By : Hendro Cahyono, S.Pt., M.M., M.Sc
Kunci utama dan pertama dalam penyusunan rancang bangun suatu program Pelatihan adalah Identifikasi Kebutuhan Pelatihan (IKP) atau Training Needs Assessment (TNA). Analisis kebutuhan Pelatihan memiliki kaitan erat dengan perencanaan Pelatihan. Perencanaan yang paling baik didahului dengan identifikasi kebutuhan. Kebutuhan pelatihan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan (sebagaimana terlihat pada misi, fungsi dan tugas) dengan pengetahuan dan kemampuan yang seharusnya dimiliki.
Pelatihan dianggap sebagai faktor penting dalam peningkatan kapasitas, proses dan organisasi, sudah luas diakui. Tapi masalahnya banyak Pelatihan yang diselenggarakan oleh suatu institusi tidak atau kurang memenuhi kebutuhan sesungguhnya. Misalnya yang diperlukan sesungguhnya adalah pelatihan B tetapi yang dilakukan A, akibatnya investasi yang ditanamkan melalui Pelatihan kurang dapat dilihat hasilnya.
Untuk mendapatkan sebuah paket pelatihan yang mampu menjawab permasalahan di masyarakat maka harus diciptakan sembuah mekanisme penggalangan informasi dari masyarakat. Idealnya paket pelatihan itu tersusun dimulai dari Identifikasi Kebutuhan Pelatihan (IKP) kemudian dianalisis, output dari IKP ini adalah sebuah kurikulum dan silabus, materi serta instrumen monitoring dan evaluasi. Kurikulum dan silabus ini akan menjadi acuan utama bagi para fasilitator untuk menyusun materi, memilih metode yang akan digunakan serta penetapan media yang tepat dalam penyampaian. Dalam penyampaian materi baik itu klasikal, simulasi maupun praktek lapangan harus mengacu pada target-target dalam silabus. Untuk mengetahui tingkat pemahaman dan daya tangkap peserta dilakukan evaluasi. Rencana Tindak Lanjut (RTL) harus disususn diakhir pelatihan, hal ini burtujuan untuk mengikat komitmen peserta terhadap apa yang akan dilakukan setelah melakukan pembelajaran, serta bisa dijadikan materi dalam evaluasi pasca pelatihan.
Kali ini BBPP Kupang melakukan IKP dalam rangka Menyusun Pelatihan untuk mendukung Sinergitas Kementan dan BNPT, pelatihan ini akan dilaksanakan di Kota Bima Nusa Tenggara Barat. Pelatihan hasil dari IKP kali ini diharapkan menjadi salah satu Solusi bagi para mantan narapidana teroris atau keluarganya untuk meningkatkan kapasitasnya sehingga diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan mereka. Dan terlepas dari bujukan-bujukan terorisme, karena salah satu factor orang terjerumus dalam sindikat teroris adalah rendahnya perekonomian mereka. Tetapi pelatihan ini bukanlah pelatihan pada umumnya tetapi pelatihan yang memang dibutuhkan Masyarakat, yaitu pelatihan yang berangkat dari permasalahan yang dihadapi.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menegaskan bahwa BPPSDMP di garis terdepan dalam pembangunan SDM pertanian melalui Tiga Pilar yakni penyuluhan, pelatihan dan pendidikan harus berjalan seiring dan seimbang dalam mengemban tugas meningkatkan kapasitas dan kompetensi SDM pertanian. Kementan memiliki tanggung jawab yang besar untuk mencukupi kebutuhan pangan bagi 275 juta penduduk Indonesia. Menurutnya, inilah tujuan pertama pembangunan pertanian. "Tujuan lainnya adalah peningkatan pendapatan petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Dan terakhir peningkatan ekspor komoditas pertanian. Ketiga tujuan ini mustahil berhasil tanpa ditopang oleh SDM yang kompeten," tuturnya.
Dari IKP kali ini diharapkan sebuah paket pelatihan yang memang dibutuhkan oleh para mantan narapidana teroris dan keluarganya untuk menjawab permasalahan usahanya dan kemudian akan berpengaruh pada Tingkat kesejahteraan sehingga mereka terhindar dari pengaruh-pengaruh negative terorisme dari luar.