Sumber : pertanianku.com
Kotoran ternak ruminansia, seperti domba, bisa diolah menjadi pupuk organik. Domba termasuk salah satu hewan yang sering diternakkan di Indonesia. Populasi domba di Indonesia terus mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir sebesar 1,26 persen per tahun. Saat ini sentra domba tersebar di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. Meningkatnya populasi ternak membuat kotoran domba yang dihasilkan juga naik.
Kotoran yang tidak diolah dengan benar berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan yang dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Itu sebabnya pengolahan kotoran yang tepat sangat diperlukan untuk menyelamatkan lingkungan dan masyarakat. Pengolahan kotoran domba menjadi pupuk organik termasuk langkah tepat yang memiliki banyak fungsi.
Limbah dari kandang domba terdiri atas kotoran domba dan sisa pakan. Kotoran domba mengandung bahan kering sekitar 40–50 persen dan nitrogen 1,2–2,1 persen.
Satu ekor domba memerlukan pakan hijauan segar sebanyak 5,35 kg/hari dan menghasilkan feses sebanyak 45 persen atau 2,4 kg/hari. Sisa pakan yang terbuang dari seekor domba biasanya 40–50 persen atau 2,6 kg/hari. Dengan begitu, satu ekor ternak domba dapat dikumpulkan sisa pakan dan feses sebagai bahan kompos sebanyak 5 kg/hari atau sekitar 1,8 ton/tahun.
Limbah tersebut bisa Anda olah menjadi pupuk organik padat ataupun cair. Kedua jenis pupuk tersebut sama-sama bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah.
limbah ternak harus dikomposkan karena rasio C/N di atas 30. Pengomposan tersebut memerlukan mikroorganisme yang berperan untuk dekomposisi bahan organik. Mikroorganisme tersebut adalah fungsi, bakteri, dan ktinomisetes. Untuk meningkatkan kualitas pupuk organik yang dihasilkan, limbah bisa dicampur dengan kapur, dolomit, batuan fosfat alam, tepung tulang, dan mikroba.
Penambahan nitrogen bisa dilakukan secara mikrobiologis, yakni menggunakan cara inokilasi dengan bakteri penambat N2. Inokulasi pupuk organik dengan mikroba bisa dilakukan saat kompos sudah matang (Rasio C/N kurang dari 25) dan temperatur kompos sudah stabil, sekitar 30–35°C.
Berdasarkan hasil penelitian, dekomposer DekoLign terbukti efektif mendekomposisi limbah ternak domba selama 3 minggu.