Peluang Besar Bisnis Kakao

Sumber : pertanianku.com

Tahukah Anda, Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke-3. Namun, produksi di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara penghasil kakao lainnya, padahal kakao asal Indonesia memiliki kelebihan yang bisa didapatkan melalui proses pengolahan yang tepat. Sayangnya, kelebihan ini masih belum digarap dengan baik sehingga kualitas panennya belum maksimal. Hal ini karena peluang bisnis kakao hanya bisa diisi oleh biji kakao berkualitas.

Peluang bisnis kakao cukup besar. Melansir dari Majalah Trubus Edisi 599, Kadek Surya, yang beralih profesi dari bankir menjadi pengusaha kakao mengatakan, hambatan bisnis olahan kakao adalah teknologi industri. Kadek mengimpor mesin dari Belanda dan Swiss pada 2017. Pada 2019, omzet yang bisa didapatkan Kadek dari berniaga kakao mencapai Rp800 juta per bulan.

Pada 2018, Kadek mulai mengimpor cokelat olahannya ke lima negara, yakni Selandia Baru, Australia, Singapura, Malaysia, dan Hongkong. Volume ekspornya mencapai 1–2 ton per tahun. Produk kakao yang dihasilkan oleh Kadek berasal dari biji kakao organik yang dihasilkan oleh petani-petani lokal.

Peluang kakao organik sendiri memang bagus. Pasar mancanegara menginginkan cokelat dengan kandungan kakao organik sebesar 63 persen, 70 persen, dan paket vegan dengan kadar kakao organik yang mencapai 80 persen.

Saat ini kurang lebih ada 17 provinsi yang membuat agrowisata berbasis kakao dan olahan cokelat. Artinya, separuh daerah di Indonesia mengandalkan cokelat sebagai modal agrowisata. Tak heran, Indonesia menjadi produsen cokelat terbesar ke-3 setelah Pantai Gading dan Ghana. Bukan hal yang mustahil Indonesia akan menggeser kedua negara tersebut, pasalnya dunia pun sudah mengakui kualitas kakao Indonesia.

Bahkan, Callebaut, produsen cokelat kelas dunia di Belgia telah membuat merek “Java” yang menjadi salah satu produk andalan mereka. Hal ini menandakan sebenarnya peluang kakao Indonesia amat besar, tetapi tidak semua kakao Indonesia berkualitas. Selain kesenjangan kualitas, masih banyak pekebun yang menjual biji basah nonfermentasi sehingga keuntungan yang didapatkan dari perkebunan kakao tidak besar.

Masih banyak pekerjaan rumah tangga dari perkebunan kakao yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Mulai dari produktivitas kebun yang rendah akibat serangan hama pengegrek buah kako, mutu produk yang rendah, hingga belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao.

Dipublikasi Pada : 09-06-2023