang relatif tinggi, meskipun mungkin tidak seberapa tinggi seperti pada Setaria. Alfalfa, meskipun memiliki nilai nutrisi yang tinggi, juga diketahui mengandung oksalat.
Konsumsi tanaman yang mengandung oksalat dalam jumlah besar, menyebabkan keracunan oksalan. Keracunan ini dapat menyebabkan berbagai gejala seperti tremor otot, kejang, dan bahkan kematian, terutama pada ruminansia seperti domba dan sapi. Selain keracunan, kandungan oksalat pada tanaman pakan dalam jumlah besar dapat mengganggu penyerapan mineral esensial pada ternak ruminansia. Oksalat terlarut dapat berikatan dengan kalsium darah dan mineral lainnya, yang menyebabkan terhambatnya penyerapan oleh tubuh hewan. Untuk itu, sebaiknya kandungan oksalat terlarut dalam asupan bahan kering pakan kurang dari 2% (Rahman et al., 2013). Kandungan terlarut dalam bahan kering pakan kurang dari 2% aman untuk menghindari toksisitas oksalat pada ruminansia, sedangkan pada ternak non ruminansia, kandungan oksalat terlarut yang dapat aman sebesar 0,5%. Tabel berikut menunjukkan Respons ternak terhadap pakan yang mengandung oksalat terlarut (% bahan kering).
Kadar oksalat dalam pakan (% bahan kering) |
Dampak terhadap ternak |
4,0 atau lbh |
Beracun atau bahkan berakibat fatal bagi ternak |
2,0 |
Keseimbangan kalsium negatif pada sapi |
6,9 |
Toksisitas akut pada sapi |
3,01 |
Toksisitas pada anak kerbau |
3,5 |
Peningkatan waktu pembekuan darah pada anak sapi |
1,3 – 1,8 |
Penyakit tulang subklinis pada kuda |
2,0 atau lebih |
Toksisitas akut pada ruminansia |
3,01 |
Toksisitas pada sapi dan kerbau |
0,39 – 2,44 |
Toksisitas akut pada ruminansia |
2,66 – 2,75 |
Mengurangi kadar kalsium serum pada ternak dan kambing |
Sumber: Rahmat et al. (2012)
Resiko keracunan oksalat dapat dikurangi dengan mengatur penggunaan pupuk, menggunakan pakan tambahan serta menjaga kualitas rumput. Penggunaan pupuk yang tepat dapat membantu mengontrol kandungan oksalat pada rumput. Memberikan pakan tambahan yang kaya kalsium dapat membantu mengurangi dampak oksalat pada hewan. Memastikan rumput tumbuh dengan baik dan tidak terlalu banyak oksalat dapat mengurangi risiko keracunan.
Pelayuan dan pengeringan dapat membantu mengurangi dampak buruk oksalat pada tanaman pakan ternak. Proses pelayuan dapat meningkatkan pemecahan zat antinutrisi, termasuk oksalat, menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna dan digunakan oleh ternak. Sedangkan pengeringan akan mengurangi kadar air dalam pakan, sehingga dapat membatasi aktivitas enzim yang memicu pembentukan oksalat. Proses pengeringan sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi (55-70°C) untuk mencegah denaturasi enzim yang membantu dalam pemecahan oksalat.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa oksalat penting dalam metabolisme tanaman, namun juga dapat memiliki efek negatif pada hewan yang mengonsumsi rumput. Pemahaman tentang kandungan oksalat pada rumput dan faktor yang memengaruhi, serta cara mengelola risiko keracunan oksalat, sangat penting untuk menjaga kesehatan hewan ternak dan kualitas rumput