Sumber : pertanianku.com
Komoditas perikanan satu ini memang selalu kontroversial. Bagaimana tidak, banyak orang saat ini berlomba-lomba menjalankan bisnis budidaya ikan gurami. Seperti yang kita ketahui, harga jual ikan gurami cukup mahal. Padahal, permintaannya semakin lama, semakin tinggi.
Untuk membudidayakannya saat ini terdapat beberapa teknik budidaya yang dapat diterapkan. Salah satunya, teknik budidaya ikan gurami secara intensif. Dalam usaha budidaya gurami secara intensif, dibutuhkan benih dan induk yang bermutu. Induk yang bermutu akan dapat menghasilkan benih ikan yang bermutu pula. Dengan melakukan pemeliharaan benih yang bermutu, proses produksi akan menjadi efektif dan efisien.
Untuk meningkatkan mutu, harus dilakukan seleksi induk gurami yang akan digunakan dalam proses budidaya. Seleksi ini bertujuan memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan digunakan. Dengan melakukan seleksi ikan yang benar, akan memperbaiki genetik ikan tersebut sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan. Tujuan dari pemuliaan ikan ini adalah menghasilkan benih yang unggul dimana benih yang unggul tersebut diperoleh dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas.
Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan saat ini adalah adanya kecenderungan penurunan pertumbuhan ikan. Hal tersebut diduga karena kurangnya pengetahuan petani dan pembudidaya ikan akan pengelolaan induk yang benar sehingga mereka melakukan seleksi negatif. Selain itu, terjadinya perkawinan silang dapat mengakibatkan menurunnya keragaman genetik. Untuk meningkatkan keragaman genetik ikan hasil budidaya, harus dilakukan perbaikan genetik pada gurami dengan berbagai metode.
Selain program pemuliaan yang konvensional, perbaikan produktivitas gurami juga dicoba melalui jalur inkonvensional, yaitu transgenik. Transgenik yang sudah dicoba adalah memasukkan hormon pertumbuhan yang berasal dari gurami varietas unggul untuk menambah jumlah hormon yang ada pada benih gurami. Urutan DNA hormon pertumbuhan gurami telah berhasil ditelusuri dan diekstrak serta diproduksi, kemudian dititipkan atau disuntikkan pada larva gurami.
Upaya penyuntikan hormon pertumbuhan gurami dilakukan ke dalam telur yang sudah dibuahi, terutama di awal pembelahan sel yang pertama, yaitu sekitar 5 menit setelah fertilisasi dilakukan. Namun, perlakuan tersebut ternyata masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Pemijahan buatan pada gurami dengan metode?stripping?pun masih mengalami kesulitan dalam mengumpulkan sperma dari induk jantan yang warnanya bening sehingga sukar dibedakan dengan urinenya.
Upaya lainnya adalah dengan menggunakan elektroporasi, yaitu dengan menitipkan hormon pertumbuhan pada sperma gurami. Pada perkembangan terakhir, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) bekerja sama dengan IPB dan BPPT telah berhasil menitipkan gen hormon pertumbuhan pada sperma gurami yang masih bersifat motil sekitar 90%. Untuk tahap pengerjaan selanjutnya adalah pembuahan telur dengan menggunakan sperma bermuatan gen hormon pertumbuhan. Sperma yang sudah dititipi hormon pertumbuhan ini akan digunakan untuk membuahi telur dari induk betina. Benih yang dihasilkan diperkirakan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat sekitar 50% dibanding gurami biasa.