PENERAPAN IRIGASI TETES DILAHAN BBPP KUPANG ANTISIPASI ELNINO

By: Ami Daiman dan Fabianus K. Keraf 

Perubahan iklim dunia saat ini sangat meresahkan diprediksi dalam waktu dekat puncaknya kemarau di bulan Agustus,  Badan Metreologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan sebanyak 4 dari 28 Zona Musim (Zom) yang tersebar di Nusa Tenggara Timur telah memasuki musim kemarau Tahun 2023. 

Memasuki musim kemarau yang panjang di wilayah Nusa Tenggara Timur pada umumnya akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kondisi ini menyebabkan wilayah Nusa Tenggara Timur, khususnya dikepulauan Timor mengalami kekurangan air sebagai sumber kehidupan bagi manusia, ternak dan tanaman pertaniannya.  

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan telah menginstruksikan kepada jajarannya untuk mempersiapkan mitigasi menghadapi musim kemarau ekstrem atau El Nino yang diperkirakan akan mencapai puncaknya Agustus mendatang.

"Saya meminta kepada jajaran untuk menyiapkan langkah mitigasinya. Dan saya kira, langkah-langkah tersebut telah disiapkan dengan baik. Kita berharap dampak yang ditimbulkannya tidak akan mengganggu ketahanan pangan nasional," kata Mentan Syahrul.

Pada Kesempatan yang berbeda Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi menjelaskan masa musim kemarau ekstrem mulai melanda Indonesia pada akhir Mei hingga awal Juni. Hanya saja, skalanya masih rendah.

"Fenomena ini akan semakin menguat, hingga puncaknya terjadi pada Agustus-September. Oleh karenanya, seluruh stakeholder pertanian harus mengerti dan paham apa itu El Nino," terang Dedi. 

Dedi berharap langkah mitigasi dan adaptasi yang telah disiapkan Kementan dapat diimplementasikan dengan baik di lapangan. Sebab, air merupakan faktor produksi penting dalam pertanian.

"40 persen faktor peningkatan produktivitas pertanian itu berasal dari pengairan atau irigasi. Maka keberadaannya sangat vital. Oleh karenanya El Nino ini harus diantisipasi dengan baik, karena sebagian besar sistem pengairan pertanian kita mengandalkan curah hujan, Jika air hujan berkurang, maka pertanian akan mengalami penurunan yang signifikan. Secara otomatis, produktivitas pertanian akan terancam." terang Dedi.

Sebagai lembaga yang selalu berperan dalam mengedukasi masyarakat pelaku usaha bidang pertanian, Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang juga selalu berusaha untuk menyiapkan media percontohan bagi masyarakat yang ingin belajar dalam bidang pertanian, khususnya dalam pengelolaan air untuk memenuhi kebutuhan manusia, hewan dan tanaman.  Seperti hal yang disampaikan oleh ibu kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang, ibu Dr. Ir Yulia Asni, M.Si dalam apel pagi pada hari Senin 05 Mei 2023  kepada seluruh karyawan BBPP Kupang. Beliau menegaskan bahwa pegawai BBPP kupang sebagai insan pertanian harus berperan dalam mengantisipasi elnino dengan berbagai cara yang bisa dilakukan

" Kita sebagai ASN Pertanian harus paham dalam mengantisipasi serta melakukan tindakan mitigasi dan adaptasi terhadap El Nino, sehingga kita dapat meminimalisir dampaknya, dengan pemahaman dan tindakan antisipasi tersebut  seluruh pegawai BBPP Kupang sebagai Aparatur Sipil Negara  dapat  berusaha membahagiakan sesama dan seluruh makluk hidup disekitar lingkungan balai, bekerjalah dengan hati dan terus semangat" tutur Dr. Yulia

ditambahkan Dr. Ir. Yulia di musim kemarau ini kita harus kreatif dan sigap untuk mencari solusi agar ketersediaan pangan tetap terjaga.

" El Nino membuat curah hujan berkurang signifikan maka salah satu upayanya adalah mencari sumber pengairan alternatif, di antaranya adalah pemanfaatan ground water atau air tanah dan air permukaan seperti embung, kolam, irigasi tetes dan lain sebagainya' ungkap Dr. Yulia .

Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka mengatasi Elnino yang meresahkan dunia pertanian, yang menyebabkan masalah kekurangan air adalah dengan memanfaatkan air secara efisien dan sesuai kebutuhan. Hal tersebut terjadi karena faktor pembatas utama kekeringan di kepulauan timor adalah minimnya sumber air. 

untuk wilayah kering lebih tepatnya adalah menggunakan irigasi tetes, untuk sayur-mayur menggunakan irigasi springkle. Sedangkan untuk bibit menggunakan varietas unggul yang tahan terhadap kondisi kekeringan

Salah satu inovasi yang disiapkan oleh BBPP Kupang melalui konsep-konsep yang datang dari Widyaiswara adalah dengan menerapkan irigasi tetes pada lahan milik Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan kebutuhan ternak akan air. Oleh karena itu, kegiatan pemasangan instalasi irigasi tetes pada lahan-lahan balai, diharapkan dapan memberi inspirasi tersendiri bagi para pembelajar yang hendak menggali konsep-konsep pertanian berkelanjutan yang murah dan ramah lingkungan.

Dipublikasi Pada : 05-06-2023