By: Eny Mulyanti
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia. Siklus tanam padi yang rutin dalam satu tahunnya akan menghasilkan jumlah jerami padi segar dari satu hektar tanaman padi sebesar 11,89 ton/ha/panen, jerami padi kering 6,73 ton/ha/panen, dan bahan kering jerami padi 5,94 ton/ha/panen (Syamsu dan Abdullah, 2008).
Namun demikian, penggunaan jerami padi sebagai pakan mempunyai kelemahan antara lain kandungan protein kasar yang rendah. Menurut Hartadi et al. (1986) jerami padi mengandung 40% bahan kering (BK), 1,35 Mcal/kg metabolisme energy (ME), 40% total digestible nutrient (TDN), 4,30% protein kasar (PK), 0,11% kalsium (Ca), dan 0,04% fosfor (P). Bioteknologi pakan yang sering digunakan untuk meningkatkan kandungan protein kasar jerami padi adalah fermentasi. Fermentasi adalah proses mengawetkan pakan melalui penambahan starter (mikroorganisme) yang dilakukan secara anaerob.
Proses fermentasi jerami yang telah dilakukan diantaranya yaitu fermentasi dengan penambahan starbio probiotik dan fermentasi dengan urea atau yang lebih dikenal dengan istilah amoniasi. Selain itu fermentasi jerami padi juga dapat dilakukan dengan menggunakan Probion, yang berpotensi menjadi starter dalam proses fermentasi adalah Probiotik FM, MOL (Mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang dan Mikrostar LA2. Mikrostar LA2 merupakan produk yang dihasilkan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Adapun MOL Bonggol pisang dapat dibuat sendiri oleh peternak, mengandung jenis mikrobia yang telah teridentifikasi antara lain Bacillussp., Aeromonassp., dan Aspergillus nigger (Kesumaningwati, 2015). Mikro Organisme Lokal adalah mikroorganisme yang aktif yang didapat dan dikembangkan dari tanaman atau bagian tanaman di daerah setempat. MOL bermanfaat sebagai starter dalam proses dekomposisi (fermentasi) bahan organik.
Bahan dan Alat Pembuatan MOL untuk Fermentasi Pakan Ternak (Jerami, Rumput, dll menurut Balitbangtasn (2018) adalah :
- 200 gram Gula Pasir/Molasses (Tetes Tebu)/ Gula Merah
- 200 gram Terasi/Sisa Kepala Ikan
- 2 kg Dedak/ Bekatul/ Nasi Bekas
- 2 liter air cucian Beras
- 2 kg Sumber Mikroorganisme (Isi Rumen Sapi, Rebung atau Bonggol Pisang)
- Air bersih 15-17 liter;
- Kompor, Panci, Corong, Jerigen 20 liter, Saringan.
Adapun cara pembuatannya adalah sebagai berikut :
- Rebus semua bahan kecuali Sumber Mikro Organisme dalam 5 Liter Air sampai mendidih.
- Haluskan bahan yang digunakan sebagai Sumber Mikro Organisme.
- Setelah dingin masukkan rebusan dan Sumber Mikro Organisme ke dalam jerigen. Tambahkan air bersih dalam jerigen sampai hampir penuh sekitar 90% terisi. Tutup rapat jerigen dan di kocok sebentar untuk mengaktifkan Mikro Organismenya. Setiap hari jerigen dibuka sebentar (untuk mengeluarkan gas), ditutup lagi dan dikocok.
- Setelah 15 hari, MOL akan mengeluarkan bau alkohol, tanda proses fermentasi berhasil. Jika berbau busuk berarti tidak jadi, biasanya terjadi karena penutupan kurang rapat. Sebelum digunakan MOL disaring dulu.
Untuk fermentasi pakan ternak khususnya jerami padi, MOL yang biasa digunakan adalah isi rumen. MOL bonngol pisang biasanya digunakan sebagai dekomposer, akan tetapi dari jenis mikrobanya, MOL bonggol pisang juga berpotensi untuk digunakan dalam fermentasi pakan ternak.
DAFTAR PUSTAKA
N.Suningsih, W. Ibrahim, O.Liandris, dan R.Yulianti. 2019. Kualitas Fisik dan Nutrisi Jerami Padi Fermentasi pada Berbagai Penambahan Starter. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. Volume 14 Nomor 2 edisi April-Juni 2019.
Amin, M., S. D. Hasan, O. Yanuarianto, dan M. Iqbal. 2015. Pengaruh lama fermentasi terhadap kualitas jerami padi amoniasi yang ditambah probiotik Bacillus Sp. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia. Vol. 1 No. 1 : 8-13
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. D. Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia Cetakan ke -2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Syamsu, J. A. dan A. Abdullah. 2008. Kajian Ketersediaan Limbah Tanaman Pangan Sebagai Pakan Untuk Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Bulukumba. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. 12 (1) : 163-169