Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Kakao yang Tepat

Sumber : pertanianku.com

Organisme pengganggu tanaman (OPT) menjadi salah satu tantangan yang dapat menyebabkan pekebun gagal panen. Untuk itu, pekebun harus memiliki pengetahuan yang memadai terkait cara mengendalikan OPT tanaman kakao agar potensi kerugian bisa diminimalisir.

Hama tanaman kakao utama yang sering menyerang tanaman kakao di Indonesia adalah hama uret yang menyerang akar, hama penggerek batang, pengisap buah, tikus, dan tupai. Sementara itu, penyakit yang sering menyerang adalah penyakit akar, penyakit pembuluh kayu, penyakit jamur upas, dan penyakit busuk buah.

Salah satu bagian penting dari pengendalian OPT tanaman kakao adalah pengamatan. Pengamatan bermanfaat memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian serta menghindari ledakan populasi OPT. Pengamatan dapat dilakukan berdasarkan pola produksi tanaman kakao, pola serangan OPT, dan gejala serangan.

Pengamatan untuk serangan PBK dilakukan setiap periode panen buah di seluruh blok kebun dengan cara menentukan petak pengamatan seluas 2–3 hektare. Setelah itu, ambil 100 buah sampel dari semua blok secara acak, lalu buah dibelah untuk mengamati kondisi biji dan kulit buah.

Selanjutnya, pengamatan hama Helopeltis dilakukan pada seluruh tanaman kakao. Pengamatan dilakukan setiap 6 hari sekali. Tanaman yang ditemui gejala serangan Helopeltis langsung diberi tanda bendera.

Untuk serangan penyakit busuk buah, pengamatan dilakukan dengan mengambil 10 persen pohon contoh dari total populasi pohon kakao. Setelah itu, hitung jumlah buah yang sakit dan buah sehat. Adapun pengamatan penyakit pembuluh kayu dapat dilakukan berdasarkan kriteria tanaman sehat. Tanaman yang sehat diberi skor 0, serangan ringan 1, serangan sedang 2, dan serangan berat 3. Kerusakan tanaman dihitung berdasarkan kondisi kerusakan yang terjadi pada tanaman.

Terakhir, penyakit akar dapat diamati dengan menghitung tanaman yang mati pada satu hektare lahan, kemudian dibagi dengan populasi seluruh tanaman pada lahan tersebut.

Selanjutnya, pekebun dapat melakukan pengendalian yang lebih ramah lingkungan, yakni memanfaatkan agensi hayati. Komponen pengendalian yang dapat dilakukan adalah kultur teknis, pemanfaatan klon kakao yang tahan serangan hama, pengendalian hayati, dan pengendalian kimiawi. Pengendalian secara kimiawi sebaiknya menjadi pilihan terakhir karena dapat meninggalkan residu.

Setelah pengamatan, pekebun harus memiliki data taksasi kehilangan hasil yang memuat data luas serangan, intensitas serangan, hubungan antara intensitas serangan dan hasil tanaman, serta data produksi tanaman sehat dan harga produk.

Dipublikasi Pada : 26-10-2023