Mengintip Giat Peserta Pelatihan Teknis Pengolahan Dan Pengawetan Pakan Ternak Pada Pembuatan Silase

By : Ir. Wiwiek Yuniarti Costa, M.Si

Sebagai negara yang terletak di wilayah tropis, Indonesia hanya memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Di musim hujan banyak sekali rumput hijauan yang tumbuh, sehingga mudah didapat karena jumlahnya yang sangat melimpah. Namun sebaliknya ketika musim kemarau atau musim kering tiba, rumput hijauan jumlahnya menjadi terbatas. Sekurangnya tidak semelimpah seperti saat musim hujan. Kondisi ini lebih diperparah lagi saat datangnya El Nino, dimana musim kemarau berlangsung sangat panjang dengan suhu panas lebih ekstrim dibanding musim kemarau biasa. Oleh karena itu, selama musim hujan para peternak memanfaatkan kondisi ini untuk mengumpulkan sebanyak–banyaknya rumput hijauan sebagai persediaan pakan ternak saat musim kemarau tiba.

Dalam upaya pengembangan ternak, maka faktor pakan sangat menentukan keberhasilannya.  Suatu kelemahan yang sering timbul dalam penyediaan hijauan pakan ternak di daerah-daerah yang beriklim tropis seperti di Nusa Tenggara Timur adalah kurangnya ketersediaan hijauan dalam bentuk segar terutama pada musim kemarau.  Dengan demikian jika ternak tidak diberikan pakan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, maka sudah dapat dipastikan ternak tidak dapat tumbuh dengan baik.  Oleh karena itu untuk mengatisipasi kekurangan pakan hijauan dimusim kemarau maka perlu dilakukan pengawetan hijauan pakan ternak baik berasal dari rumput-rumputan maupun legumimosa dan sisa bahan pertanian lainnya.

 

Sayangnya, rumput hijauan tidak mampu bertahan lama sampai musim hujan berikutnya tiba dan akhirnya rumput akan membusuk dan tidak layak diberikan pada hewan ternak. Saat itulah kondisi yang selalu dikhawatirkan oleh para peternak ruminansia yang kelangsungan usahanya sangat bergantung pada persediaan bahan pakan hijauan sebagai makanan pokok hewan ternaknya.

Berdasarkan hal tersebut Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang sebagai UPT Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) yang berada di daerah menyelenggarakan Pelatihan Teknis Pengolahan dan Pengawetan Pakan Ternak bagi Penyuluh/Petugas sebanyak 30 orang yang berasal dari Provisnsi Nusa Tenggara Timur. Adapun Tujuan dari pelatihan ini adalah agar setelah selesai mengikuti pelatihan ini peserta dapat meningkatkan Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap peserta pelatihan dalam pengolahan dan pengawetan pakan ternak dan outcomenya adalah meningkatnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap bagi 30 orang penyuluh/ Petugas khususnya di bidang pengolahan dan pengawetan pakan ternak dan teraplikasikannya pengetahuan dan keterampilan di bidang pengolahan dan pengawetan pakan ternak di daerah masing-masing.

Berbagai materi tentang pengolahan dan pengwetan pakan hijauan pakan diberikan kepada peserta pelatihan, dan salah satunya adalah pembuatan silase karena pembuatan silase adalah salah satu cara yang terbaik untuk menyiasati kekurangan pakan di musim kemarau yaitu dengan mengawetkannya ketika pakan masih banyak tersedia di musim hujan.

Silase adalah pakan berkadar air tinggi hasil fermentasi yang diberikan kepada hewan ternak ruminansia, Silase umumnya dibuat dari tanaman rerumputan (dari suku Gramineae), termasuk juga jagung, sorghum, dan serealia lainnya dengan memanfaatkan seluruh bagian tanaman, tidak hanya biji-bijiannya. Silase juga bisa dibuat dari hijauan kelapa sawit, singkong, padi, rami, dan limbah pasar. Silase dapat dibuat dengan menempatkan potongan hijauan di dalam silo, menumpuknya dengan ditutup plastik, atau dengan membungkusnya membentuk gulungan besar (bale).   Silase biasanya diberikan untuk ternak ruminansia (hewan pemamah biak) seperti sapi, kerbau, domba dan kambing. Sama halnya dengan pakan ternak pada umumnya, bahan dasar silase adalah hijauan yang menjadi makanan utama ternak. Hijauan ini dapat berasal dari limbah pertanian seperti tebon (batang dan daun) jagung, tebon padi, daun kacang tanah, dan macam-macam hijauan lain yang umumnya menjadi makanan ternak ruminansia. Selain bahan utama, perlu juga adanya bahan konsentrat yakni bekatul atau dedak padi. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan silase adalah: 1) Hijauan sebagai bahan silase dalam hal ini digunakan rerumputan seperti rumput gajah; 2) Tetes tebu (molase), dengan perbandingan 3% dari total bahan silase; 3) Dedak, sebanyak 5% dari bahan silase; 4) Menir, sebanyak 3,5% dari bahan silase; 5) Onggok, sebanyak 3% dari bahan silase; 6) Silo atau kantong plastik sebagai wadah silase.

Pada hari jumad, tanggal 5 juli bertempat di lahan praktek BBPP Kupang, 30 orang peserta pelatihan pengolahan dan pengawetan pakan di bawah bimbingan widyiauswara Eni Mulyanti ,SPt, MSi dan Ir. Wiwiek Yuniarti Costa, MSi. Mengadakan praktek pembuatan silase dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut, memotong hijauan menjadi kecil-kecil ukuran 5–10 cm dengan tujuan untuk memudahkan peternak saat menyimpan bahan pakan ke dalam wadah agar kondisi kedap udara tetap terjaga. Setelah itu mencampurkan seluruh bahan dan diaduk hingga merata; dan kemudian setelah menjadi satu campuran, memasukkan bahan pakan ke dalam silo atau wadah yang telah disiapkan. Selama memasukkan bahan ke dalam silo, bahan tersebut ditekan-tekan hingga penuh karena hal ini bertujuan untuk menjadikan bahan-bahan dalam silo menjadi kedap udara. Dan ditutup rapat wadah silase dan bila memungkinkan gunakan pemberat di atasnya untuk mengantisipasi kemugkinan adanya udara yang masuk, lalu mendiamkan bahan pakan selama 6 – 8 minggu dan silase dapat diberikan pada ternak setelah proses fermentasi selama didiamkan selesai.

Silase dapat bertahan antara 6 bulan hingga 1 tahun tergantung pada perawatan setelah silase selesai. Hasil silase yakni pakan masih berupa hijauan, artinya tidak berubah menjadi kering. Pakan yang masih berwarna hijau ini menandakan kualitas bahan masih bagus. Sebagai pakan ternak, silase dapat dimanfaatkan di segala musim terutama sebagai makanan cadangan ketika musim kemarau atau bahkan musim paceklik. Pemanfaatan silase juga merupakan salah satu cara meningkatkan nilai guna limbah pertanian. Limbah pertanian yang biasanya terbuang sia-sia, dapat digunakan sebagai makanan jangka panjang untuk ternak ruminansia.

 

Dipublikasi Pada : 05-07-2024