PENYEDIAAN PAKAN TERNAK BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL UNTUK ANTISIPASI ELNINO

By: Eny Mulyanti, M.Si

Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah pemasok ternak sapi potong untuk memenuhi kebutuhan daging Nasional. Potensi sumber daya alam NTT menjadikan wilayah ini sebagai salah satu produsen ternak khususnya sapi potong.  Potensi NTT sebagai produsen ternak potong salah satunya didukung oleh adanya daerah padang rumput yang berfungsi sebagai padang pengembalaan yang luas sebagai sumber pakan utama ternak dalam sistem pemeliharaan ekstensif.

Masalah utama dalam pengembagan sapi potong di NTT adalah ketersediaan pakan dan produksi ternak yang berfluktuasi terkait dengan musim. Produksi lahan penggembalaan, pola pemberian pakan, dan produksi sapi potong di NTT sangat dipengaruhi oleh musim kemarau yang panjang.  Produksi rumput alam tertinggi di NTT adalah pada saat musim hujan yaitu antara bulan Januari – Maret.  Kualitas hijauan pun juga sangat dipengaruhi oleh musim, terutama kandungan protein kasar, serat kasar dan mineral.  Kandungan protein dan mineral akan menurun saat musim kemarau, dan kandungan serat kasar akan meningkat saat musim kemarau.  Menurunnya kualitas pakan pada musim kemarau mengakibatkan ternak mengalami kekurangan nutrisi yang akan berakibat pada pertumbuhan maupun reproduksi ternak. 

Pada saat produksi maupun kualitas hijauan menurun, misalnya pada musim kemarau, perlu pemberian pakan suplemen.  Pakan suplemen merupakan pakan berkualitas yang diberikan pada ternak dalam periode tertentu untuk menutupi kekurangan nutrisi sekaligus mencukupi kebutuhan produksi ternak. Pakan suplemen dengan memanfaatkan bahan pakan lokal NTT dapat berupa daun legum dan non legum, serta bahan pakan sumber protein, energi dan mineral. Pemberian pakan suplemen lokal seperti putak (isi batang gewang = Corypa gebanga) sebagai sumber energi dapat dilakukan secara bijak dengan mempertimbangkan kelestarian dari tanaman putak tersebut.

Penanaman legum pohon merupakan pilihan terbaik bagi lahan kering sebagai sumber pakan bergisi tinggi. Petani dianjurkan untuk menanam beberapa jenis tanaman legum, seperti lamtoro, gamal (Gliricidia sepeum), dan turi (Sesbania Grandiflora) karena jenis tanaman beragam mengurangi resiko serangan hama. Hijauan legum berproduksi tinggi berperan penting dalam meningkatkan ketersediaan pakan bermutu pada musim kemarau.

Tanaman lamtoro merupakan habitat asli daerah beriklim tropis basah sampai kering, hampirdi semua lokasi di pulau Sumba ditemukan tanaman ini dalam jumlah yang banyak dan mudah mendapatkannya. namun demikian potensi leguminosa ini belum banyak dimanfaatkan oleh petani setempat secara maksimal. Dalam hal ini tanaman lamtoro sebagai sumber protein (PK) dan hijauan yang berkualitas baik akan melampaui kegunaan rerumputan disebabkan tanaman ini untuk tetap berproduksi selama bulan kering. Dengan demikian sistem pemeliharaan ternak sapi secara intensif dengan cut and curry akan dipraktekkan petani secara luas di pulau Sumba.

Pengembangan teknologi pakan sangat dibutuhkan untuk mengatasi keterbatasan pakan pada musim kemarau, terutama penyediaan pakan sepanjang tahun untuk meningkatkan produksi ternak sapi potong.  Salah satu upaya penyediaan pakan pada musim kemarau adalah mengawetkan pakan hijauan dan sisa hasil pertanian pada musim hujan untuk dimanfaatkan pada musim kemarau. Untuk kondisi lahan kering, pengawetan pakan melalui pengeringan (hay) lebih memungkinkan dibandingkan dengan pembuatan silase. Teknologi pengeringan pakan mempunyai prospek usaha yang menjanjikan di daerah lahan kering karena kemudahan dalam proses penyimpanan dan transportasi.

Pengawetan pakan lainnya adalah pembuatan silase dari bahan lokal yaitu rumput alam 60% dan 40% gamal dengan wadah drum bekas. Prosedur pembuatan silase sederhana yaitu rumput alam dan legume diarit dan dipotong kecil dan pendek 5-10 cm, lalu dilayukan kemudian diisi dalam drum secara perlahan-lahan dan diinjak padat kemudian ditutup dengan plastik lalu disimpan untuk proses fermentasi. Fermentasi bertujuan untuk meningkatkan daya cerna Bahan Kering dan untuk meningkatkan kandungan protein kasar.

Gamal sebagai bahan pakan lokal dapat dimanfaatkan sebagai pakan suplemen dan cadangan pangan di musim kekurangan hijauan dengan pembuatan tepung daun gamal.  Gamal yang sudah dipotong, daun dan rantingnya dipisahkan kemudian dijemur sampai kering selama 3-4 hari. Setelah daun gamal dalam kondisi kering, kemudian digiling sampai hancur. Hasil gilingan daun gamal dimasukan dalam karung kemudian disimpan. Tepung daun leguminosa seperti gamal maupun lamtoro dapat dijadikan sebagai pakan konsentrat. Selain tepung leguminosa, komposisi pakan konsentrat berbasis bahan lokal ini dapat ditambah jagung, tongkol jagung yang difermentasi dan dedak padi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi permasalahan ketersediaan dan kualitas pakan di musim kemarau, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain pengembangan tanaman legum pohon, penyiapan cadangan pakan dalam bentuk awetan hijauan serta pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak dengan penerapan teknologi pakan untuk meningkatkan daya cerna maupun kandungan nutrisi dari limbah pertanian tersebut.

Daftar Pustaka

  1. Hendrik H. Marawali, 2016.  Teknologi Pakan Sebagai Alternati Perbaikan Produktifitas Sapi Sumba Ongole di Pulau Sumba.  Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan pada Lahan Sub Optimal Melalui Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi.  Hal : 754 – 763
  2. Mariyoni dan Endang Romjali 2007, Teknologi Inovasi Pakan Murah Untuk Pembibitan Sai Potong. Balitbangtan_Departemen Pertanian
  3. Slavia, Ramaiyulis, Mutia Dewi dan Devi Kumalasari. 2022, Teknologi Pakan. Politeknik Negeri Payakumbuh-Sumatera Barat.

     

Dipublikasi Pada : 01-06-2023