By: Manix Etwan Manafe
Sektor peternakan babi di Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT), tengah berjuang bangkit dari keterpurukan akibat serangan penyakit ASF (African Swine Fever) di tahun 2021. Wabah ini telah melumpuhkan industri peternakan babi, menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi para peternak dan pelaku usaha terkait.
Namun, di tengah situasi penuh tantangan ini, muncul secercah harapan. Berbagai pihak, mulai dari pemerintah, organisasi nirlaba, akademisi, hingga peternak, bahu-membahu bergandengan tangan untuk mewujudkan pemulihan sektor babi yang tahan dan tangguh. Lokakarya Berbagi Pembelajaran Sektor Babi di NTT yang diadakan pada 14 Juni 2024 menjadi bukti nyata komitmen bersama untuk memajukan kembali industri ini.
Membangun Fondasi yang Kuat:
Lokakarya ini, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi NTT dan PRISMA (Program Kemitraan Pemerintah Indonesia-Australia), mengusung tema "Pakan, Pengembangbiakan, Pencegahan Penyakit, dan Pengembangan Pasar: Kunci Pemulihan Sektor Peternakan Babi yang Tangguh". Tema ini mencerminkan pilar-pilar utama yang perlu diperkuat untuk membangun sektor babi yang lebih tahan banting dan berkelanjutan.
Pakan Berkualitas:
Salah satu fokus utama adalah memastikan ketersediaan pakan ternak yang berkualitas dan terjangkau. Hal ini penting untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas babi. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan peternak dalam membangun rantai pasokan pakan yang efisien dan berkelanjutan menjadi kunci.
Pengembangbiakan yang Lebih Baik:
Penerapan praktik pengembangbiakan yang lebih baik, seperti inseminasi buatan dan penggunaan bibit unggul, juga menjadi kunci pemulihan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas babi dan meningkatkan efisiensi produksi.
Pencegahan Penyakit yang menyeluruh:
Biosekuriti yang ketat dan penerapan protokol kesehatan yang tepat menjadi landasan penting dalam mencegah masuknya penyakit dan menjaga kesehatan babi. Penguatan edukasi dan pendampingan bagi peternak dalam menerapkan praktik biosekuriti yang baik menjadi hal yang krusial.
Membuka Peluang Pasar:
Membangun kembali kepercayaan konsumen dan membuka akses pasar yang lebih luas juga menjadi kunci pemulihan. Promosi produk olahan babi yang aman dan berkualitas, serta pengembangan strategi pemasaran yang efektif, perlu dilakukan secara berkelanjutan.
Sinergi dan Kolaborasi:
Kuncinya adalah sinergi dan kolaborasi yang kuat antara semua pihak. Pemerintah perlu memberikan dukungan kebijakan dan regulasi yang kondusif. Organisasi nirlaba dan akademisi dapat berperan dalam memberikan edukasi, pendampingan, dan pengembangan teknologi. Peternak perlu meningkatkan kapasitas dan beradaptasi dengan praktik-praktik terbaik.
Menuju Masa Depan yang Lebih Cerah:
Dengan komitmen dan kerja sama yang solid dari semua pihak, sektor babi di NTT diyakini dapat bangkit kembali dan menjadi lebih tahan banting. Pemulihan ini bukan hanya akan membawa manfaat ekonomi bagi para peternak dan pelaku usaha terkait, tetapi juga akan berkontribusi pada ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat di NTT.
Lokakarya Berbagi Pembelajaran Sektor Babi di NTT menjadi tonggak penting dalam perjalanan pemulihan ini. Semangat kebersamaan dan tekad untuk maju bersama menjadi modal utama untuk mewujudkan masa depan yang lebih cerah bagi sektor babi di Indonesia.