sumber : Pertanianku.com
Sorgum?memiliki merupakan bahan pakan berbentuk butiran kecil dengan warna kemerahan. Tumbuhan ini mampu hidup pada lingkungan yang luas dan biasanya dapat tumbuh baik di daerah tropis seperti di Indonesia. Oleh karena itu. sorgum merupakan sumber yang berpotensi untuk digunakan oleh peternakan Indonesia.
Sayangnya. tanaman ini tidak sepopuler bahan pangan lainnya yang disebabkan oleh latar belakang budayanya. Masyarakat Indonesia baru hanya memanfaatkan sorgum menjadi makanan ringan seperti gerondong gula.
Minimnya pemanfaatan sorgum sebagai pakan ayam disebabkan oleh sistem peternakan unggas di Indonesia yang menggunakan landasan ilmu peternakan dari Amerika Serikat yang pada umumnya menggunakan bahan pakan jagung kuning dan bungkil kedelai. Tanaman ini tidak tumbuh subur di Amerika sehingga sistem peternakan mereka tidak mengenal tanaman pangan ini.
Selain itu. secara kualitas bahan pangan ini masih memiliki kendala karena masih mengandung bahan penghambat. Padahal. kandungan energi yang dihasilkan dari tanaman ini cukup besar sekitar 3.250 kkal/kg. Kandungan tersebut hampir sama dengan kandungan protein yang terdapat di jagung kuning. Bahkan. kandungan protein kasar sorgum lebih tinggi dibanding jagung kuning yang mencapai 10 persen. sedangkan jagung kuning hanya sebesar 8.6 persen.
Namun. pada dasarnya kandungan protein jagung dan sorgum tersebut sangat bervariasi bergantung pada varietas dan lingkungan tempat tumbuhnya komoditas.
Sorgum sebaiknya digunakan untuk pakan tambahan saja. untuk melengkapi kebutuhan gizi ayam. Pakan bisa diberikan pada sore hari sebanyak 30?35 gram per ekor untuk ayam jantan aduan. ayam jantan bangkok. ayam pelung jantan. dan ayam bekisar.
Tanaman ini bisa diberikan dua jam sebelum ayam diadu. baik yang diadu secara fisik ataupun suara. Dosis pakan sorgum yang diberikan sebanyak 20?25 gram/ekor. Pemberiannya dapat dicampur madu satu sendok teh. lalu dicekoki ke ayam.
Sementara itu. pemberian sorgum pada ayam kampung komersial yang diternakkan dilakukan dengan mencampurkannya ke dalam ransum. Namun. jumlahnya jangan melebih 20 persen dari total ransum. Ini karena sifat tanaman ini yang seharusnya dijadikan pakan sampingan atau pendamping. Tujuannya adalah agar penggunaan jagung kuning tidak terlalu tinggi sehingga bisa menghemat biaya pakan.